Kritik Seni Rupa Dua Dimensi dengan Memodifikasi Objek

Karya seni rupa dua dimensi adalah karya yang memiliki dimensi panjang dan dimensi lebar. Keluasan bidang datar dari panjang dan lebar oleh perupa digunakan untuk membuat lukisan, gambar, dan karya-karya grafis yang hanya dapat diamati secara sempurna dari arah depan. Perspektif dibuat untuk memberikan kesan jauh, dekat, besar dan kecil.

Dalam kritik karya seni rupa selain dapat dinikmati keindahanya juga dapat dapat memberikan tanggapan dan evaluasi berdasarkan aspek-aspek simbol, jenis, fungsi, dan nilai estetis yang terdapat dalam karya tersebut. Kritikan yang baik memberikan manfaat bagi pembacanya dalam memahami karya seni rupa serta manfaat bagi perupanya untuk meningkatkan kualitas karya ciptannya.

Tahapan kegiatan kritik karya seni rupa umumnya dimulai dengan mendeskripsikan karya seni rupa yang akan dikritik. Kemudian menganalisis secara formal berdasarkan unsur-unsur rupa dan prinsip-prinsip penatannya, dilanjutkan dengan menginterpretasi makna yang terkandung dalam karya tersebut, dan diakhiri dengan memberikan penilaian terhadap karya tersebut. Berikut ini tahapan mengkritik karya seni rupa.

1. Mendeskripsi
Deskripsi adalah tahapan dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya dan tidak berusaha melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan dengan baik, tentunya harus mengetahui istilah-istilah teknis yang umum digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.

2. Menganalisis
Analisis formal adalah tahapan dalam kritik karya seni untuk menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur pembentuknya. Pada tahap ini harus memahami unsur-unsur seni dan prinsip-prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.

3. Menafsirkan
Menafsirkan atau menginterpretasi adalah tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah-masalah yang dikedepankan. Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan. Semakin luas wawasan semakin kaya interpretasi karya yang dikritisinya. Agar wawasan semakin kaya maka harus banyak mencari informasi dan membaca khususnya yang berkaitan dengan karya seni rupa.

4. Menilai
Apabila tahap mendeskripsikan sampai menafsirkan merupakan tahapan yang juga umum digunakan dalam apresiasi karya seni. Tahap menilai atau evaluasi merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut, baik aspek formal maupun aspek konteks. Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan dengan langka-hlangkah sebagai berikut:
  1. Membandingkan sebanyak-banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang sejenis.
  2. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang dikritisi.
  3. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “berbeda” dari yang telah ada sebelumnya.
  4. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi tertentu yang melatarbelakanginya.

Berikut ini salah satu contoh Kritik Seni Rupa Dua Dimensi dengan Memodifikasi Objek :

Rumah Hijau Karya Felipe de Castro Tahun Dibuat 2020
Rumah Hijau
No.TahapKeterangan
1.MendeskripsiSalah satu karya yang akan kami kritisi pada kali ini yaitu rumah hijau yang dimodifikasi dari asbak rokok karya Felipe de Castro. Lukisan rumah hijau yang terinspirasi dari asbak ini menunjukkan penegasan berdasarkan realita. Sang pelukis menggambarkan sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat. Sang pelukis mengambil asbak rokok sebagai inspirasi untuk dijadikan bahan modifikasi dalam menggambar suatu bangunan. Lukisan ini didominasi oleh warna hijau seperti pada pegunungan, pepohonan, serta pada atap rumah. Lukisan ini menunjukkan adanya hubungan antara kedua gambar tersebut. Asbak digunakan seseorang ketika saat ia merokok, dan rumah bisa dimaknai dengan keasrian ataupun kenyamanan. Kenyataannya rokok menjadi salah satu alasan berkurangnya keasrian ataupun kehijauan dimuka bumi ini.
2.MenganalisiDari segi gambar secara keseluruhan sudah terlihat bagus dan rapi. Objek bangunan yang ingin ditonjolkan juga sudah terlihat jelas, namun pada bagian atap bangunan di bagian belakang terlihat seperti melayang dan tidak menempel ke bangunan. Dari segi pewarnaan pemilihan warna pada gambar tersebut terlihat monoton dan kurang menarik. Pada bagian langit apabila kita melihat gambar tersebut dari jauh maka warna langit akan tidak akan terlihat seperti transparan dan tidak terlihat jelas atau menyatu dengan gunung. Arsiran gelap-terang sendiri sudah cukup bagus namun perlu ditambahkan warna yang lebih gelap  pada bagian gunung dan rumput agar terlihat lebih berdimensi. Dari bentuk gambar tersebut sudah bagus dan bentuk-bentuknya tidak saling tumpang tindih sehingga dapat terlihat dengan jelas. Keterpaduan gambar tersebut sudah bagus sebab dapat kita lihat bahwa semua komponen-komponen dalam gambar menyatu dengan baik
3.MenafsirkanKarya modifikasi dari Felipe De Castro ini dipublikasikan di laman Instagram pribadinya. Dia terinspirasi dari benda-benda sederhana yang ada disekitarnya. Karyanya sendiri adalah dari asbak rokok. Beliau berhasil memodifikasi dan menjadikannya sebuah desain bangunan yang indah. Bangunan tersebut bisa dijadikan sebagai hunian dan lain sebagainya.

Karya tersebut sebenarnya memiliki arti yang mendalam jika kita perhatikan dengan baik-baik. Seperti yang terjadi di Sukabumi pada bulan Nopember 2019 di mana api meluluh lantahkan hutan seluas delapan setengah hektar. Arti lain yang ingin disampaikan Felipe kepada penikmat dari karya seninya adalah bagaimana memperlihatkan hubungan antara asbak atau rokok dengan hutan. Hutan menghasilkan oksigen dan rokok menghasilkan polusi.  Ia juga ingin penikmat seni merasakan bagaimana ia bisa terinspirasi dari benda-benda sederhana tapi bisa menjadikannya begitu indah.
4.MenilaiMenurut saya kedua modifikasi objek ini cukup menarik yaitu modifikasi antara asbak rokok dan rumah hijau. Sekilas memang tidak diketahui bahwa sumber bangunan tersebut adalah sebuah asbak rokok. Namun jika kita teliti lebih dalam melihatnya maka kita akan mengetahui bahwa itu memang dari sebuah asbak rokok. Sudutnya yang tidak berubah dan bagian tengahnya yang diisi oleh tanaman hijau. Dari segi pewarnaannya juga terlihat kurang sebab hanya warna dasar yang terlihat dan tidak ada pencahayaan. Karya ini cukup kreatif dalam modifikasinya namun terdapat kekurangan dalam penggambaran dan pewarnaannya. Secara global penilaian terhadap lukisan ini adalah cukup bagus jika dibandingkan dengan karya modifikasi dari beberapa karya sebelumnya.

Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=RCIR4doyV2U
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 1:50 PM

Rasul-Rasul Itu Kekasih Allah Swt

Nabi adalah manusia pilihan Allah Swt. yang diberi wahyu hanya untuk dirinya sendiri. Jumlah nabi berdasarkan hadis riwayat Ahmad ada 124.000 nabi. Jumlah rasul berdasarkan hadits riwayat Ahmad ada 315 rasul. Sifat-sifat yang dimiliki rasul adalah sifat wajib (aṡ-Ṡiddiq, al-Amanah, at-Tablig dan al-Faṭanah), sifat mustahil (al-Kiẓẓib, al-Khianah, al-Kiṭman, dan al-Baladah)

Tugas para rasul adalah: mengajarkan tauhid, mengajarkan cara beribadah, menjelaskan hukum-hukum Allah Swt. dan batasannya bagi manusia, memberi teladan kepada umatnya, memperbaiki jiwa manusia.

A. Pengertian Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt. yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan akhirat. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisā/4: 136.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu aaminuu biallaahi warasuulihi waalkitaabi alladzii nazzala 'alaa rasuulihi waalkitaabi alladzii anzala min qablu waman yakfur biallaahi wamalaa-ikatihi wakutubihi warusulihi waalyawmi al-aakhiri faqad dhalla dhalaalan ba'iidaan)

Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. an-Nisa/4: 136)

B. Sifat Wajib Rasul-Rasul Allah Swt.
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut.

1. As-Siddiq
Aṡ-Ṡiddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya adalah perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, berikut ini:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ ۚ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا

(waudzkur fii alkitaabi ibraahiima innahu kaana shiddiiqan nabiyyaan)

Artinya:
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’an), sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41)

2. Al-Amanah
Al-Amanah, yaitu rasul selalu dapat dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. lalu Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26 106-107 berikut ini:

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلَا تَتَّقُونَ ﴿ ١٠٦
(idz qaala lahum akhuuhum nuuhun alaa tattaquuna)
إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ﴿ ١٠٧
(innii lakum rasuulun amiinun)

Artinya:
“Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’ara/26: 106-107)

3. At-Tablig
At-Tablig, yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Penjelasan ini terkait dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ ۚ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

(yaa ayyuhaa alrrasuulu balligh maa unzila ilayka min rabbika wa-in lam taf'al famaa ballaghta risaalatahu waallaahu ya'shimuka mina alnnaasi inna allaaha laa yahdii alqawma alkaafiriina)

Artinya:
“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S.al-Maidah/5: 67)

4. Al-Faṭanah
Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah,  untuk meletakkan al-Hajar al-Aswad (batu hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw.

C. Sifat Mustahil
Sifat mustahil adalah sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat wajib, yaitu seperti berikut.

1. Al-Kiẓẓib
Al-Kiẓẓib, yaitu mustahil rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong atau dusta.

مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ ﴿ ٢
(maa dhalla shaahibukum wamaa ghawaa)
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿ ٣
(wamaa yanthiqu 'ani alhawaa)
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ ﴿ ٤
(in huwa illaa wahyun yuuhaa)

Artinya:
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’an) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’an) adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(Q.S an-Najm/53: 2-4)

2. Al-Khianah
Al-Khianah, yaitu mustahil rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ

(ittabi' maa uuhiya ilayka min rabbika laa ilaaha illaa huwa wa-a'ridh 'ani almusyrikiina)

Artinya:
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’am/6: 106)

3. Al-Kiṭman
Al-Kiṭman, yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia sampaikan kepada umatnya.

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

(qul laa aquulu lakum 'indii khazaa-inu allaahi walaa a'lamu alghayba walaa aquulu lakum innii malakun in attabi'u illaa maa yuuhaa ilayya qul hal yastawii al-a'maa waalbashiiru afalaa tatafakkaruuna)

Artinya:
“Katakanlah (Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kamu tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’am/6: 50)

4. Al-Baladah
Al-Baladah yaitu mustahil rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. tidak bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia pandai.

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

(khudzi al'afwa wa/mur bial'urfi wa-a'ridh 'ani aljaahiliina)

Artinya:
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S al-A’raf/7: 199)

D. Sifat Jaiz
Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya. Allah Swt. berfirman:

مَا هَٰذَا إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُونَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُونَ ....

Artinya:
“...(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al-Mu’minun/23: 33)

Selain tersebut di atas, rasul juga memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti berikut.
  1. Ishmaturrasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun.
  2. Iltizamurrasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah Allah Swt.

E. Tugas Rasul-Rasul Allah Swt.
Para rasul dipilih oleh Allah Swt. dengan mengemban tugas yang tidak ringan. Di antara tugas-tugas rasul itu adalah sebagai berikut.

1. Menyampaikan risalah dari Allah Swt.

Allah berfirman :

يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Artinya :
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al Maidah:67]

2. Mengajak kepada tauhid, yaitu mengajak umatnya untuk meng-esa-kan Allah Swt. dan menjauhi perilaku musyrik (menyekutukan Allah).

Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya, sebagaimana dikhabarkan Allah dalam firmanNya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Artinya :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An Nahl:36].

3. Memberi kabar gembira kepada orang mukmin dan memberi peringatan kepada orang kafir.

Allah berfirman :
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

Artinya:
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An Nisaa’:165].

4. Menunjukkan jalan yang lurus.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ وَلاَتَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَآ أَنزَلَ اللهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ

Artinya :
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. [Al Maidah:49].

5. Membersihkan dan menyucikan jiwa manusia serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.

Allah berfirman :
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Artinya :
Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.(Q.S. Al- Imrom/3 :164)

6. Sebagai hujjah bagi manusia.

Allah berfirman :
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ

Artinya :
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri. [An Nahl:89].

F. Hikmah Beriman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.
Di antara manfaat dan hikmah beriman kepada rasul adalah sebagai berikut.
Iman Kepada Rasul
  1. Makin sempurna imannya.
  2. Terdorong untuk menjadikan contoh dalam hidupnya.
  3. Terdorong untuk melakukan perilaku sosial yang baik.
  4. Memiliki teladan dalam hidupnya.

Firman Allah Swt:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya:
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Q.S. al-Ahzab/33: 21)

  1. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya.
Firman Allah Swt.:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya :
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran/3:31)

  1. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya. Firman Allah Swt.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya:
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. aẓ-Ẓariyat/51: 56)

G. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku mulia yang dicerminkan oleh orang yang beriman kepada rasul adalah seperti berikut.
  1. Menjunjung tinggi risalah (ajaran Allah Swt. yang disampaikan rasul-Nya).
  2. Melaksanakan seruannya untuk beribadah hanya kepada Allah Swt.
  3. Giat dan rajin bekerja mencari rezeki yang halal, sesuai dengan keahliannya.
  4. Selalu mengingat, memahami, dan berperilaku sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
  5. Melakukan usaha-usaha agar kualitas hidupnya meningkat ke derajat yang lebih tinggi.
  6. Terus berdakwah agar ajaran yang dibawa rasul tidak sirna.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:30 PM

Perilaku Taat, Kompetisi dalam Kebaikan, dan Etos Kerja

Pentingnya menaati pemimpin agar roda pemerintahan berjalan dengan baik, makin baik kepemimpinan, makin baik pula rakyatnya. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin. Apabila terjadi perselisihan, diperintahkan untuk
kembali kepada al-Qur’an dan hadis.

Hidup ini dinamis, perlu berkompetisi dan berkolaborasi agar dapat meraih sesuatu yang diinginkan dengan baik. Kandungan Q.S. al-Maidah/5: 48 adalah bahwa Allah Swt. memerintahkan
kepada umat Islam untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Barangsiapa yang giat pasti dapat. Untuk mendapatkan sesuatu, diperlukan kerja keras.

Kandungan Q.S. at-Taubah/9: 105 adalah bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat Islam untuk semangat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

A. Pentingnya Taat kepada Aturan
Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya.

Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah, negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Kandungan Q.S. an-Nisa/4: 59 adalah perintah untuk menaati Allah Swt., rasul, dan pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلً

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii'uu allaaha wa-athii'uu alrrasuula waulii al-amri minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaan)

Hukum Tajwid
Surat an-Nisa/4:59
LafalHukum Tajwid
يَا أَيُّهَاMad jaiz munfasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat
الَّذِينَIdghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti salah satu huruf syamsyiyah yaitu huruf lam
آمَنُوا أَطِيعُواMad jaiz muttasil karena ada mad thobi'i bertemu hamzah tidak dalam 1 kalimat, dan ada mad thobi'i asli juga karena ada kasroh diikuti ya' sukun
اللَّهَTafhim karena ada lam jalalain didahului dhommah
وَأَطِيعُواMad thobi'i karena ada kasroh diikuti ya' sukun
الرَّسُولَIdghom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti huruf syamsyiyah yaitu huruf ro'
الْأَمْرِIdhar qomariyah karena ada alif lam diikuti huruf qomariyah yaitu huruf alif
مِنْكُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu ta'
تَنَازَعْتُمْ فِيIdhar syafawi karena ada mim mati bertemu fa'
شَيْءٍ فَرُدُّوهُIhfa' haqiqi karena ada tanwin diikuti fa' 
إِلَى اللَّهِTafhim karena ada lam jalalain didahului fathah
وَالرَّسُولِIdghom syamsyiyah karena ada alif lam bertemu ro'
إِنْ كُنْتُمْIhfa' haqiqi karena ada nun sukun bertemu kaf, dan ada nun sukun bertemu ta'
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَIdhar syafawi karena ada mim mati bertemu ta'
بِاللَّTarqiq karena ada lam jalalain didahului kasroh
وَالْيَوْمِIdhar qomariyah karena ada alif lam bertemu ya'
الْآخِرِIdhar qomariyah karena ada alif lam bertemu alif
خَيْرٌ وَأَحْسَنُIdhom bighunna karena ada tanwin bertemu wawu
تَأْوِيلًاMad alid lis sukun karena ada mad thobi'i waqof

Arti Kata/Kalimat
ءَامَنُوٓاْ ٱلَّذِينَ يَٰٓأَيُّهَا
beriman orang-orang yang wahai
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ أَطِيعُواْ
dan taatlah Allah taatlah kamu
ٱلۡأَمۡرِ وَأُوْلِي ٱلرَّسُولَ
Amri dan ulil Rasul
تَنَٰزَعۡتُمۡ فَإِن مِنكُمۡۖ
kamu berselisih maka jika diantara kamu
فَرُدُّوهُ شَيۡءٖ فِي
maka kembalikanlah ia sesuatu dalam/tentang
وَٱلرَّسُولِ ٱللَّهِ إِلَى
dan Rasul Allah kepada
تُؤۡمِنُونَ كُنتُمۡ إِن
(kamu) beriman kalian adalah jika
ٱلۡأٓخِرِۚ وَٱلۡيَوۡمِ بِٱللَّهِ
akhirat/akhir dan hari kepada Allah
وَأَحۡسَنُ خَيۡرٞ ذَٰلِكَ
dan sebaik-baik lebih baik/utama demikian itu
- - تَأۡوِيلًا
- - kesudahan/akibatnya

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)

Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
  1. Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari berpendapat bahwa ulil amri adalah umara, ahlul ‘ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah saw. itulah yang dimaksud dengan ulil amri.
  2. Al-Mawardi berpendapat ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulil amri", yaitu: (1) umāra (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan), (2) ulama dan fuqaha, (3) sahabat-sahabat Rasulullah saw., (4) dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar.
  3. Ahmad Mustafa al-Maraghi berpendapat bawa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya.

Lebih lanjut Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis berikut ini:

اَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ...
Artinya:
“Dari Abi Abdurahman, dari Ali sesungguhnya Rasulullah bersabda.. Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang makruf.” (H.R. Muslim)

Umat Islam wajib menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.

B. Kompetisi dalam Kebaikan
Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

(wa-anzalnaa ilayka alkitaaba bialhaqqi mushaddiqan limaa bayna yadayhi mina alkitaabi wamuhayminan 'alayhi fauhkum baynahum bimaa anzala allaahu walaa tattabi' ahwaa-ahum 'ammaa jaa-aka mina alhaqqi likullin ja'alnaa minkum syir'atan waminhaajan walaw syaa-a allaahu laja'alakum ummatan waahidatan walaakin liyabluwakum fiimaa aataakum faistabiquu alkhayraati ilaa allaahi marji'ukum jamii'an fayunabbi-ukum bimaa kuntum fiihi takhtalifuuna)

Hukum Tajwid
Surat al-Maidah/5:48
LafalHukum Tajwid
وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكَIkhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
Mad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
الْكِتٰبَAl qamariyah karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
بِالْحَقِّAl qamariyah karena ال bertemu huruf ح
مُصَدِّقًا لِّمَاIdgham bilaghunnah karena fathah tanwin bertemu huruf ل
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
مٓنَ الْكِتٰبِAl qamariyah  karena ال bertemu huruf ك
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِIdzhar karena fathah tanwin bertemu huruf ع
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْIkhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
بَيْنَهُمْ بِمَآIkhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
بِمَآ اَنْزَلَMad jaiz munfashil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Ikhfa karena nun sukun bertemu huruf ز
اَنْزَلَ اللّٰهُLam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
وَلَاMad thabi'i karena fathah diikuti alif
اَهْوَآءَMad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
هُمْ عَمَّاIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ع
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
جَآءَMad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
الْحَقِّ ۗ Al qamariyah karena ال bertemu huruf ح
Qalqalah kubra karena huruf qalqalah (ق) matinya mendatang disebabkan waqaf
لِكُلٍّ جَعَلْنَاIkhfa karena kasrah tanwin bertemu huruf ج
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
مِنْكُمْIkhfa  karena nun sukun bertemu huruf ك
كُمْ شِرْعَةًIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ش
شِرْعَةً وَّمِنْهَاجًا ۗ Idgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf و
Idzhar karena nun sukun bertemu huruf ه
Mad thabi'i  karena fathah diikuti alif
Mad iwadh karena harokat fathah tanwin (جًا) dibaca waqaf (جَا)
شَآءَ اللّٰهُMad wajib mutthasil karena mad bertemu hamzah dalam satu kalimat
Lam tafkhim karena lafadz jalalah (الله) didahului harakat fathah
لَجَعَلَكُمْ اُمَّةًIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ا
Ghunnah karena ada mim yang bertasydid
اُمَّةً وَّاحِدَةًIdgham bighunnah karena ada fathah tanwin bertemu huruf و
وَاحِدَةً وَّلٰكِنْIdgham bighunnah karena fathah tanwin bertemu huruf و
وَلٰكِنْ لِّيَبْلُوَكُمْIdgham bilaghunnah karena nun sukun bertemu huruf ل
Qalqalah sughra karena huruf qalqalah (ب) matinya asli (tidak disebabkan karena waqaf)
كُمْ فِيْIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
مَآ اٰتٰىكُمْMad jaiz munfasil karena mad bertemu hamzah di lain kalimat
Mad badal karena ada aa yang dibaca panjang
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak (تٰ)
كُمْ فَاسْتَبِقُواIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
الْخَيْرٰتِAl qamariyah karena ال bertemu huruf خ
Mad thabi'i muqaddar tandanya fathah tegak
اِلَى اللّٰهِLam tafkhim karena lafadz jalalah didahului harakat fathah
مَرْجِعُكُمْRa tafkhim karena ra sukun didahului harakat fathah
كُمْ جَمِيْعًاIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ج
Mad thabi'i  karena kasrah diikuti ya sukun
جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْIkhfa  karena fathah tanwin bertemu huruf ف
كُمْ بِمَاIkhfa syafawi karena mim sukun bertemu huruf ب
Mad thabi'i karena fathah diikuti alif
كُنْتُمْIkhfa karena nun sukun bertemu huruf ت
تُمْ فِيْهِIdzhar syafawi karena mim sukun bertemu huruf ف
Mad thabi'i karena kasrah diikuti ya sukun
تَخْتَلِفُوْنَMad aridh lissukun karena mad bertemu huruf hidup dibaca waqaf.

Arti Kata/Kalimat
الْكِتَابَ إِلَيْكَ وَأَنزَلْنَا
Kitab kepadamu dan Kami telah menurunkan
لِّمَا مُصَدِّقًا بِالْحَقِّ
terhadap apa yang membenarkan dengan kebenaran
مِنَ يَدَيْهِ بَيْنَ
dari dua tangan/sebelumnya antara
عَلَيْهِۚ وَمُهَيْمِنًا الْكِتَابِ
atasnya dan yang menjaga Kitab
بِمَا بَيْنَهُم فَاحْكُم
dengan/menurut apa diantara mereka maka putuskanlah
وَلَا اللَّهُۖ أَنزَلَ
dan janganlah Allah menurunkan
عَمَّا أَهْوَاءَهُمْ تَتَّبِعْ
dari apa hawa nafsu mereka kamu mengikuti
الْحَقِّۚ مِنَ جَاءَكَ
kebenaran dari telah datang kepadamu
مِنكُمْ جَعَلْنَا لِكُلٍّ
diantara kamu Kami telah menjadikan bagi tiap-tiap ummat
وَلَوْ وَمِنْهَاجًاۚ شِرْعَةً
dan sekiranya dan jalan yang terang peraturan
لَجَعَلَكُمْ اللَّهُ شَاءَ
niscaya Dia menjadikan kamu Allah menghendaki
وَلَٰكِن وَاحِدَةً أُمَّةً
akan tetapi yang satu ummat
مَا فِي لِّيَبْلُوَكُمْ
apa dalam/terhadap Dia hendak menguji kamu
الْخَيْرَاتِۚ فَاسْتَبِقُوا آتَاكُمْۖ
kebajikan maka berlomba-lombalah Dia berikan kepadamu
مَرْجِعُكُمْ اللَّهِ إِلَى
tempat kembalimu Allah kepada
بِمَا فَيُنَبِّئُكُم جَمِيعًا
dengan/tentang apa lalu Dia memberitahukan padamu semua
تَخْتَلِفُونَ فِيهِ كُنتُمْ
kamu perselisihkan di dalamnya kalian adalah

Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)

Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Ayat ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang tersembunyi.

C. Etos Kerja
Dalam al-Qur’an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(waquli i'maluu fasayaraa allaahu 'amalakum warasuuluhu waalmu/minuuna wasaturadduuna ilaa 'aalimi alghaybi waalsysyahaadati fayunabbi-ukum bimaa kuntum ta'maluuna)

Hukum Tajwid
Surat at-Taubah/9:105
LafalHukum Tajwid
اعْمَلُواMad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
عَمَلَكُمْ وَIdzhar syafawi karena ada mim mati bertemu wawu
وَرَسُولُهُMad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu
وَالْمُؤْمِنُونَIdhar qamariah karena ada alif lam diikuti mim
وَسَتُرَدُّونَMad asli atau mad thobi'i karena ada dhommah diikuti wawu sukun
عَالِمِMad asli atau mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
الْغَيْبِIdhar qamariah karena ada alif lam diikuti ghoin dan mad layyin karena ada ya' sukun didahului fathah
وَالشَّهَادَةِIdghom syamsyiah karena ada alif lam diikuti syin dan mad asli atau mad thobi'i karena ada fathah diikuti alif
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَاIkhfa syafawi karena ada mim mati bertemu ba' dan mad asli atau mad thobi'i karena ada fathah diiktui alif
كُنْتُمْIkhfa haqiqi karena ada nun mati bertemu ta'
كُنْتُمْ تَعْIdzhar syafawi karena ada mim mati bertemu ta'
تَعْمَلُونَMad aridh lisukun karena ada mad thobi'i sebelum waqof

Arti Kata/Kalimat
فسيرى إاعملوا وقل
maka Allah akan melihat bekerjalah kamu dan katakanlah
ورسوله عملكم الله
dan begitu juga rasul-Nya pekerjaanmu Allah
إلى وستردون والمؤمنون
kepada (Allah) dan kamu akan dikembalika dan orang-orang mukmin
والشهدة الغيب علم
dan yang nyata yang gaib Yang Maha Mengetahui
تَعْمَلُونَ بِمَا كُنْتُمْ فينبئكم
kerjakan apa yang telah kamu lalu diberitakan-Nya kepadamu

Artinya:
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)

Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di dunia.

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk bekerja, dan Allah Swt.
pasti membalas semua yang telah kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah
penegasan Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.

D. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku mulia (ketaatan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
  1. Selalu menaati perintah Allah Swt. dan rasul-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.
  2. Merasa menyesal dan takut apabila melakukan perilaku yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.
  3. Menaati dan menjunjung tinggi aturan-aturan yang telah disepakati, baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
  4. Menaati pemimpin selagi perintahnya sesuai dengan tuntunan dan syariat agama.
  5. Menolak dengan cara yang baik apabila pemimpin mengajak kepada kemaksiatan.
Shalat
Perilaku mulia (kompetisi dalam kebaikan) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
  1. Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada kompetisi.
  2. Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan, mudah, dan hasilnya maksimal.
  3. Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap riḍa Allah Swt.
  4. Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.
  5. Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).

Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan adalah seperti berikut.
  1. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkan (“man jada wa jada” - Siapa yang giat, pasti dapat).
  2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”
  3. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 10:12 PM

Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali

Dalam memahami islam ada beberapa pendekatan yang digunakan. Diantaranya pendekatan historis. Pendekatan historis atau sejarah ini amat dibutuhka dalam memahami islam, karena islam itu sendiri turun dalam keadaan situasi konkrit. Bahkan berkaitan dengan kondisi sosial atau kemasyarakatan Dan ruang lingkup sejarah islam itu dapat dilihat dari segi periodesasinya.

A. Periodisasi Sejarah Islam
Harun Nasution dalam buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya telah membagi sejarah Islam secara garis besar ke dalam tiga (3) periode besar, yaitu:
PeriodeKeterangan
Periode Klasik
(650‒1250)
Periode Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalam
dua fase, yaitu:
  1. Fase ekspansi, integrasi, (650‒1000),
  2. Fase disintegrasi (1000‒1250).
Periode Pertengahan (1250‒1800)Periode Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:
  1. Fase kemunduran (1250‒1500 M), dan
  2. Fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500‒1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500‒1700 M) dan zaman kemunduran (1700‒1800).
Periode Modern (1800‒dan seterusnya)Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang ditandai
dengan munculnya para pembaharu Islam.

B. Masa Kejayaan Islam
Masa kejayaan Islam terjadi pada sekitar tahun 650‒1250. Periode ini disebut Periode Klasik. Pada kurun waktu itu, terdapat dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Umayyah atau sering disebut Daulah Umayyah dan Kerajaan Abbasiyah yang sering disebut Daulah Abbasiyah
  1. Pada masa Bani Umayyah, perkembangan Islam ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam dan berdirinya bangunan-bangunan sebagai pusat dakwah Islam. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi: bidang politik, keagamaan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.
  2. Bani Abbasiyah ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan Islam pada masa ini meliputi bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, ilmu bangunan (arsitektur), sosial, dan bidang militer.

Kemajuan umat Islam baik pada masa Bani Umayyah maupun Bani Abbasiyah terjadi tidak secara tiba-tiba penyebabnya antara lain :
Faktor InternalFaktor Eksternal
  1. Konsistensi dan istiqamah umat Islam kepada ajaran Islam,
  2. Ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk maju,
  3. Islam sebagai rahmat seluruh alam,
  4. Islam sebagai agama dakwah sekaligus keseimbangan dalam menggapai kehidupan duniawi dan ukhrawi.
  1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. 
  2. Gerakan Terjemah. Pada masa Periode Klasik, usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

Selain faktor tersebut di atas, kejayaan Islam ini disebabkan pula oleh adanya gerakan ilmiah atau etos keilmuan dari para ulama yang ada pada Periode Klasik tersebut, antara lain seperti berikut.
  1. Melaksanakan ajaran al-Qur’an secara maksimal, di mana banyak ayat dalam al-Qur’an yang menyuruh agar kita menggunakan akal untuk berpikir.
  2. Melaksnakan isi hadis, di mana banyak hadis yang menyuruh kita untuk terus-menerus menuntut ilmu, meskipun harus ke negeri Cina.
  3. Mengembangkan ilmu agama dengan berijtihad, ilmu pengetahuan umum dengan mempelajarai ilmu filsafat Yunani. 
  4. Ulama yang berdiri sendiri serta menolak untuk menjadi pegawai pemerintahan.

Dari gerakan-gerakan tersebut di atas, muncullah tokoh-tokoh Islam yang memiliki semangat berijtihad dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan, antara lain:
Ilmu FilsafatBidang Kedokteran
  1.  Al Farabi (wafat tahun 916 M),
  2. Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H),
  3. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H),
  4. Ibnu Shina (980‒1037 M),
  5. Al-Ghazali (1085‒1101 M),
  6. Ibnu Rusd (1126‒1198 M).
  1. Jabir bin Hayyan (wafat 778 M),
  2. Hurain bin Ishaq (810‒878 M),
  3. Thabib bin Qurra (836‒901 M),
  4. Ar-Razi atau Razes (809‒873 M)
Bidang MatematikaBidang Astronomi
  1. Umar Al-Farukhan,
  2. Al-Khawarizmi.
  1. Al-Farazi: pencipta Astro lobe
  2. Al-Gattani/Al-Betagnius
  3. Abul Wafa: menemukan jalan ketiga dari bulan
  4. Al-Farghoni atau Al-Fragenius
Ilmu Hadis
  1. Imam Bukhori (194‒256 H),
  2. Imam Muslim (wafat 231 H),
  3. Ibnu Majah (wafat 273 H),
  4. Abu Daud (wafat 275 H),
  5. At-Tarmidzi, dan lain-lain.

C. Tokoh-Tokoh pada Masa Kejayaan Islam
No.NamaKeterangan
1.Ibnu Rusyd (520‒595 H)
  1. Nama lengkap :  Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, 
  2. Lahir di Cordova (Spanyol) pada tahun 520 H. dan wafat di Marakesy (Maroko) pada tahun 595 H.
  3. Beliau menguasai ilmu fiqh, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.
  4. Karya-karya beliau antara lain: Kitab Bidayat Al- Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat.
  5. Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan agama Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu Filsafat.
2.Al-Ghazali (450‒505 H)
  1. Nama lengkap : Abu Hamid al-Ghazali, 
  2. Lahir di Desa Gazalah, tahun 450 H dan wafat pada tahun 505 H.
  3. Belia menjalani kehidupan tasawuf selama 10 tahun di Damaskus, Jerusalem, Mekah, Madinah, dan Tus. Beliau  mendapat gelar Hujjatul Islām (bukti kebenaran Islam).
  4. Jasa-jasa beliau terhadap umat Islam antara lain : Memimpin Madrasah Nizamiyah di Bagdad, Mendirikan madrasah untuk para calon ahli fiqh di Tus, dan Menulis berbagai macam buku yang jumlahnya mencapai 288 buah, mengenai taṡawwuf, teologi, filsafat, logika, dan fiqh.
  5. Di antara bukunya yang terkenal, yaitu Ihya 'Ulum ad-Din, dalam bidang filsafat, beliau menulis tahāfu al-Falāṡifah (tidak konsistennya para filsuf).
3.AI-Kindi (805‒873 M)
  1.  Nama lengkap :  Yakub bin Ishak AI-Kindi, 
  2. Lahir di Kufah pada tahun 805 M dan wafat di Bagdad pada tahun 873 M. 
  3. Hasil karyanya di bidang-bidang filsafat, logika, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, musik, dan matematika. 
  4. Beliau berpendapat, bahwa filsafat tidak bertentangan dengan agama karena sama-sama membicarakan tentang kebenaran. 
  5. Beliau juga merupakan satu-satunya filosof Islam dari Arab. Ia disebut Failasuf al-Arab (filosof orang Arab).
4.AI-Farabi (872‒950 M)
  1. Nama lengkap :  Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, 
  2. Lahir di Farabi Transoxania pada tahun 872 M dan wafat di Damsyik pada tahun 950 M. 
  3. Al-Farabi menekuni berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain: logika, musik, kemiliteran, metafisika, ilmu alam, teologi, dan astronomi. 
  4. Karya ilmiahnya yang terkenal berjudul Ar- Royu Ahlul al-Madinah wa aI-Fadilah (pemikiran tentang penduduk negara utama).
5.Ibnu Sina (980‒1037 M)
  1. Nama lengkap: Abu Ali AI-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, 
  2. Lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, wafat dan dimakamkan di Hamazan. 
  3. Beliau belajar bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi Islam, dan ilmu kedokteran. 
  4. Pada usia 17 tahun, ia telah terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur. 
  5. Beliau menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi aṭ-Ṭib, yaitu ensiklopedi tentang ilmu kedokteran dan Al-Syifā, ensiklopedi tentang filsafat dan ilmu pengetahuan.

Aktivitas Siswa:
1. Cari data tentang tokoh-tokoh penemu dalam bidang ilmu fisika dan matematika!
2. Jelaskan secara spesifik penemuannya itu yang bisa dimanfaatkan sampai saat ini!

1. Ibnu Al Haitham
Haytham telah menjadi seo­rang yang mahir dalam bidang sains, falak, mate­matika, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai cara kerja mata manusia, telah menjadi salah satu Referensi yang penting dalam bidang kajian sains di Barat. Teorinya mengenai pengobatan mata masih digunakan hingga saat ini diberbagai Universitas di seluruh dunia.

Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Ia merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan berbagai data penting mengenai cahaya.

2.Al-Karaji
Sejarawan sains modern memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi. Karyanya yang kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni mengenai kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan perluasan bentuk).

Al-Karaji dianggap sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama yang membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar pada saat ini. Al-Karaji sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori aljabar kalkulus

Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.

3. Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf, ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun sebelum Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi pada porosnya.

Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan keliling bumi dengan cara yeng lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.

C. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku mulia yang perlu dilestarikan oleh umat Islam sekarang adalah seperti berikut.
Ibnu Sina
  1. Menuntut ilmu seluas mungkin agar mengetahui informasi-informasi yang berkembang baik yang sudah lampau maupun yang akan datang. Hal ini bisa diperoleh dengan terus-menerus menuntut ilmu.
  2. Mempelajari bahasa-bahasa asing dan menerjemahkan buku-buku berbahasa asing.
  3. Melakukan penelitian tentang berbagai macam permasalahan yang ada di lingkungan kita. Karena dengan meneliti, permasalahan dapat diketahui penyebab dan penyelesaiannya.
  4. Memberikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain yang belum mengetahui.
  5. Kreatif dan tekun dalam menggali ilmu pengetahuan agar mengetahui apa yang tersembunyi dan menghasilkan apa yang diinginkan.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 10:17 AM

Sampaikan Dariku Walau Satu Ayat

Khutbah bermakna memberi nasihat agama dalam kegiatan ibadah seperti; salat, wukuf, dan nikah. Khutbah lebih bersifat satu arah. Hanya khatib saja yang berbicara yang lain mendengarkan. Sedangkan Tablig berarti menyampaikan, memberitahukan kebenaran kepada orang lain. Bisa bersifat dua arah, saling berdiskusi, dan lain sebagainya.

Dakwah berarti memanggil, menyeru, mengajak akan sesuatu hal, yakni kegiatan mengajak orang lain. Bisa bersifat dua arah. Dalam berdakwah minimal ada dua cara, yaitu dakwah dengan lisan
(da’wah billisan) dan dakwah dengan perbuatan (da’wah bilhal). Dakwah billisan artinya dakwah yang dilakukan dengan berkata-kata, ceramah, tablig akbar, dan sebagainya. Dakwah bilhal artinya dakwah yang dilakukan dengan berbuat, seperti menyantuni fakir miskin, yatim piatu, menyumbang untuk fasilitas sosial, dan sebagainya.

A. Pengertian Khutbah, Tablig, dan Dakwah
Makna khutbah, tablig, dan dakwah hampir sama, yaitu menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara etimologi (lugawi/bahasa), makna ketiganya dapat diuraikan sebagai berikut.
  1. Khutbah bermakna memberi nasihat dalam kegiatan ibadah seperti; salat (salat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, Istisqo, Kusuf), wukuf, dan nikah. Menurut istilah, khutbah berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang berkaitan langsung dengan keabsahan atau kesunahan ibadah. 
  2. Tabligh berarti menyampaikan, memberitahukan dengan lisan. Menurut istilah, tablig adalah kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. 
  3. Dakwah berarti memanggil, menyeru, mengajak pada sesuatu hal. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt. secara lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisan dan da’wah bilhal.

PersamaanPerbedaan
Sama-sama menyampaikan sesuatu yang benar dalam ajaran islam kepada sekelompok orang atau khalayak.
  1. Tabligh waktunya bebas dan semua orang dapat melakukannya, dapat dilakukan secara kreatif dan inovatif, disesuaikan dengan zaman, tidak ada tata cara rukun tertentu dalam pelaksanannya.
  2. Dakwah dapat dilakukan dimana saja, fleksibel, tanpa ada tata cara khusus dalam pelaksanannya.
  3. Khitobah dilakukan dengan waktu dan tempat yang khusus, ada tata caranya, dan ada rukun dan syaratnya.

B. Pentingnya Khutbah, Tablig, dan Dakwah
1. Pentingnya Khutbah
  • Khutbah masuk pada aktivitas ibadah sehingga khutbah tidak mungkin bisa ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas ibadah.
  • Khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah dan membimbing manusia menuju ke-riḍa-an Allah Swt.
  • Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya

2. Pentingnya Tablig
  • Tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul yakni menyampaikan wahyu dari Allah Swt. kepada umatnya. Sebagai siswa muslim punya tanggung jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.
  • Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut).
  • Bagi yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain, siapa pun mereka.

3. Pentingnya Dakwah
  • Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Rasulullah saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.
  • Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat dan mendapat riḍa dari Allah Swt.
  • Ada beberapa metode dakwah yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.

Aktivitas Siswa:
  1. Carilah ayat atau hadis yang berkaitan dengan kewajiban khutbah, tablig, dan dakwah!
  2. Jelaskan pesan ayat dan hadis yang kamu temukan tersebut!
  3. Apa kaitannya antara pesan ayat dan hadis dengan kebutuhan saat ini untuk khutbah, tablig, dan dakwah?

1. Surat Ali-Imran ayat 104 :

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

(waltakun minkum ummatun yad'uuna ilaa alkhayri waya/muruuna bialma'ruufi wayanhawna 'ani almunkari waulaa-ika humu almuflihuuna)

Artinya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung

Melalui ayat tersebut di atas Allah SWT memerintahkan umat islam agar diantara mereka ada sekelompok orang yang bergerak dalam bidang dakwah yang selalu memberi peringatan apabila nampak gejala-gejala perpecahan dan pelanggaran terhadap ajaran agama, dengan jalan mengajak dan menyeru manusia untuk melakukan kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah yang mungkar.

2. Hadits Muslim

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ.

Artinya :
Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman”

Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya (nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut).

3. Q.S. an-Nahl/16:125

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

(ud'u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw'izhati alhasanati wajaadilhum biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a'lamu biman dhalla 'an sabiilihi wahuwa a'lamu bialmuhtadiina)

Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah) dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. an-Nahl/16:125).

Dalam ayat ini Allah SWT memberikan pedoman-pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah. Yang dimaksud jalan Allah di sini adalah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Allah meletakkan dasar-dasar seruan untuk pegangan bagi umatnya.

C. Ketentuan Khutbah, Tablig, dan Dakwah
AspekKetentuan
Khutbah
  1. Syarat khatib : 1) Islam, 2) Ballig, 3) Berakal sehat, dan 4) Mengetahui ilmu agama
  2. Syarat dua khutbah: 1) Khutbah dilaksanakan sesudah masuk waktu dhuhur, 2) Khatib duduk di antara dua khutbah, 3) Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas, 4) Tertib
  3. Rukun khutbah : 1) Membaca hamdallah, 2) Membaca syahadatain, 3) Membaca shalawat, 4) Berwasiat taqwa, 5) Membaca ayat al-Qur’an pada salah satu khutbah, 6) Berdoa pada khutbah kedua
  4. Sunah khutbah : 1) Khatib berdiri ketika khutbah, 2) Mengawali khutbah dengan memberi salam, 3) Khutbah hendaknya jelas, mudah dipahami, tidak terlalu panjang, 4) Khatib menghadap jamaah ketika khutbah, 5) Menertibkan rukun khutbah, 6) Membaca surat al-Ikhlas ketika duduk di antara dua khutbah
  5. Keterangan: Pada prinsipnya ketentuan dan tata cara khutbah, baik ṡalat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, ṡalat khusuf, dan ṡalat khusuf sama. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah ṡalat dan diawali dengan takbir. Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat. Perbedaannya terletak pada waktu pelaksanaan, yakni dilaksanakan ketika wukuf di Arafah.
Tablig
  1. Syarat muballig: 1) Islam,, 2) Ballig,, 3) Berakal,, 4) Mendalami ajaran Islam.
  2. Etika dalam menyampaikan tabligh: 1) Bersikap lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak., 2) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti., 3) Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama., 4) Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya., 5) Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis dan sosiologis para pendengarnya atau penerimanya., dan 6) Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih, dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Dakwah
  1. Syarat da’i : 1) Islam,, 2) Ballig,, 3) Berakal,, dan 4) Mendalami ajaran Islam.
  2. Etika dalam berdakwah: 1) Dakwah dilaksanakan dengan hikmah, yaitu ucapan yang jelas, tegas dan sikap yang bijaksana., 2) Dakwah dilakukan dengan mauiẓatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif (memberikan pengajaran)., 3) Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik (uswatun hasanah)., 4) Dakwah dilakukan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau tukar pikiran yang berjalan secara dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.

D. Menerapkan Perilaku Mulia
Cara untuk mewujudkan perilaku-perilaku tersebut antara lain sebagai berikut.
Dakwah
  1. Ketika melaksanakan ṡalat Jumat, hendaklah mengamati dan menyimak khutbah yang disampaikan khātib. Dengan memperhatikan khatib secara utuh diharapkan suatu saat nanti bisa tampil sebagai khatib pada waktu ṡalat Jumat.
  2. Ketika melihat kemungkaran di sekitar kita (contohnya pacaran, mencuri, tawuran, menyontek, dan lain sebagainya), kita harus mencegahnya dengan memberikan alasan yang logis.
  3. Ketika melihat sesuatu yang baik (baik menurut agama maupun masyarakat), mencontohlah.  Dimulai dari diri sendiri, dari yang terkecil,dan dari sekarang.
  4. Melibatkan diri secara aktif pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti: peringatan hari besar Islam (Maūlid Nabi Muhammad saw., Isrā’ Mi’rāj, Nuzulul Qur’ān, dan lain-lain) baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
  5. Memprakarsai kegiatan dakwah Islam di sekolah, remaja masjid, karang taruna, dakwah kampus, dan lain sebagainya.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 7:28 AM

Hidup Nyaman dengan Perilaku Jujur

Jujur adalah mengatakan atau melakukan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Lawan jujur adalah dusta, yaitu mengatakan atau melakukan sesuatu tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya. Jujur merupakan sebagian dari ruh agama. Barangsiapa yang berbuat jujur, ia akan memperoleh kebaikan, dan sedang menuju surga.

Ada beberapa jenis jujur dilihat dari perilakunya, yaitu; jujur dalam berbuat, jujur dalam perkataan, jujur dalam niat, jujur dalam berjanji. Kejujuran bisa melemah karena melemahnya tekad, kejujuran juga bisa melemah akibat pergaulan. Jujur bisa dilakukan di mana saja: di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat.

A. Pentingnya Perilaku Jujur
Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

(yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha wakuunuu ma'a alshshaadiqiina)

Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah/9:119)

Kejujuran merupakan sifat seorang yang beriman, sedangkan lawannya, dusta, merupakan sifat orang yang munafik. Ciri-ciri orang munafik adalah dusta, ingkar janji, dan khianat, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut ini:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda “Tanda orang munafik itu ada 3, yaitu: Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari Muslim)

Allah Swt. menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang mampu menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

(qaala allaahu haadzaa yawmu yanfa'u alshshaadiqiina shidquhum lahum jannaatun tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan radhiya allaahu 'anhum waradhuu 'anhu dzaalika alfawzu al'azhiimu)

Artinya:
“Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah riḍa kepada mereka dan mereka pun riḍa kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S. al-Māidah/5: 119)

B. Keutamaan Perilaku Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan akhlak mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw.,

(عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَاِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ اِلَى الْبِرِّ اِنَّ الْبِرِّيَهْدِيْ اِلَى الْجَنَّةِ (رواه البخارى ومسل

Artinya:
“Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga....” (HR. Bukhari)

Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.

Nabi Muhammad saw. dipercaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya Nabi Muhammad saw. akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi, dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan mendapat kemudahan.

Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur membuat hati kita tenang, sedangkan berbohong membat hati jadi was-was.

C. Macam-Macam Kejujuran
Menurut tempatnya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur dalam hati atau niat, jujur dalam perkataan atau ucapan, dan jujur dalam perbuatan.
  1. Jujur dalam niat dan kehendak, yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Swt. dan ingin mencapai riḍa-Nya. Orang yang pura-pura jujur berarti tidak ikhlas dalam berbuat.
  2. Jujur dalam ucapan, yaitu memberitakan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at seperti dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan semisalnya..
  3. Jujur dalam perbuatan, yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang diriḍai Allah Swt. dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas.

Aktivitas Siswa:
Menurut objeknya, jujur itu ada beberapa macam, yaitu jujur kepada Allah Swt., jujur kepada orang lain, dan jujur kepada diri sendiri.

1. Identifikasilah jenis-jenis kejujuran di sekitarmu, baik di rumah maupun di sekolah atau di lingkungan masyarakat, termasuk kategori kejujuran yang manakah!
  • Contoh jujur kepada Allah : melakukan ibadah dg ihlas karena Allah , bukan karena yg lain , jika kita beribadah karena yg lain itu artinya kita tdk jujur kepada Allah , artinya kita membohongi Allah , karena ibadah kita adalah kewajiban kita kepada Allah , bukan kepada yg lain 
  • Contoh jujur terhadap diri sendiri : jika kita tidak mampu untuk melakukan sesuatu ya jangan dipaksakan , jika memaksakannya berarti kita tdk jujur terhadap diri kita sendiri , misalkan kita tidak mampu untuk membeli motor , ya jangan dipaksakan 
  • Contoh jujur terhadap org lain : jika memberi kabar berita sesuai dg kenyataan , jangan diberi bumbu" penyedap hanya untuk menyenangkan hati orang , jika kenyataannya si A tidak pandai , ya kita katakan sejujurnya 

2. Jelaskan hubungannya antara perilaku jujur yang diamati dengan akibat yang ditimbulkan!
Dampak positif dari perilaku jujur adalah seseorang akan tenang dalam menjalani kehidupan dan tidak akan dihantui oleh rasa bersalah karena kebobohongannya. Sedangkan dampak negatif dari perilaku jujur adalah seringkali seseorang yang berperilaku jujur kehidupannya dimanfaatkan oleh para pemain-pemain politik dan para pembohong.

3. Buatlah contoh perilaku jujur kepada Allah Swt., kepada orang lain, dan kepada diri sendiri!
  • Kepada Allah : Jujur dengan keyakinan direalisasikan dengan cara melakukan perbuatan berdasarkan ketentuan syar’i secara ikhlas semata-mata karena Allah swt, sebab perbuatan karena makhluk (riya’) hakekatnya sama saja dengan perbuatan menipu Allah, orang yang riya’ perbuatannya hanya sebatas dhohir saja patuh dan mengabdi kepada sang khalik, namun bathinnya menghamba kepada makhluk.
  • Kepada Diri Sendiri : di luarnya tampak baik dan mulia begitu juga di dalamnya dan berpenampilan sesuai dengan keadaan kita (tidak berlebihan).
  • Kepada Orang Lain : apabila kita dibutuhkan keterangan sebenarnya sebagai saksi kita harus berkata sejujurnya dan memberikan keterangan yang benar.

4. Carilah dalil naqli maupun aqli tentang perintah jujur kepada Allah Swt., kepada orang lain, dan kepada diri sendiri!
قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Artinya :
Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar". (QS: Al-Maidah Ayat: 119)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS: At-Taubah Ayat: 119)

D. Petaka Kebohongan
Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melakukan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang dikhianatinya itu.

وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِمَا غَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ...
Artinya:
“...Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.’’ (Q.S. Āli ‘Imran/3: 161)

Dalam hadis Rasulullah saw. mengingatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Artinya:
“Dari Abu Hurairah ra., dia berkata; Rasulullah saw., bersabda, “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu, Ruwaibidhah berbicara.” Ada sahabat yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?” Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)

E. Hikmah Perilaku Jujur
Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari perilaku jujur, antara lain sebagai berikut.
  1. Perasaan enak dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
  2. Mendapatkan kemudahan dalam hidupnya.
  3. Selamat dari azab dan bahaya.
  4. Dijamin masuk surga.
  5. Dicintai oleh Allah Swt. dan rasul-Nya.

E. Menerapkan Perilaku Mulia
Perilaku jujur bisa diterapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Berikut ini cara menerapkan perilaku jujur.
Perilaku Jujur
  1. Di sekolah, kita bisa meluruskan niat untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibu bapak guru, tidak menyontek pekerjaan teman, melaksanakan piket sesuai jadwal, menaati peraturan yang berlaku di sekolah, berbicara secara benar baik kepada guru, teman ataupun orangorang yang ada di lingkungan sekolah.
  2. Di rumah, kita bisa meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua, memberitakan hal yang benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan suatu hal, tidak menutup-nutupi suatu masalah pada orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya untuk membuat orang tua senang.
  3. Di masyarakat, kita bisa melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik, tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana di lingkungan tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan lain sebagainya.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:55 AM

Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup

Umat Islam wajib mengimani kitab-kitab Allah Swt, baik al-Qur’an maupun kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat, Zabur, dan Injil . Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa as. berisi tentang sepuluh
perintah, yaitu: meng-esa-kan Allah. Kitab Zabur diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Daud as. berisi tentang zikir, nasihat dan hikmah.

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. memuat perintah agar manusia meng-esa-kan Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw., sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.

A. Pentingnya Mengimani Kitab-Kitab Allah Swt.
Iman kepada kitab Allah Swt. artinya meyakini sepenuh hati bahwa Allah Swt. telah menurunkan kitab kepada nabi atau rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Firman Allah Swt.:

ۚوَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ

Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu...” (Q.S. al-Maidah/5: 48)

Kitab-kitab yang dimaksud pada ayat di atas adalah kitab yang berisi peraturan, ketentuan, perintah, dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia. Semua kitab tersebut berisi ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran meng-esa-kan Allah (tauh³d). Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang
disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

B. Pengertian Kitab dan Suḥuf
Kitab dan suḥuf merupakan wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul untuk disampaikan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup. Perbedaan antara kitab dan ṡuḥuf bisa dilihat pada tabel berikut.
SuhufKitab
  1. Wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul, tetapi masih berupa “lembaran-lembaran” yang terpisah.
  2. Isi ṡuḥuf sangat simpel.
  1. Wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada para rasul sudah berbentuk buku/kitab.
  2. Isi kitab lebih lengkap jika dibandingkan dengan isi ṡuḥuf.

Di dalam al-Qur’an disebutkan adanya ṡuḥuf yang dimiliki Nabi Musa as. dan Nabi Ibrahim as. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini:
إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ

Artinya:
“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) ṡuḥuf-ṡuḥuf (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa.” (Q.S. al-A’la/87: 18 dan 19)

a. Nabi Adam a.s menerima 10 Suhuf (10 naskah)
b. Nabi Musa a.s menerima 10 Suhuf (10 naskah)
c. Nabi Ibrahim a.s menerima 30 Suhuf (30 naskah)
d. Nabi Idris a.s menerima 30 suhuf (30 naskah)
e. Nabi Syis a.s menerima 50 suhuf (50 naskah)

C. Kitab-Kitab Allah Swt. dan Para Penerimanya
1. Kitab Taurat
Kitab Taurat adalah salah satu kitab suci yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Musa as. untuk menjadi petunjuk dan bimbingan baginya dan bagi Bani Israil. Firman Allah Swt:

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلَّا تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي وَكِيلًا
Artinya:
“Dan Kami berikan kepada Musa, Kitab (Taurat) dan Kami jadikannya petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman), “Janganlah kamu mengambil (pelindung) selain Aku.” (Q.S. al-Isra’/17: 2)

Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen (Thora, Nabin, dan Khetubin) yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi yang disebut Biblia (al-Kitab), yang belakangan oleh orang-orang Kristen disebut Old Testament (Perjanjian Lama).

Isi pokok Kitab Taurat dikenal dengan Sepuluh Hukum (Ten Commandements) atau Sepuluh Firman yang diterima Nabi Musa as. di atas Bukit Tursina (Gunung Sinai). Sepuluh Hukum tersebut berisi asas-asas keyakinan (akidah) dan asas-asas kebaktian (syari'ah), seperti berikut.
  1. Hormati dan cintai Allah satu saja,
  2. Sebutkan nama Allah dengan hormat,
  3. Kuduskan hari Tuhan (hari ke-7 atau hari Sabtu),
  4. Hormati ibu bapakmu,
  5. Jangan membunuh,
  6. Jangan berbuat cabul,
  7. Jangan mencuri,
  8. Jangan berdusta,
  9. Jangan ingin berbuat cabul,
  10. Jangan ingin memiliki barang orang lain dengan cara yang tidak halal.

2. Kitab Zabur
Zabur adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt. kepada kaum Bani Israil melalui utusannya yang bernama Nabi Daud as. Ayat yang menegaskan keberadaan Kitab Zabur antara lain:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَىٰ وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ ۚ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا

Artinya:
“Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Daud.” (Q.S. an-Nisa'/4: 163)

Kitab Zabur berisi kumpulan ayat-ayat yang dianggap suci. Secara garis besar, nyanyian rohani yang disenandungkan oleh Nabi Daud as. dalam Kitab Zabur terdiri atas lima macam:
  1. Nyanyian untuk memuji Tuhan (liturgi),
  2. Nyanyian perorangan sebagai ucapan syukur,
  3. Ratapan-ratapan jamaah,
  4. Ratapan dan doa individu, dan
  5. Nyanyian untuk raja.

Nyanyian pujian dalam Kitab Zabur (Mazmur: 146) antara lain:
  1. Besarkanlah olehmu akan Tuhan hai jiwaku, pujilah Tuhan.
  2. Maka aku akan memuji Tuhan. seumur hidupku, dan aku akan nyanyi pujian-pujian kepada Tuhanku selama aku ada.
  3. Janganlah kamu percaya pada raja-raja atau anak-anak Adam yang tiada mempunyai pertolongan.
  4. Maka putuslah nyawanya dan kembalilah ia kepada tanah asalnya dan pada hari itu hilanglah segala daya upayanya.
  5. Maka berbahagialah orang yang memperoleh Ya’qub sebagai penolongnya dan yang menaruh harap kepada Tuhan.
  6. Yang menjadikan langit, bumi dan laut serta segala isinya, dan yang menaruh setia sampai selamanya.
  7. Yang membela orang yang teraniaya dan yang memberi makan orang yang lapar. Bahwa Tuhan membuka rantai orang yang terpenjara.

3. Kitab Injil
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa as. sebagai petunjuk dan cahaya penerang bagi manusia. Kitab Inj³l sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an, bahwa Isa as. untuk mengajarkan tauhid kepada umatnya atau pengikutnya. Tauhid di sini artinya meng-esa-kan Allah dan tidak menyekutukan-Nya. Penjelasan ini tertulis dalam Q.S. al-Ḥadid /57: 27

ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً

Artinya:
“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya....” (Q.S. al-Ḥadid/57: 27)

Isi pokok kandungan kitab suci Injil, antara lain :
  1. Menjelaskan bahwa kelak akan datang kembali rasul setelah Nabi Isa a.s., yaitu Nabi Muhammad SAW.
  2. Perintah untuk kembali mengesakan Allah Swt.
  3. Menghapus beberapa hukum dalam Kitab Taurat yang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman.
  4. Menjelaskan bahwa kelak akan datang kembali rasul setelah Nabi Isa a.s., yaitu Nabi Muhammad SAW.


Hanya saja Injil sudah mengalami perubahan dan penggantian yang dilakukan oleh tangan manusia. Kitab Injil yang sekarang memuat tulisan dan catatan perihal kehidupan atau sejarah hidupnya Nabi Isa as. Kitab ini ditulis menurut versi penulisnya, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yahya (Yohana).

4. Kitab al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril.  Waktu turun al-Qur’an selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri atas 30 juz, 114 surat, 6.236 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf.

Wahyu pertama adalah surah al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramaḍan tahun 610 M. di Gua Hira, ketika Nabi Muhammad saw. sedang ber-khalwat. Wahyu yang terakhir turun adalah Q.S. al-Maidah ayat 3. Ayat tersebut turun pada tanggal 9 Ḍulhijjah tahun 10 Hijriyah di Padang Arafah, ketika itu beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan). Beberapa hari sesudah menerima
wahyu tersebut, Nabi Muhammad saw. wafat.

Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. menghapus sebagian syariat yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan tuntunan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Qur’an merupakan kitab suci terlengkap dan berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman. Oleh karena itu, sebagai muslim, kita tidak perlu meragukannya sama sekali.
Firman Allah Swt.:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Artinya:
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. al-Baqarah/2: 2)

Nama-nama lain dari al-Qur’an, yaitu:
  1. Al-Huda, artinya al-Qur’an sebagai petunjuk seluruh umat manusia.
  2. Al-Furqan, artinya al-Qur’an sebagai pembeda antara yang baik dan buruk.
  3. Asy-Syifa', artinya al-Qur’an sebagai penawar (obat penenang hati).
  4. Aż-Żikr, artinya al-Qur’an sebagai peringatan adanya ancaman dan balasan.
  5. Al-Kitab, artinya al-Qur’an adalah firman Allah Swt. yang dibukukan.

Adapun isi pokok al-Qur’an adalah seperti berikut.
  1. Aqidah atau keimanan.
  2. 'Ibadah, baik 'ibadah maḥḍah maupun gairu maḥḍah.
  3. Akhlaq seorang hamba kepada Khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya.
  4. Mu’amalah, yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia.
  5. Qiṡṡah, yaitu cerita nabi dan rasul, orang-orang saleh, dan orang-orang yang ingkar.
  6. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan.

Adapun keistimewaan kitab suci al-Qur’an adalah sebagai berikut.
  1. Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa
  2. Sebagai informasi kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai syariat (aturan) dan caranya masing-masing dalam menyembah Allah Swt.
  3. Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir dan terjamin keasliannya.
  4. Al-Qur’an tidak dapat tertandingi oleh ide-ide manusia yang ingin menyimpangkannya.
  5. Membaca dan mempelajari isi al-Qur’an merupakan ibadah.

D. Menerapkan Perilaku Mulia
Bagi orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah Swt., ia akan melakukan perilaku mulia sebagai berikut.
Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup
  1. Meyakini bahwa kitab-kitab suci sebelum al-Qur’an datang dari Allah Swt., tetapi akhirnya tidak murni lagi sebab dicampuradukkan dengan ide-ide manusia di zamannya.
  2. Al-Qur’an sudah dijaga kemurniannya oleh Allah Swt. sampai sekarang. Umat Islam juga sebagai penjaganya. Menjaga kemurnian al-Qur’an adalah tugas kita sebagai muslim. Salah satu cara menjaga al-Qur’an adalah dengan berusaha menghormati, memuliakan, dan menjunjung tinggi kitab suci al-Qur’an.
  3. Menjadikan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup, dan tidak sekalikali berpedoman kepada selain al-Qur’an.
  4. Berusaha untuk membaca al-Qur’an dalam segala kesempatan di kala suka maupun duka, kemudian belajar memahami arti dan isinya.
  5. Berusaha untuk mengamalkan isi al-Qur’an di dalam kehidupan sehari-hari, baik di waktu sempit maupun di waktu lapang.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 12:16 PM