Home » , , , » Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerita Pendek

Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerita Pendek

Sebelum membuat pementasan sebuah drama, hal pertama yang harus disiapkan adalah mempersiapkan naskah drama. Di sinilah peran penting penulis naskah drama. Walau masih banyak faktor lain yang memengaruhi keberhasilan sebuah pertunjukan drama, seperti peran sutradara, kemampuan akting dari para pemain, atau keunggulan lighting dan sound effect, tidak bisa dimungkiri bahwa hal pertama yang harus disiapkan dengan sebaik-baiknya adalah naskah drama.

Untuk menulis sebuah naskah drama, penulis naskah drama bisa mengambil ide dari pengalaman sendiri atau menyadur dari karya sastra jenis lain seperti dari puisi atau prosa. Menulis karya dengan cara menyadur dari jenis karya yang lain memang terasa lebih mudah bagi penulis naskah drama dibanding dengan mengangkat kisah nyata yang dialami sendiri. Paling tidak, dalam karya saduran sudah tersedia ide cerita, siapa saja pemerannya, konflik yang dialami, dan sebagainya.

Walaupun terasa lebih mudah, penulis naskah drama tetap saja harus memperhatikan hal-hal apa saja yang harus ada dalam naskah drama serta mengikuti langkah-langkah penulisan naskah drama. Hal paling pokok yang harus diperhatikan dalam menyadur sebuah karya prosa ke dalam naskah drama adalah membaca dan memahami karya yang akan disadur dengan baik.

Setelah hal utama itu dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi tokoh-tokoh yang terlibat dan karakternya, dialog antartokoh, lakuan para tokoh, tempat dan suasana adegan tersebut berlangsung, pergantian babak atau scene, dan sebagainya.
Cerita Pendek
Setelah memahami teks yang akan digubah dan proses identifikasi unsur-unsur pembangun cerita dilakukan dengan baik oleh penulis naskah, langkah selanjutnya adalah mulai menulis naskah drama. Naskah drama harus ditulis sejelas mungkin karena inilah yang akan dipakai sebagai pegangan utama oleh sutradara, para pemeran, dan para kru dalam mempersiapkan pertunjukan. Adapun hal-hal utama yang ada dalam naskah drama adalah
a. tokoh;
b. dialog antartokoh;
c. keterangan lakuan (ditulis dalam tanda kurung);
d. keterangan latar tempat yang dituangkan dalam pengaturan tata panggung;
e. keterangan suara/musik pendukung untuk membantu menggambarkan latar suasana; 
f. keterangan tata lampu/lighting juga untuk menggambarkan latar suasana; dan
g. keterangan kostum dan rias wajah yang dikenakan oleh para pemain. 

Seperti telah dijelaskan di atas, kekuatan sebuah naskah drama terletak pada lakuan atau acting para pemeran dan dialog antar tokoh. Kedua hal tersebut jika diramu dengan baik, akan tergambarkan konflik yang ingin disampaikan dalam pertunjukan drama. Berdasarkan teks tersebut di atas, identifikasi ada berapa babak, latar tempat dan waktu, siapa saja tokoh yang berperan dalam setiap babak, dialog yang dilakukan antartokoh, serta lakuan dari setiap pemain.

Adegan 1 Latar tempat dan latar waktu: di ruang operasi sebuah rumah sakit dan malam hari....
No.Nama TokohDialog Keterangan Lakuan
1.Aku (dr. Hen)“Susah, Ibu. Saya punya jadwal bedah sesar setidaknya sampai akhir tahun ini. Apalagi menjelang hari raya, selain musim hujan, juga musim orang melahirkan.”sambil berusaha melepaskan sarung karet bekas operasi).
“Ya tidak,”(melepaskan sarung tangan dan membuangnya ke tempat sampah).
“tiga”(tokoh aku duduk di kursi meja kerjanya)
2.Ibu“Ambil libur dua hari apa tidak bisa sama sekali?”Tidak ada keterangan lakuan karena ditulis dari sudut pandang tokoh aku. Hanya ada efek suara.
“Berapa dokter kandungan di rumah sakitmu?”
”Kalau begitu tukar jaga kan bisa, kecuali memang kamu tidak menginginkannya!”

Adegan 2 Latar tempat dan latar waktu: di dapur dan pagi hari.
No.Nama TokohDialog Keterangan Lakuan
1.Aku (dr. Hen)“Memang apa bedanya, Bu? Toh, sama-sama akan dihaluskan juga.”(aku menyanggah dan ibu menggeleng tanda tidak setuju).
“Lalu, apa hubungannya dengan cara memecah kemiri?”mengangguk).
2.Ibu“Bukan begitu cara memecah kemiri, nanti hancur!”

”Kau tahu setiap manusia ini akhirnya akan mati dan hancur dalam tanah ‘kan?”
(suara ibu menyela)
”Kalau sudah tahu akan mati dan hancur, apa sembarangan juga perlakuanmu saat mengeluarkan bayi dari perut ibunya?”(Tokoh aku terdiam dan menyaksikan ibu memecah kemiri. Gerakannya hati-hati sekali. Persis seperti menolong bayi memecah gelap rahim menuju bumi. Mula-mula ibu menjepit kemiri dengan telunjuk dan jempol, lalu ulekan ia ketukkan sehingga terdengar suara kulit keras yang rekah. Ibu kemudian melebarkan rekahan dengan ujung pisau hingga terpisah).

Adegan 3 Latar tempat dan latar waktu: di kamar tidur dan pagi hari.
No.Nama TokohDialog Keterangan Lakuan
1.Aku (dr. Hen)“Ibu, saya mau pamit kembali ke rumah sakit”(kembali mengetuk kembali).
”Ibu..”(Sambil membuka pintu dan tokoh aku panik ketika mendapati ibu lunglai menyandar di pintu lemari. Tubuhnya masih terbalut mukena dengan tasbih di tangan. Lekaslekas ia raba pergelangan tangan dan lehernya. Nihil, ibu telah tiada)
2.Ibu-(lunglai menyandar di pintu lemari. Tubuhnya masih terbalut mukena dengan tasbih di tangan.)
3.Suami tokoh aku”Kau yakin tidak mau pesan jamuan dari katering saja?”memandang ragu).
4.Anak-anak tokoh aku-(tergambarkan suasana duka ketika suami dan anak-anak tokoh aku datang dan memeluknya)

Adegan/Babak 1 
  1. Tata panggung: Sebuah kamar bedah di sebuah rumah sakit dengan perlengkapan layaknya sebuah ruang bedah. Hari sudah larut malam.
  2. Musik pendukung: Suasana malam yang sunyi setelah selesainya operasi dan musik tidak diperdengarkan untuk menggambarkan suasana sepi.
  3. Tata lampu: lampu terang kemudian meredup pada akhir babak.
  4. Tata busana: tokoh aku (dr. Hen) memakai pakaian dokter yang lengkap ketika sedang melakukan operasi. Ibu menggunakan pakaian perempuan Jawa dengan kebaya dan sanggul sederhana. 

Adegan/Babak 2 
  1. Tata panggung: Sebuah dapur dengan berbagai jenis bahan siap dimasak ada di lantai dapur seperti jagung, ubi kayu, kacang panjang, waluh, aneka bumbu, dan umbut kelapa. Hari masih pagi. 
  2. Musik pendukung: Suasana pagi dengan suasana dapur dan musik mengalun dengan ringan.
  3. Tata lampu: lampu terang kemudian meredup pada akhir babak.
  4. Tata busana: tokoh aku (dr. Hen) menggunakan pakaian perempuan modern seperti celana jeans dan blus. Ibu menggunakan kebaya dan sanggul sederhana seperti perempuan Jawa. 

Adegan/Babak 3
  1. Tata panggung: Sebuah kamar tidur dengan perlengkapan tempat tidur dan lemari. Hari masih pagi. 
  2. Musik pendukung: Suasana pagi dan tokoh aku mengetuk-ketuk kamar, musik mengalun dengan ringan. 
  3. Tata lampu: lampu terang kemudian meredup pada akhir babak.
  4. Tata busana: tokoh aku (dr. Hen) menggunakan pakaian perempuan modern seperti celana jeans dan blus. Ibu menggunakan  mukena karena tengah melakukan salat. 

Kegiatan 4 Berlatihlah mengubah cerita pendek ke dalam bentuk naskah drama.
Wayang Potehi: Cinta yang Pupus

1. Cerpen “Wayang Potehi: Cinta yang Pupus” jika dibuat naskah drama akan menjadi lima babak atau adegan. Identifikasilah tokoh-tokoh yang akan terlibat dalam setiap babaknya! Jelaskan ciri-ciri fisik dan perwatakan dari setiap tokoh tersebut!
Kedua tokoh utama berasal dari suku dan agama yang berbeda. Joko Sudiro beragama Islam; dia mengenakan peci dan sarung sepulang dari masjid salat Isya. Adapun Mei Wang beragama Kristen; dia pergi ke gereja bersama teman-temannya hari Minggu pagi. Mereka juga berasal dari ras yang berbeda, terlihat dari namanya yaitu Joko Sudiro (Jawa) dan Mei Wang (Tionghoa).
2. Bagaimana tata panggung dari setiap babak harus dipersiapkan sehingga bisa menggambarkan latar tempat, latar waktu, dan latar suasana dalam cerpen tersebut? Lengkapi penjelasan tata panggung dengan perlengkapan panggung yang harus disediakan dalam kelima babak tersebut!
Latar waktu adalah April 1998. Bukti ada kutipan: “Untungnya, tak sampai sebulan rezim itu tumbang” (Rezim tumbang Mei 1998)
Babak 1
Latar waktu: Malam hari
Latar tempat: Pinggir jalan di antara rumah-rumah penduduk.
Perlengkapan: Gerobak bakmi dan lampu jalan.

Babak 2
Latar waktu: Pagi hari
Latar tempat: Panggung dibagi menjadi dua bagian dengan bagian pertama menggambarkan kamar Joko yang sedang buka jendela.
Pada bagian kedua, menggambarkan teras rumah Mei Wan saat akan beranjak ke gereja.
Perlengkapan: Barang yang menggambarkan isi kamar seperti lemari, tempat tidur, meja ataupun kursi.

Babak 3
Latar waktu: Malam hari
Latar tempat: Teras sebuah rumah dengan meja dan kursi yang digunakan oleh Joko dan Mei Wan.
Perlengkapan: Meja dan kursi serta wayang potehi.

Babak 4
Latar waktu: Malam hari
Latar tempat: Latar ruangan yang gelap
Perlengkapan: Meja dan kursi dan satu lampu menyorot ke meja dan kursi.

Babak 5
Latar: Malam hari
Latar tempat: Tempat pertunjukan wayang potehi.
Perlengkapan: Wayang potehi, alat musik, dan kursi tempat penonton duduk.
3. Identifikasilah dan jelaskan bagaimana kostum dan tata wajah yang harus dikenakan oleh para pemain peran dalam kelima babak tersebut sehingga bisa mewakili isi cerita dari cerpen!
Babak 1
Kostum:
- Joko memakai peci, sarung dan baju koko. 
- Mei Wan memakai rok dan kaos.
- Tukang mengenakan topi, kaos, celana panjang, dan sandal.

Tata Wajah:
- Joko menampilkan wajah yang senang, tetapi terlihat malu.
- Mei Wan wajahnya malu-malu dengan pipi kemerahan.
- Tukang Bakmi menampilkan wajah ceria dengan senyum terus menggoda keduanya.

Babak 2
Kostum:
- Pakaian Mei Wan dan teman-temannya rapi, bersih dan formal karena akan pergi ke gereja.
- Joko hanya menggunakan kaos oblong, rambut acak-acakan, dan sarung.

Tata wajah:
- Mei Wan terlihat malu-malu sambil terus digoda teman-temannya yang terlihat ceria.
- Joko tersenyum malu.

Babak 3
Kostum:
- Joko mengenakan celana panjang dan kaos.
- Mei Wan mengenakan rok dan kaos.

Tata wajah:
- Joko senang untuk memulai pembicaraan.
- Mei Wan terlihat senang dan juga malu.

Babak 4
Kostum:
- Joko berkaos dan bercelana panjang jeans yang sudah terlihat lusuh dan kotor.
- Penginterogasi memakai baju tentara dengan sepatu PDH.

Tata wajah:
- Joko kesakitan. Ada bercak darah dari bibir, wajah, dan pelipis kanannya juga terlihat babak belur.
- Penginterogasi berwajah sangar, galak, garang dan berambut cepak.

Babak 5
Kostum:
- Joko memakai kaos dan celana panjang. Mei Wan menggunakan pakaian khas tionghoa.

Tata wajah:
- Joko senang bercampur takut di awal adegan, tetapi berubah menjadi kaget dan sedih di akhir adegan.
- Mei Wan berwajah takut.
4. Musik dan efek suara adalah hal yang harus diperhatikan di dalam setiap babak. Jelaskan bagaimana jenis musik dan efek suara harus dipersiapkan dari kelima babak tersebut!
Babak 1
Musik: Terdengar suara sayup dari masjid berupa suara mengaji yang biasa dilakukan setelah salat untuk menunjukkan tokoh Joko bahwa ia pulang dari masjid.

Efek suara: Suara tukang bakmi memukulkan sendok ke mangkok serta suara jangkrik untuk menandakan suasana malam hari.

Babak 2
Musik: Suara alunan lagu ceria sayup.
Efek suara: Suara ayam berkokok dari jauh yang menandakan bahwa hari sudah pagi ketika Mei Wang hendak pergi ke gereja.

Babak 3
Musik: (Tidak ada, agar penonton fokus ke percakapan yang terjadi)
Efek suara: Suara jangkrik untuk menandakan suasana malam hari.

Babak 4
Musik: Suara musik mencekam terdengar beradu keras dengan suara tokoh penginterogasi.
Efek suara: Suara gebrakan meja.

Babak 5
Musik: Suara alunan musik Tiongkok pengiring wayang potehi.
Efek suara: Suara kerumunan orang ceria di awal babak dan suara kerumunan orang histeris di akhir babak.
5. Pertunjukan juga harus didukung oleh efek tata lampu. Identifikasi dan jelaskan bagaimana tata lampu harus diatur dalam setiap babak sehingga bisa menggambarkan latar suasana dalam cerpen tersebut!
Babak 1
Efek tata lampu: Pengaturan lampu diatur remang pada awal dan akhir dengan mengandalkan properti lampu jalan.
Cahaya lampu fokus ke arah Mei Wang dan Joko ketika mereka berbicara secara bergantian.
Pada akhir babak lampu berangsur-angsur meredup. 

Babak 2
Efek tata lampu: Pengaturan lampu diatur terang agar menandakan bahwa itu suasana pagi hari.
Pada akhir babak lampu berangsur-angsur meredup. 

Babak 3
Efek tata lampu: Pengaturan lampu diatur remang menandakan malam hari. 
Cahaya lampu ada dua yang masing-masing fokus ke arah Mei Wang dan Joko.
Pada akhir babak lampu berangsur-angsur meredup. 

Babak 4
Efek tata lampu: Lampu hanya menyorot Joko yang sedang diinterogasi dengan sisi lainnya gelap.

Babak 5
Efek tata lampu: Pada awal babak pengaturan lampu diatur berfokus pada pagelaran wayang dan Joko.
Cahaya fokus ke arah Mei Wang dan Joko ketika mereka akhirnya saling menemukan satu sama lain.
Pada akhir babak, lampu berwarna merah menyorot ke arah semua pemain di panggung dan mati secara tiba-tiba untuk menambah dramatisasi alur cerita.

Demikian pembahasan mengenai Menulis Naskah Drama Berdasarkan Cerita Pendek. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 6:55 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.