Analisis dan Implikasi Pendidikan Anak Usia Dini

Sejak ditetapkan UU Nomor 20 tahun 2003, tentang Pendidikan Anak Usia Dini secara resmi tidak dapat dipisahkan dengan Sistem Pendidikan Nasional. Disebut dalam undang-undang tersebut bahwa pendidikan anak usia dini adalah “ Suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (pasal 1, butir 14).

Pengertian Pendidikan anak usia dini yang dikutip dari Ishak Abdulhak: 2005 dalam Nur Cholimah (2008), PAUD adalah ”Usaha sadar dalam menfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui penyediaan pengalaman dan stimulasi yang kaya dan bersifat mengembangkan secara terpadu dan menyeluruh agar anak dapat bertumbuh kembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat.

Menurut Netty (2005) dalam Hasmalena (2009) Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan, perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), dan kecerdasan daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan emosional.

Pendidikan PAUD atau biasa disebut prasekolah memegang peranan yang signifikan dalam mengoptimalkan perkembangan anak dan mengembangkan konsep diri dan keperdulian sosialnya. Beberapa alasan Ballantive (1993) tentang pentingnya lembaga PAUD, adalah:
  1. Pendidikan prasekolah menyediakan pengalaman belajar yang bernilai yang tidak didapatkan dirumah.
  2. Anak Usia dini memiliki kebutuhan berinteraksi dengan anak lain dan dengan anak lain dan dengan orang dewasa di luar orangtuanya.
  3. Orang tua dan kerabat tidak selalu menjadi pembimbing yang baik bagi anak.
  4. Pada sebagian keluarga, yang kedua orang tuanya bekerja, keberadaan Taman Penitipan anak dirasa perlu.
  5. Taman penitipan anak yang baik memungkinkan bagi anak untuk dapat ”Belajar” dibanding jika ia diasuh oleh pengasuh di rumah.
 Anak Usia Dini
Carnegie Ask Force (1994) dalam Jalal F.(2002) menyebutkan perlunya pendidikan usia dini sebagai berikut:
  1. Perkembangan otak anak sebelum usia satu tahun lebih cepat dan ekstensif dari yang diketahui sebelumnya. Walaupun pembentuk¬an sel otak telah lengkap sebelum anak dahir tetapi kematangan otak terus berlangsung sesudah anak lahir.
  2. Perkembangan otak sangat dipe¬ngaruhi oleh lingkungan dari yang diketahui sebelumnya. Gizi yang tidak layak pada masa kehamilan dan tahun pertama kelahiran secara serius mempengaruhi perkembang¬an otak anak dan dapat menyebab¬kan kecacatan pada syaraf dan pada tingkah laku anak, seperti kesulitan belajar atau keterbelakangan mental.
  3. Pengaruh lingkungan awal pada perkembangan otak berdampak lama (awet). Terdapat bukti bahwa bayi yang diberi gizi yang baik, mainan dan teman bermain fungsi otaknya lebih baik dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi lingkungan yang baik.
  4. Lingkungan tidak saja menyebabkan penambahan jumlah sel otak dan penambahan jumlah hubungan antar sel tetapi juga cara bagaimana hubungan antar set otak tersebut terjadi. Proses pemerkayaan ini sangat besar terjadi di masa usia dini dan diperluas oleh pengalaman sensorik anak dengan dunia luar.
  5. Stress pada usia dini dapat merusakkan secara permanen fungsi otak anak, cara belajarnya dan memorinya. Penelitian sebelumnya menunjukkan anak yang rnengalami stress yang sangat besar dalam perkembangan kognitif, tingkah laku, dan emosionalnya akan mengalami kesulitan di kemudian hari.
Implikasi dalam Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa analisis kebutuhan anak dengan proses belajar mengajar oleh pendidik memiliki “ benang merah” yang mengikat proses keduanya. Program pengajaran yang baik adalah yang mampu memberikan dukungan besar kepada para anak dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

Sehubungan dengan ini, setiap pendidik harus mengetahui dan selayaknya memahami seluruh proses dan tugas perkembangan anak. Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat bermanfaat, menurut Muhibbin Syah (2005), pengetahuan itu dapat digunakan untuk :
  1. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang tepat kepada para siswa, relevan dengan tingkat perkembangannya
  2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengatasinya.
  3. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai aktivitas proses belajar-mengajar bidang studi tertentu
  4. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan pengajaran materi pelajaran atau pokok bahasan pengajaran tertentu.

Analisis kebutuhan anak usia dini merupakan hal yang tak dapat dipisahkan dalam pendidikan anak usia dini. Pendidikan merupakan proses sadar sehingga penting melakukan perencanaan dala pembuatan program yangsesuai dengan anak. Untuk mengetahui program yang sesuai maka diperlukan analisis yang benar pada kebutuhan anak.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 3:49 PM

Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini

Analisis kebutuhan anak adalah salah satu cara seorang pendidik untuk mencari acuan pembuatan program belajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak. Proses belajar anak dilakukan berdasarkan pinsip-prinsip perkembangan pada anak yaitu bahwa anak belajar secara holistik, belajar dilakukan dalam tahapan mulai dari yang sederhana hingga ke kompleks, dari yang mudah hingga ke yang sukar, dari konkrit ke abstrak, dari diri sendiri ke orang lain, dari keseluruhan ke bagian-bagian, anak belajar dalam kecepatannya masing-masing

Perkembangan anak selanjutnya dilakukan berdasarkan perkembangan pada tahapan sebelumnya, dan adanya periode-periode terbaik pada anak untuk melakukan proses belajar. Selain itu, proses belajar pada anak berdasarkan pada prinsip bahwa anak adalah pembelajar yang aktif, proses belajar anak dipengaruhi oleh kematangan, lingkungan, anak belajar dari pengalaman interaksi sosial dan pengalaman fisik, gaya belajar masing-masing anak berbeda, anak belajar melalui media bermain.
Anak Usia Dini
Berdasarkan hasil riset, program pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak menghadirkan pengalaman pendidikan yang positif untuk anak-anak. Dalam hal ini, anak tidak hanya menunjukkan prestasi yang baik, namun sikap mereka terhadap sekolah juga positif, mereka tetap antusias dan optimis. Hal ini seringkali menjadi masalah bagi anak-anak yang belajar di kelas yang mengabaikan kebutuhan mereka akan pendidikan yang unik dan individual. Untuk menganalisis kebutuhan anak, yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  1. Kita perlu memahami apa yang sedang terjadi pada anak. Setiap anak adalah unik sehingga kebutuhan seorang anak akan berbeda dengan anak yang lain. Lakukan observasi yang berulang dalam mengamati tingkah laku anak. Sesuaikan dengan tugas perkembangannya pada saat itu. Kenalilah apa yang dibutuhkan anak untuk berkembang saat ini (apakah saat ini anak sedang ingin melatih kemampuan-kemampuan dasar untuk berkomunikasi? Apakah saat ini anak sedang minta perhatian untuk memastikan bahwa dia memang akan mendapat perhatian dan rasa aman? Apakah anak sedang ingin mengembangkan kemampuan motoriknya? Apakah anak sedang mengungkapkan sesuatu? dan lain selanjutnya). 
  2. Dari hasil observasi yang dilakukan maka kita melakukan pertimbangan tentang apa yang terjadi pada anak berdasarkan teori yang terkait. Apabila belum mendapatkan kesimpulan dari observasi, observasi dapat dilakukan lebih dari satu kali. Jangan mengambil sebuah keputusan yang terpaksa dalam memperlakukan anak. Buat kesimpulan yang tajam dari hasil observasi.
  3. Dari hasi observasi, kita akan melakukan analisis apa yang sedang terjadi pada anak dan menyiapkan rencana kegiatan yang dibutuhkan oleh anak terkait dengan analisis yang sudah dilakukan.
  4. Untuk bisa melakukan hal tersebut diatas, maka pendidik perlu belajar mengenali berbagai media yang menarik baik berupa cara-cara, kegiatan-kegiatan atau materi yang bisa menarik anak dan mengemasnya dalam program-program kegiatan yang menarik, sedemikian rupa sehingga anak selalu merasa tertantang ingin mencobanya sendiri dan mampu menyelesaikan permasalahan yang ditemukan saat melakukan analisis. 
  5. Lakukan evaluasi dari program yang sudah dibuat, apakah terjadi perubahan pada anak setelah melakukan program yang diberikan. Lanjutkan dengan kesimpulan dan pemilihan program selanjutnya

Hal yang penting yang perlu dilakukan adalah penulisan secara sistmatis dan obyektif pada perkembangan anak. Catatan anak sangat penting untuk melakukan perlakuan dan pembuatan program selanjutnya. Selain itu NAEYC (National Association for the Education of Young Children), menuliskan pendidikan yang patut dan sesuai dengan perkembangan anak (DAP) menekankan pada beberapa hal berikut :
  1. Anak yang seutuhnya. Para profesional anak usia dini menyebut perkembangan anak dan pembelajaran dari suatu perspektif yang holistik, akan menciptakan kurikulum yang mencakup kebutuhan emosi, sosial, kognitif, dan fisik anak.
  2. Program yang berdasarkan pada perbedaan individu. Perencanaan dan penerapan program ditujukan untuk mengadaptasi kebutuhan yang berbeda- beda, dan minat anak-anak.
  3. Pentingnya inisiatif anak dalam beraktifitas. Anak adalah pembuat keputusan aktif dalam proses pembelajaran. Para guru harus memiliki wawasan yang luas tentang tanggapan anak yang membangun.
  4. Permainan sebagai sarana untuk belajar. Permainan adalah sesuatu yang bernilai dan fasilitasnya bisa didalam ruangan maupun diluar ruangan.
  5. Kelas yang fleksibel, yang dapat memberikan stimulasi kepada anak. 
  6. Kurikulum yang terintegrasi. Isi kurikulum ( seperti sains, matematika, dan ilmu sosial) dikombinasikan dalam lingkungan aktivitas sehari-hari.
  7. Learning by doing. Anak-Anak terlibat langsung dalam pengalaman yang kongkrit dengan materi. Aktivitas di mana mereka berpartisipasi dengan sesuatu yang relevan dengan lingkungan.
  8. Memberikan aneka pilihan bagi anak-anak tentang apa yang akan mereka pelajari  dan bagaimana mereka  belajar. Para guru menyediakan suatu kesempatan yang luas dalam aktivitas sehingga anak-anak boleh memilih dan  anak-anak dapat meraih tujuan belajar dengan melalui banyak cara.
  9. Penilaian secara berkesinambungan : anak-anak secara individual dan program secara keseluruhan. Praktisi menggunakan berbagai strategi penilaian, termasuk yang formal dan teknik informal. Penilaian yang distandardisasi ditekankan untuk menuju pencapaian berdasarkan dokumentasi.
  10. Bekerjasama dengan orang tua. Orang tua merupakan partner yang penting dalam pengambilan keputusan dalam proses pendidikan. Keterlibatan mereka dalam pendidikan anak mereka dipandang sebagai sesuatu yang penting dan diharapkan.

Manfaat Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini
Kadang-kadang kita sebagai pendidik kurang mengetahui tujuan dari pendidikan itu sendiri, bahwa pendidikan itu memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkebang sehingga bermanfaat untu kepentingan hidupnya sebagai individu, warga Negara atau wagra masyarakat sehinggga pendidikan perlu melakukan usaha sadar, disengaja dan berencana dalam memilih isi dan materi, strategi kegiatan dan evaluasi yang sesuai.

Artinya bahwa setiap yang kita berikan pada anak haruslah melalui proses sadar yang memiliki misi dan tujuan tertentu. Dengan demikian analisis kebutuhan merupakan salah satu cara membuat proses belajar menjadi sebuah proses sadar dengan mempersiapkan program yang cocok bagi anak didik kita. Selain itu berikut manfaat yang dapat kita dapatkan dari analisis kebutuhan anak usia dini :
  1. Dengan menganalisis kebutuhan anak maka dapat mengoptimalkan perkembangan karena akan disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan pada usianya.
  2. Pendidik akan lebih bersikap responsif, yaitu mengenali kebutuhan kebutuhan anak untuk berkembang dan bertindak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan anak tersebut.
  3. Dapat meminimalisir perlakuan yang salah pada anak, pendidik juga tidak mudah melakukan judgment pada tingkah laku anak.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 4:09 PM

Konsep Kebutuhan Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun (Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0-8 tahun (Eva Essa 1996; dalam Dedi Supriadi, 2005)..  Anak usia dini didefinisikan pula sebagai kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya (Mansur, 2005).

Usia anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.

Usia anak yang sedang mencoba dan melakukan ketrampilan-ketrampilan baru yang akan sering dicoba berulang-ulang oleh anak, misalnya anak usia 2 tahun akan sering mengulangi kata-kata yang baru saja dia dengar dari orang disekitarnya, anak usia 3 tahun saat mulai bisa mencoret coretan bebas sehingga mencoret setiap tempat kosong yang dia temui dengan pensil atau alat gambar lainnya, anak usia 4 tahun pada saat dia mulai menguasai ketrampilan motoriknya, dia akan menyukai gerakan gerakan motorik kasar (meloncat-loncat, memanjat, meluncur dan lain sebagainya).
 Anak Usia Dini
Anak usia 4- 5 tahun pada saat dia mulai mengenali huruf- huruf, maka ia akan sibuk sekali membaca huruf- huruf yang dia temui. Kegiatan di atas merupakan bagian kecil kebutuhan dari anak usia dini. Secara garis besar kita dapat membedakan kebutuhan anak usia dini sesuai dengan aspek pengembangannya yang meliputi kebutuhan fisik, sosial emosi, kognitif, bahasa dan kebutuhan kecakapan hidupnya.

Perkembangan manusia yang terjadi secara bertahap sesuai dengan masa perkembangannya, dan adanya implikasi bagi setiap individu untuk melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, membuat setiap individu harus memahami dan berusaha untuk dapat melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Tugas perkembangan ini menurut Havigurst sangat erat kaitannya dengan fungsi belajar. Dalam hal ini Havigurst (Sunarto, 2002 : 43). menyatakan bahwa

“Tugas perkembangan harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu. Tugas-tugas ini dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakekatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar ia mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata. “

Senada dengan itu, penelitian tentang perkembangan manusia menunjukkan bahwa proses perkembangan bersifat universal serta urutan perkembangan dapat diprediksikan dan ini terutama perjadi pada anak usia sampai 9 tahun (Bredekamp, 1987 : 2).

Perkembangan berbagai aspek dari seorang individu anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berjalan secara holistik serta dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah berbagai aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak, sementara faktor eksternal adalah guru, keluarga, dan berbagai sumber belajar yang lainnya. Jika anak telah masuk pada suatu program pendidikan, maka satu hal yang tidak kalah penting adalah program ajar yang diterapkan oleh sekolah.

Pendidikan yang dilakukan terhadap anak seharusnya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak serta bagaiamana anak belajar. Sehingga pendidikan pada anak tidak berarti sebagai program ”pemaksaan” terhadap anak untuk melakukan sesuatu atau untuk memiliki suatu kemampuan sesuai keinginan orang dewasa tanpa mempertimbangkan kondisi anak.

Para pendidik harus mengerti bahwa setiap anak adalah unik mempunyai bakat, minat, kelebihan, dan kekurangan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, para pendidikan hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan keunikan-keunikan dan kebutuhan anak tersebut.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 5:20 PM

Perkembangan Fisik Anak Usia Dini

Bayi mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat pada enam bulan pertama kehidupannya. Pola pertumbuhan bayi mengikuti hukum cephalocaudal, yaitu urutan pertumbuhan yang dimulai dari kepala ke organ tubuh lainnya berangsur-angsur ke bawah (kepala ke kaki) dan  proximodistal, yaitu urutan pertumbuhan yang dimulai dari tengah tubuh lalu bergerak menuju kaki dan tangan (dari pusat ke tepi).

95% dari semua bayi lahir panjangnya antara 18 hingga 22 inci dan beratnya antara 5,5 hingga 10 pon. Bayi juga terlahir dengan potensi otak dan sistem syaraf yang berisi hampir 100 milyar sel. Namun, keterkaitan antar sel syaraf tersebut masih lemah.

Pada masa ini, bayi menghabiskan waktunya untuk aktifitas makan, tidur, dan menangis. Bayi tidur ± 16 jam per hari. Pola tidur bayi dapat dibedakan dalam 2 kategori yaitu non-rapid-eye-movement (NREM) dan rapid-eye-movement (REM). Dement (1965 dalam Peterson 1996; 118) menyebutkan bahwa pola tidur REM membantu bayi dalam mengembangkan kemampuannya karena pada saat ini bayi mendapatkan stimulasi mental.

Tangisan merupakan alat pertahanan bayi untuk mendapatkan perhatian dari lingkungannya. Tangisan bayi dapat dibedakan dalam 3 tipe yaitu rhythmic cry, mad cry dan pain cry. Aktifitas makan, tidur, dan menangis berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi organ tubuh.

Pada awal kehidupannya, bayi memiliki reflek dasar yang secara genetis merupakan mekanisme pertahanan hidupnya (Santrock, 1995; 143). Reflek mengatur gerakan bayi yang baru lahir dan bersifat otomatis serta berada di luar kendali bayi.

Bayi juga terlahir dengan fungsi panca indera yang telah berkembang sebagaimana dikemukakan oleh Peterson ( 1996 : 122) ‘ … but research has established that the sensori processes of vision, hearing, touch, taste and smell are all functional from birth.” Bahkan fungsi pendengaran telah berkembang dengan baik pada masa janin. Namun suatu stimuli harus lebih nyaring untuk didengarkan oleh bayi yang baru lahir dibandingkan stimuli yang harus didengar oleh orang dewasa. Dalam hal penglihatan, kemampuan bayi masih sangat lemah.

Bayi hanya mampu melihat obyek dalam radius 20 cm dari wajahnya, dan bayi memperlihatkan ketertarikan lebih pada wajah seseorang. Bayi yang baru lahir juga dapat membedakan bau yang ditunjukkan dengan ekspresi di wajah mereka. Fungsi panca indera semakin berkembang sejalan dengan pertambahan usia bayi.

Pada saat lahir, kemampuan motorik bayi masih sangat rendah. Bayi tidak memiliki koordinasi dada atau lengan yang baik. Tetapi pada usia 3 bulan bayi telah dapat mengangkat kepalanya dari posisi tengkurap. Bayi mengikuti pola pertumbuhan dan perkembangan yang berurutan, tetapi memiliki irama dan ritme perkembangan yang berbeda-beda. Perkembangan kemampuan motorik ini sangat dipengaruhi oleh factor hereditas yang menentukan kecepatan kematangan organ tubuh dan stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya.

Saat ini banyak peneliti perkembangan anak yang percaya bahwa bayi telah mengembangkan kemampuan persepsi intermodal pada usia 4 bulan. Persepsi intermodal adalah kemampuan untuk mengaitkan dan mengintegrasikan informasi atas dua atau lebih pengalaman sensoris. Rata-rata pertumbuhan bayi melambat pada tahun kedua kehidupannya.

Memasuki tahun kedua, tingkat pertumbuhan bayi mulai lambat. Rata-rata anak-anak pada masa ini mengalami pertumbuhan tinggi badan sebesar 2,5 inci dan bertambah berat 5 hingga 7 pon setahun. Pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh etnis/genetis dan faktor gizi.
Perkembangan Fisik Anak Usia Dini
Pada usia 3 tahun, pertumbuhan otak anak telah mencapai 3/4 otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun telah mencapai 9/10 otak orang dewasa. Pada masa ini, otak dan kepala tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. ”Pertambahan ukuran otak disebabkan adanya pertambahan jumlah dan ukuran urat syaraf yang berujung di dalam dan diantara daerah-daerah otak (Santrock, 1995;224).” Pertambahan ini juga disebabkan oleh pertambahan mylination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat syaraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak meningkatkan kecepatan informasi dalam sistem syaraf.

Anak pada usia ini memiliki keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus yang berkembang sangat pesat. Anak usia 3 tahun senang melakukan gerakan-gerakan fisik seperti melompat, berlari kesana-kemari dan berjingkrak-jingkrak demi kegiatan itu sendiri.

”Pada usia ini, anak memiliki tingkat aktifitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia. Karena tingkat aktifitas dan perkembangan otot besar mereka, anak-anak prasekolah perlu berolah raga setiap hari (Santrock, 1995; 225).” Pada masa ini anak juga mengembangkan keterampilan motorik halus. Keterampilan ini semakin dikuasasi oleh anak pada usia 4-5 tahun.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 6:14 PM

Perkembangan Kecerdasan/Intelektual Anak

Kecerdasan berhubungan dengan memori/daya ingat, kreativitas, dan hasil test IQ yang diperoleh seseorang, atau merupakan kemampuan menjelaskan seseorang. Menurut Piaget kecerdasan atau intelligence adalah unsur biologis tertentu yang beradaptasi. Dijelaskan bahwa pencapaian biologis tersebut memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya pada tahapan psikologis tertentu; sebagaimana dinyatakan oleh Piaget: ”intelligence is one kind of biological achievement, which allows the individual to interact effectively with the environment at a psychological level” (Ginsburg and Opper, 1979).

Perkembangan domain kognitif, yaitu pematangan proses-proses dan produk-produk pikiran manusia yang menuntun untuk “mengetahui” adalah suatu proses komplek yang berdampak signifikan dan kontinyu terhadap semua domain perkembangan lainnya. Pada saat yang sama, perkembangan dan kompetensi yang meningkat dalam domain lain mempengaruhi perkembangan kualitatif kapasitas kognitif.

Karena perkembangan intelektual memiliki bentuk yang berputar,  menjanjikan arah-arah baru pada pendidikan masa kanak-kanak awal yang mendukung integrasi beragam domain pembelajaran melalui pembelajaran pengalaman memiliki potensi besar.

Beberapa kontribusi tokoh-tokoh yang menyumbangkan pemikirannya dalam perkembangan intelektual anak;

Intelejensi Gardner
Kemungkinan bahwa kekuatan dan hasil dalam koneksi otak sangat dipengaruhi oleh kecenderungan alami telah dianggap sebagai perspektif teori intelejensi oleh Howard Gardner (1993a, 1997), seorang Psikolog Universitas Harvard. Walaupun lebih cenderung menganggap intelejensi sebagai kapabilitas manusia atau bakat daripada sejumlah fenomena tetap didalam kepala, Gardner melihat neurobiologi menghasilkan “mekanisme pemprosesan informasi inti” yang berhubungan dengan intelejensi tertentu. Gardner mendefinisikan intelejensi sebagai “kemampuan untuk memecahkan masalah atau produk-produk fashion yang merupakan konsekuensi dalam latar budaya atau komunitas tertentu.” (1994,581).

Ia menawarkan sedikitnya tujuh atau lebih  kecerdasan yang meliputi Variasi yang besar melihat manusia di dalamnya dan kultur, kecerdasan ilmu bahasa, kecerdasan berbakat musik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan mengenai ruang, kecerdasan bodily-kinesthetic, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan hubungan antar pribadi, dan kemungkinan suatu kecerdasan penyelidikan alam.

Ia mengutip bukti untuk teori nya dari studi orang banyak tentang uraian dalam mental spesifik yang berfungsi para orang brain-damaged dan profil yang intelektual tentang populasi khusus (e.g. keajaiban dan sarjana) siapa yang mempertunjukkan pengembangan luar biasa di dalam satu area tetapi hanya minimal atau kemampuan yang berkurang area lain. Berada di pusat teori nya bahwa manusia yang dengan mekanisme inti tertentu yang dilengkapi dengan kekuatan seorang anak dan kebutuhan dan anak-anak menguasai isi yang lebih menantang, ketrampilan, dan konsep.

Teoritis Jean Piaget Dan Lev Vygotsky
Piaget melihat kematangan kognitif sebagai suatu rangkaian progresif dari tahap-tahap yang didefnisikan secara struktural.  Pandangannya bahwa kematangan berkembang dari usaha motivasi diri manusia sangat sesuai dengan temuan-temuan neurobiologi terbaru dan teori-teori lain mengenai kognisi.  Dalam mengembangkan konsep atau skema yang berguna, anak-anak mengulangi tindakan tertentu. Tindakan ini mengakibatkan mereka memperoleh informasi baru yang membutuhkan akomodasi pemfungsian.

Piaget melihat rangkaian teori progresif sebagai langkah-langkah dari penggambaran  perspektif ini telah digambarkan menarik kritik yang terbesar oleh mereka yang membubarkan gagasan itu untuk pergeseran kualitatif spesifik dalam hati pada waktu tertentu di dalam rentang kehidupan, Yang mana pandangan tersebut menjadi meningkatkan usaha manusia menjadi organisma penuh dan motivasi untuk menyesuaikan dan bisa dipertimbangkan pengalaman sehari-hari sesuai dengan neurobiological penemuan sekarang dan teori sekarang tentang pengamatan.

Di dalam mengembangkan konsep bermanfaat atau berencana, anak-anak secara penuh mengulangi arti tindakan tertentu secra berulang-ulang {e.g.,meneteskan suatu obyek dari kursi yang tinggi, bersajak kata-kata atau bunyi  yang serasi, tertentu, mengamati bagaimana saraf tak sadar seseorang, gambar atau scribbling, mendengarkan suatu cerita, mengendarai suatu trike, menyelesaikan teka-teki, atau penulisan jurnal sehari-hari).
Anak Usia Dini
Ini mengakibatkan mereka " bertemu secara kebetulan" informasi baru yang manapun akan berasimilasi atau menghasilkan suatu kebutuhan dalam kaitan dengan fungsi sekarang. Kapan pengetahuan manusia secara teori berasimilasi experiential, mereka melakukannya tanpa merasakan kebutuhan manapun untuk menyesuaikan cara mereka memikirkan peristiwa atau situasi tertentu . Bagaimanapun, ada waktu lain ketika mereka menjadi " disequiltbrated," atau membuang gagasan secara teori; ini menyebabkan mereka sudah mulai berpesan tentang situasi atau peristiwa yang tidak lagi sesuai dengan kenyamanan cara berpikir lama mereka tentang hal  itu.

Menurut Piaget, ada empat tahap operasi mental yang digunakan anak-anak untuk memahami peristiwa dan fenomena, dan ini saling dibangun secara epigenetis.  Ringkasan Hamacheck kemampuan intelektual dasar yang berhubungan dengan setiap tahap ini. Usia yang berhubungan dengan tahap-tahap ini adalah perkiraan, dan anak-anak terus-menerus bergerak menuju perolehan proses-proses level tinggi sementara masih memperlihatkan bukti batasan-batasan karakteristik yang diidentifikasikan dengan tahap-tahap tertentu.

Pendidik awal masa kanak-kanak bekerjasama dengan anak-anak sangat bermanfaat dalam pemahaman dan menghormati gaya karakteristik berpikir di dalam langkah-langkah tertentu sedemikian sehingga aktivitas dan tingkatan teori pengalaman tidak melebihi kemampuan anak untuk memperolehnya.

Ikhtisar tentang Langkah-Langkah Intelektual Piaget
LangkahUmurKarakteristik Dasar
1. Sensorimotor2 TahunBayi belajar bahwa mereka adalah berbeda dari object lainnya  dan belajar melalui manipulasi dan pikiran sehat mereka. Ada suatu keinginan kuat dan kebutuhan untuk rangsangan
2. Berpikir Preoperational2-7 Tahun
a. Tahap Preoperational2-4 TahunHal utama periode egosentris sepanjang anak-anak adalah tidak mampu untuk melihat berbagai hal dari segi pandangan mereka yang cenderung untuk menggolongkan jalan yang sangat sederhana (e.g., jika seorang bapak adalah seorang laki-laki, kemudian semua orang harus menjadi ayah).
b. Tahap intuitif
Anak-Anak pelan-pelan mulai berpikir dalam kaitan dengan kelas, menangani konsep nomor;jumlah, dan melihat hubungan sederhana. Anak-Anak adalah " intuitif"; itu berarti, mereka adalah mampu bagaimana membuat penggolongan walaupun mereka tidak benar-benar memahami mengapa atau bagaimana. Mereka kembangkan suatu kesadaran yang berangsur angsurmerupakan kekekalan massa, berat/beban, dan volume ( e.g., mereka dapat lihat bahwa jumlah boleh tetap sama sekalipun mentransfer ke suatu kontainer ukuran berbeda).
3. Wujudkan pikiran operasional4-7 TahunAnak-Anak berkembang dalam kemampuan dengan sadar menggunakan dan memahami operasi logis seperti reversibilas dalam perhitungan, penggolongan ( menarik object ke dalam hirarki kelas), dan mengorganisir object ke dalam suatu rangkaian yang ditetapkan, seperti meningkatkan ukuran atau berat
4. Pikiran operasional formal11-15 TahunAnak muda lebih lanjut  mengembangkan kemampuan untuk memahami konsep abstrak (e.g., kemampuan ke seriation tentang " ideal," memahami cause-effect hubungan, memikirkan masa depan dan mengembangkan hipotesis 

Oleh karena itu, mereka tidak secara otomatis mengetahui apa yang mulai diketahui anak-anak yang lebih besar dimana angka, masa, jarak, volume, dan area tetap konstan walaupun bentuknya berubah. Anak-anak dalam tahap konkret dapat menjadi lebih reflektif mengenai operasi tersebut dan itu adalah yang dibutuhkan untuk melakukan suatu tindakan.

Lev Vygotskys konsep zone proximal pengembangan (ZPD) adalah di sini penting dalam kaitan dengan pembelajaran optimal anak-anak. Vygotsky yakin bahwa pengembangan seharusnya tidak dipandang sebagai suatu sifat yang dinamis dan secara kontinum adalah prilaku, tingkat kematangan yang berubah atau zona yang dibatasi oleh prilaku-prilaku yang tampaknya sedang berkembang dalam waktu dekat.konstan tetapi dinamis dan secara konstan mengubah rangkaian perilaku, derajat tingkat waktu menjadi matang, atau zone yang terbatas oleh perilaku yang nampak dekat dengan mengembangkan di masa mendatang.

Ia uraikan dua tingkatan yang membentuk parameter pengembangan pada manapun waktu tertentu (I) yang tingkat lebih rendah capaian menunjuk ketika capaian mandiri ( yaitu, apa yang anak ketahui dan dapat segera mereka lakukan tanpa bantuan seseorang yang lebih banyak mengetahui seperti orang dewasa, suatu panutan, suatu mitra khayal, atau anak-anak lebih tua tingkatan pengembangan lebih tinggi) dan (2) suatu yang tingkatnya lebih tinggi seperti secara maksimal dibantu pencapaiannya, yang mana anak dapat mencapai dengan dukungan (yaitu.tanda kunci rahasia, isyarat, pernyataan, demonstrasi, penjelasan, aktivitas praktek secara rinci tersusun, dll.).

Bantuan eksternal macam ini (Wood, 1989; Wood, Brumner& Ross, 1976; Wood& Middleton, 1975), pada awalnya diperkenalkan di Bab 4 Kamu akan mengingat bahwa orang dewasa menyediakan dukungan sosial yang mengijinkan anak itu untuk bergerak maju dan melanjutkan membangun kemampuan baru. Keterlibatan orang dewasa kemudian adalah dikurangi seperti anak berkembang dalam kemampuannya untuk menangani ketrampilan atau masalah dengan bebas. Pada waktu ini, tugasnya jauh lebih menantang (yaitu suatu ZPD baru) diperkenalkan ( Gardner et al., 1996).

Sesudah itu, dengan bantuan dan praktek, tingkatan yang dibantu menjadi bagian dari capaian anak mandiri, dan mengedepankan waktu menjadi suatu kematangan. Pendidik efektif mengetahui bahwa konsep ZPD ini pengajarannya harus diarahkan untuk anak tingkat lebih tinggi ZPD tetapi bahwa ada yang membatasi pada banyak orang tentang seorang anak dapat ditantang secara teori tertentu dimanapun waktunya. Kapan ketrampilan atau konsep diperkenalkan terlalu jauh di atas suatu ZPD anak, anak-anak akan " ke luar,' mulai mengabaikannya , tidak untuk menggunakan, atau menggunakan salah dan tidak sesuai ( Leong& Bodrova, 1995).

Di sini sangat kritis, juga, adalah Vygotsky's yakin "semua fungsi mental lebih tinggi adalah hubungan sosial internalized" (yaitu., anak-anak secara terus menerus bisa mempertimbangkan dan ditarik menuju pembelajaran yang lebih banyak tentang konsep, ketrampilan, dan memproses oleh karena interaksi mereka dengan orang yang lain. Mereka belajar apa yang menarik dari pelajaran itu atau apa yang mereka rasa ketika adanya penghargaan untuk belajar..

Piaget meminta dengan tegas bahwa semua pengetahuan, mencakup kemampuan untuk memberi alasan secara logika, dibangun ketika undang-undang anak-anak dan orang-orang dan mencoba untuk bisa dipertimbangkan pengalaman mereka Zahorik (1997,30) mengakui teori ini mempertahankan appeal-that pengetahuan kuat diakibatkan oleh ketidakseimbangan, muncul dari pengetahuan utama dan tumbuh melalui pengalaman dan umpan balik. Ini adalah terpenuhi ketika anak-anak memperoleh komponen dasar dari suatu pengetahuan pokok.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 7:50 PM

Perkembangan Emosi Anak

Emosi (Nurihsan, 2007:154) itu dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa (a stird up state) yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku. Gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, dongkol, iri, cemburu, senang, kasih sayang, simpati, dan sebagainya merupakan beberapa proses manifestasi dari keadaan emosional pada diri seseorang.

Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga variabel, yaitu: rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable, perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi bila mengalami emosi (the organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atas terjadinya pengalaman emosional itu (the response variable). Yang mungkin dapat diubah dan dipengaruhi atau diperbaiki (oleh para pendidik dan guru) adalah variabel pertama dan ketiga (the stimulus-response variables), sedangkan variabel kedua tidak mungkin karena merupakan proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara mekanis.

Selanjutnya ada dua dimensi emosional yang sangat penting diketahui para pendidik, terutama para guru, ialah: (1) senang tidak senang (pleasent-unpleasent) atau suka tidak suka (like-dislike), dan (2) intensitas dalam term kuat-lemah (strength-weakness) atau halus kasarnya atau dalam-dangkalnya emosi tersebut. Hal-hal itu penting karena dapat memberikan motivasi pengarahan dan integritas perilaku seseorang, di samping mungkin pula akan merupakan hambatan-hambatan yang bersifat fatal (ingat bentuk¬bentuk perilaku yang frustrasi).

Bridges (Loree, 1970 : 82) menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak-anak sebagai berikut.
  1. Pada saat dilahirkan setiap bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan-rangsangan tertentu (bunyi, cahaya, temperatur).
  2. Dalam periode 3 bulan pertama ketidaksenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan (melalui penularan) dari emosi orang tuannya.
  3. Dalam masa 3-6 bulan pertama ketidaksenangan itu berdiferensiasi kedalam  kemarahan, kebencian, dan ketakutan.
  4. Sedangkan pada masa 9 -12 bulan pertama kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang.
  5. Pada usia 18 bulan pertama kecemburuan mulai didiferensiasikan dari ketidaksenangan tadi.
  6. Pada usia 2 tahun, kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan. 
  7. Mulai usia 5 tahun, ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan kecewa; sedangkan kesenangari berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih sayang.

Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya dimensi-dimensi tersebut di-reinforce¬ment secara conditioning melalui proses belajar. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau terdapat siswa-siswa yang membenci atau menyenangi guru atau bidang studi tertentu, bergantung pada kemampuan guru untuk menyelenggarakan conditioning dan reinforcement aspek-aspek emosional tersebut.
Perkembangan emosi pada anak usia sekolah
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :

a. Pada bayi hingga 18 bulan
  1. Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada bayi.
  2. Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.
  3. Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
  4. Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri orang asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orangorang yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.
b. 18 bulan sampai 3 tahun
  1. Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.
  2. Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan ekspresi wajah dengan bahasa verbal.
  3. Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku dan menguasai diri.
c. Usia antara 3 sampai 5 tahun
  1. Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
  2. Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.
d. Usia antara 5 sampai 12 tahun
  1. Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.
  2. Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
  3. Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).
  4. Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 7:18 PM

Perkembangan Sosial Anak Usia DIni

Aspek sosial anak berkaitan dengan hubungan atau relasi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Lama sebelum matanya dapat melihat dengan jelas, bayi yang baru dilahirkan akan merespon bunyi atau suara dan memusatkan perhatian pada asal suara sebagaimana layaknya orang dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia secara kodrati adalah makhluk sosial yang menunjukkan ketertarikan pada relasi sosial.

Pada masa awal hidup manusia, yang disebut dengan anak usia dini, akan mengembangkan rasa kepercayaan pada lingkungan. Dengan memberikan perawatan dengan penuh kelembutan, kasih sayang, dan perhatian yang konsisten anak akan merasa mendapatkan keamanan dan kenyamanan sosial sebagai modal dalam mengembangkan kepercayaan pada lingkungan. Anak yang merasa percaya pada lingkungan akan dapat mengembangkan persahabatan dan kedekatan dengan orang lain.

Ketika mulai tergabung dalam kelompok bermain dan taman kanak-kanak, anak usia pra-sekolah akan belajar mengembangkan interaksi sosialnya dengan lebih luas. Tidak hanya dengan anggota keluarga yang lain tetapi juga terhadap guru, teman sebaya beserta anggota keluarga teman tersebut.
Untuk sukses dalam beradaptasi dengan lingkup pergaulan yang makin meluas tersebut tentu saja keterampilan anak harus dilatih. Sesuai dengan tugas perkembangan anak, maka kegiatan bermain merupakan sarana yang paling tepat untuk mengembangkan keterampilan sosial anak.

Sebagai dasar pembelajaran dan mengembangkan sosial anak, seorang pendidik atau orang tua harus mengetahui karakter dasar perkembangan sosial anak, agar pembelajaran dan umpan balik yang diberikan pada anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Berikut beberapa teori perkembangan sosial anak :

Tahapan Perkembangan Psikososial menurut Erikson
Tahap PerkembanganUmurElemen untuk Hasil Positif
Trust vs MistrustMasa bayi
0-1 tahun
Bayi membutuhkan gizi dan perawatan serta kasih sayang, tanggung jawab orangtua dan konsistensi pengasuhan dari orangtua
Autonomy vs. Shame & DoubtMasa baduta
1 - 2 tahun
Kontrol yang lebih baik terhadap diri sendiri dalam lingkungannya, mulai belajar makan, kontrol pembuangan, berpakaian. Orangtua meyakinkan bahwa anak bisa, dan menghindari terlalu bersikap melindungi
Initative vs GuiltMasa prasekolah
2 - 6 tahun
Menjalankan aktivitas diri, belajar menerima tanpa rasa salah jika tidak dapat mencapainya, imajinasi, bermain peran seperti orang dewasa. Belajar inisiatif bukan hanya meniru, terbentuknya nurani dan identitas seksual
Industry vs inferiorityMasa sekolah
6 -12 tahun
Menemukan kesenangan dan produktif, bertetangga, menjalin hubungan dengan teman sebaya, interaksi di sekolah. Belajar kepercayaan diri dengan meningkatkan keterampilan
Loree (Nurihsan, 2007 : 164) dengan mensitir pendapat English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu (terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan-tuntutan kehidupan (kelompoknya); belajar bergaul dengan dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam lingkungan sosio-kulturalnya.
Anak Usia Dini
Perkembangan sosial (Nurihsan, 2007:166), dengan demikian dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan yang bersinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa. Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term kesadaran hubungan aku-engkau atau hubungan subjek-objek. Proses perkembangannya berlangsung secara berirama sebagai berikut:
  1. Masa kanak-kanak awal (0;0 - 3;0) : subjektif
  2. Masa krisis I (3;0 - 4;0) : trotz alter (anak -degil)
  3. Masa kanak-kanak akhir (4;0 - 6;0) : subjektif menuju objektif
  4. Masa anak sekolah (6;0 - 12;0): objektif
  5. Masa krisis II (12;13) : pre-puber (anak tanggung)
  6. Masa remaja awal (13;0 - 16;0) : subjektif menuju objektif
  7. Masa remaja akhir (16;0 - 18;0): objektif.
Bronson (Nurihsan, 2007 : 165) mengidentifikasikan berdasarkan hasil studi longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan sosial pada anak, ialah: (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan (3) passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.

Pola pertama anak cenderung menarik diri secara tegas dari lingkungannya, mereka senang menyendiri dan cenderung introvert yaitu berorientasi ke dalam dirinya. Pola kedua anak cenderung merespons kehidupan yang ada di lingkungannya secara aktif. Adapun pola ketiga anak cenderung pasif, kurang merespons terhadap kehidupan yang terjadi di lingkungan yang ada di sekitarnya.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:38 PM

Hakekat Perkembangan Anak Usia Dini

Pada dasarnya perkembangan manusia mempunyai prinsip-prinsip umum yaitu manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan manusia berkembang dengan urutan perkembangan yang teratur. Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Anak Usia Dini
Dalam Modul Sosialisasi PAUD (Direktorat PAUD, 2004; 9) disebutkan bahwa anak usia dini adalah:
  1. Kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sidiknas). Adapun berdasarkan para pakar pendidikan anak usia dini, yaitu kelompok manusia yang berumur 0-8 tahun (Eva Essa 1996; dalam Dedi Supriadi, 2005).
  2. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
  3. Berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu : masa bayi (usia lahir-12 bulan) masa toddler/balita (usia 1-3 tahun) masa prasekolah (usia 3-6 tahun) masa kelas awal SD (usia 6-8 tahun)
Pembagian tahapan-tahapan usia tersebut dilakukan karena adanya kesamaan pada beberapa aspek perkembangan baik fisik maupun psikologis. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Modul Materi dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V (1983 , 15) yang menyebutkan bahwa “Tugas perkembangan pada setiap tahapan usia manusia tidak muncul begitu saja, tetapi dirumuskan dengan berbagai pertimbangan, yaitu perkembangan jasmaniah, perkembangan kemampuan rohaniah, dan tuntutan sosial.”

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan bahwa “beberapa tugas terutama muncul sebagai akibat dari kematangan fisik, seperti belajar berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca, dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan. Tetapi pada umumnya, tugas-tugas dalam perkembangan muncul dari ketiga macam kekuatan ini secara serempak.”

Berdasarkan pada pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak usia 0-8 tahun yang terbagi dalam beberapa kategori yaitu anak masa bayi, anak masa batita, anak masa prasekolah, dan anak masa kelas awal SD yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, yaitu memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilaluinya.

Proses Pertumbuhan dan perkembangan seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi pada setiap aspeknya, yaitu aspek intelektual, fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadiannya.

Masa perkembangan anak-anak adalah masa yang penting untuk masa-masa perkembangan berikutnya. Keberhasilan maupun kegagalan dalam perkembangan masa anak-anak cukup berarti untuk masa selanjutnya. Perkembangan anak meliputi perkembangan kognitif atau intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan fisiknya. Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan anak akan memepengaruhi cara pandang terhadap dirinya dan lingkungannya yang berdampak pada penyesuaian dirinya dan orang lain.

Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Ketika suatu bangsa mengalami keterpurukan dan diperparah dengan kualitas SDM yang rendah biasanya sering dikaitkan dengan lemahnya peran pendidikan dalam membantuk manusia yang unggul.

Saat ini sudah semakin disadari bahwa pendidikan sangat penting bahkan dimulai sejak anak lahir. Bahkan yang lebih menarik lagi, pendidikan dapat dimulai semenjak anak masih dalam kandungan. Pentingnya pendidikan sejak dini karena didorong oleh berbagai teori belajar yang menyebutkan bahwa pada usia tersebutlah berbagai aspek perkembangan mengalami masa yang sangat cepat dan menentukan.

Perkembangan berbagai aspek dari seorang individu anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berjalan secara holistik serta dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah berbagai aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak, sementara faktor eksternal adalah guru, keluarga, dan berbagai sumber belajar yang lainnya. Jika anak telah masuk pada suatu program pendidikan, maka satu hal yang tidak kalah penting adalah kurikulum yang diterapkan oleh sekolah.

Dari berbagai hasil penelitian di bidang tumbuh kembang anak dapat diketahui bahwa usia dini merupakan peletak dasar (fondasi awal) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Karena pada usia ini pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak terjadi sangat pesat. Sekalipun Tuhan telah memberikan potensi bawaan pada anak, tetapi lingkungan memberikan sikap, kepribadian dan pengambangan kemampuan anak.

Penelitian tentang kecerdasan otak menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan kepandaian anak, stimulasi harus diberikan sejak tiga tahun pertama dalam kehidupannya. Stimulasi lingkungan terhadap perkembangan otak jauh lebih rumit dari yang diperkirakan. Rangsangan dari luar mempengaruhi sel-sel otak, simpul-simpul yang menghubungkan sel-sel tersebut dan mengatur bagaimana simpul-simpul itu saling bekerja dan berhubungan.

Stimulasi lingkungna ibarat pahatan yang bekerja membentuk sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang dengan baik. Anak-anak yang terbiasa menerima stimulasi pada tiga tahun petama kehidupan mempunyai IQ 20 poin lebih tinggi dibandingkan mereka yang kurang menerima rangsangan. Anak-anak yang tidak banyak bermain dan menerima rangsangan panca indera di awal usianya mempunyai ukuran otak 20 sampai 30 persen lebih kecil dari ukuran normal. Riset memperlihatkan bahwa otak manusia terdiri dari neuron (sel-sel saraf yang sangat lembut) yang mampu menganalisis, mengoordinasi dan menyimpan semua informasi yang diterima lewat panca indera.

Setiap sel saraf ini satu mempunyai serabut (axon) yang mengirim tanda ke sel-sel saraf lain dan banyak serabut (dendrite) yang berfungsi menerima tanda. Pada akhirnya axon menggerakkan satu atau lebi dendrite yang siap menerima. Dendrite kemudian menerjemahkan pesan ini dan mengirimkan kembali ke sel-sel penerima. Pergerakan ini terjadi lebih dari 300 km/jam dan berulang terus-menerus selama 600 setiap detik. Kecerdasan tergantung pada jumlah sel-sel di dalam otak da jumlah simpul-simpul saraf otak yang saling terhubungkan. (June R Oberlander, 2000)

Dilihat dari kacamata pendidikan, stimulasi/rangsangan terhadap perkembangan anak setidaknya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut; (1) penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama), (2) pembentukan sikap dasar (disiplin, kejujuran, kemandirian dan kreativitas), (3) pengembangan kemampuan dasar (bahasa, motorik, kognitif dan sosial), dan (4) melejitkan semua potensi kecerdasan anak.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Para orang tua dan pendidik anak harus sadar apa yang dapat dan harus mereka lakukan untuk membuat anak menikmati dan mengambil manfaat pada setiap perkembangannya. Keberhasilan pada tiap perkembangan, termasuk didalamnya perkembangan sosial dan intelektual anak tidaklah lepas dari aktifitas belajar dan stimulus yang diberikan pada anak.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 4:23 PM

Aspek Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Aspek perkembangan pada anak terkait pada perkembangan fisik-motorik, kognitif, bahasa, nilai-nilai dan moral agama, seni dan sosial-emosional. Aspek-aspek perkembangan ini tidak berkembang sendiri-sendiri, tetapi terintegrasi menjadi satu kesatuan. Apabila satu aspek mengalami hambatan maka akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Berikut ini akan kita bahas bersama aspek-aspek perkembangan anak tersebut satu persatu.

A. Perkembangan Fisik
Daur Pertumbuhan Fisik
Petumbuhan fisik tidak dapat dikatakan mengikuti pola ketetapan yang tertentu. Pertumbuhan tersebut terjadi secara bertahap atau dengan kata lain seperti naik turunnya gelombang adakalanya cepat adakalanya lambat.

Daur Pertumbuhan Utama
Studi tentang pertumbuhan fisik telah menunjukkan bahwa pertumbuhan anak dapat di bagi menjadi 4 periode utama, dua periode ditandai dengan pertumbuhan yang cepat dan dua periode lainnya dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat. Selama periode pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pascalahirnya, pertumbuhan memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian menjadi stabil sampai si anak memasuki tahap remaja, atau tahap kematangan kehidupa seksualnya.

Keanekaragaman Daur Pertumbuhan
Ukuran dan bangun tubuh yang diwariskan secara genetik, juga mempengaruhi laju pertumbuhan tersebut. Anak-anak yang mempunyai bangun tubuh kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan mereka yang bangun tubuhnya kecil atau sedang. Anak-anak dengan bangun tubuh besar ini, biasanya akan memasuki tahap remaja lebih cepat dari pada teman sebayanya yang mempunyai bangun tubuh lebih kecil.

Besar Kecilnya Ukuran Tubuh
Besar kecilnya tubuh seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan dan juga faktor lingkungan. Faktor keturunan menentukan cara kerja hormon yang mengatur pertumbuhan fisik yang dikeluarka oleh lobus anterior dari kelenjar pituitary, suatu kelenjar kecil yang terletak di dasar sebelah bawah otak.

Tinggi Tubuh
Anak-anak dengan usia sebaya dapat memparlihatkan tinggi tubuh yang sangat berbeda, tetapi pola pertumbuhan tinggi tubuh mereka tetap mengikuti aturan yang sama. Bila dihitung secara rata-rata, pola ini dapat menggambarkan pertumbuhan anak pada usia tertentu. hal ini dipenganruhi oleh faktor dari dalam (gen) dan faktor dari luar seperti asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tinggi badan
Anak Usia Dini
Berat Tubuh
Rata-rata berat bayi ketika dilahirkan adalah 3 sampai 4 kg, tetapi ada juga beberapa bayi yang beratnya 1½ sampai 2 kg.Pada waktu berusia 2 dan 3 tahun berat tubuh anak akan bertambah 1½ sampai 2 ½ kg setiap tahunnya. Setelah anak berusia 3 tahun, nampak berat tubuh tidak lagi bertambah dengan cepat, bahkan cenderung perlahan sampai saatnya nanti ia memasuki usia remaja. Pada usia 5 tahun, seorang anak yang normal akan memiliki berat tubuh yang berkisar antara 40 dan 45 kg.

Proporsi Tubuh
Proporsi tubuh atau perbandingan besar kecilnya anggota badan secara keseluruhan pada bayi jelas berbeda dari proporsi orang dewasa. Pertumbuhan tinggi dan berat badan menunjukkan bahwa pertumbuhan tinggi badan anak lebih cepat dari pada pertumbuhan berat badannya. Kecuali pada tahun pertama kehidupan sewaktu ia tumbuh dengan cepat.

Tulang
Perkembangan tulang yang terjadi pada setiap manusia biasanya mencakup pertumbuhan tulang, perubahan jumlah tulang, dan perubahan komposisi tulang. Perkembangan tulang ini sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan umumnya yaitu pada tahun pertama pertumbuhan cepat sekali, kemudian lambat dan pada saat remaja menjadi cepat kembali.

Pertumbuhan tulang terjadi karena memang ada pemanjangan pada ujung tulang. Epiphisis, juga disebut tulang rawan memisahkan tulang atau yang disebut diaphsis dari tulang lainya.

B. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa di tingkat pemula ( bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara.
Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap sebagai pernyataan rasa tidak senang.

Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak dinyatakannya.
Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi ( suara-suara ) yang banyak ragamnya tetapi bunyi-bunyi itu belum mempunyai arti , hanya untuk melatih pernapasan saja.

Menjelang usia pertengahan di tahun pertama, ia meniru suara-suara yang didengarkannya, kemudian mengulangi suara tersebut, tetapi bukan karena dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya

Ada dua alasan mengapa bayi belum pandai berbicara:
Pertama, alat-alat bicaranya belum sempurna., dan Kedua, untuk dapat berbicara, ia memerlukan kemampuan berpikir yang belum dimiliki oleh anak bayi. Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain secara timbal balik.

Ditingkat pemula ( bayi ) tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan tak senang dengan cara menangis sedangkan rasa senangnya dinyatakan dengan berbagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa yang selanjutnya tidak dialami olehnya. Ia tidak mampu mengulangi suara-suara rabannya dan suara orang lain. Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu.

Pada mulanya motif anak mempelajari bahasa adalah agar dapat memenuhi: keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, diri sendiri, dan kawan-kawannya ini terlihat pada anak usia 2 setengah – 3 tahun.
Memberi perintah dan menyatakan kemauannya.
Pergaulan sosial dengan orang lain.
Menyatakan pendapat dan ide-idenya.

Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern
  1. Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan. Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya. Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya.
  2. Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun. Dalam masa kedua ini terjadi masa apa itu, masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna.
  3. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d setengah tahun.. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata. Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.
  4. Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya.. Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna,baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.

C. Perkembangan Moral
Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. “Moral”berasal dari kata latin yang berarti tatacara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral- peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidakacuhan akan harapan sosial, melainkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.

Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran sengaja terhadap standar kelompok. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral daripada tak bermoral.

Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap bayi yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah.

Dalam mempelajari sikap moral, terdapat empat pokok utama:
  1. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum, kebiasaan, dan peraturan.
  2. Mengembangkan hati nurani.
  3. Belajar mengalami perasaan bersalah dan rasa malu bila perilaku individu tidak sesuai dengan harapan kelompok.
  4. Mempunyai kesempatan untuk interaksi sosial untuk belajar apa saja yang diharapkan anggota kelompok.

Pola Perkembangan Moral
Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama disebut tahap realisme moral ( moralitas oleh pembatasan”. Tahap kedua disebut moralitas otonomi ( moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik)

Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cenderung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.

Di tahap kedua perkembangan kognitif anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.

D. Perkembangan Agama
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:

The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng- dongeng yang kurang masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng.

Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama dari pada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.

The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika.

Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digarisbawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.

The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistik ini terbagi menjadi tiga golongan:
  1. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
  2. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan).
  3. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.
Imam Bawani membagi fase perkembangan agama pada masa anak menjadi empat bagian, yaitu:
Fase dalam kandungan
Untuk memahami perkembangan agama pada masa ini sangatlah sulit, apalagi yang berhubungan dengan psikis ruhani. Meski demikian perlu dicatat bahwa perkembangan agama bermula sejak Allah meniupkan ruh pada bayi, tepatnya ketika terjadinya perjanjian manusia atas tuhannya

Fase bayi
Pada fase kedua ini juga belum banyak diketahui perkembangan agama pada seorang anak. Namun isyarat pengenalan ajaran agama banyak ditemukan dalam hadis, seperti memperdengarkan adzan dan iqamah saat kelahiran anak.

Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian:
a. Unreflective (kurang mendalam/ tanpa kritik)
Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka merasa puas dengan keterangan yang kadang- kadang kurang masuk akal. Menurut penelitian, pikiran kritis baru muncul pada anak berusia 12 tahun, sejalan dengan perkembangan moral.

b. Egosentris
Sifat egosentris ini berdasarkan hasil ppenelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3 – 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa.

Pada usia 7 – 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 – 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.

c. Anthromorphis
Konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa) biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret.

d. Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal secara verbal kalimat- kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan doa yang menarik bagi mereka adalah yang mengandung gerak dan biasa dilakukan (tidak asing baginya).

e. Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan meniru. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting.

Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa teladan

f. Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriah saja. Untuk itu perlu diberi pengertian dan penjelasan pada mereka sesuai dengan tingkat perkembangan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting.

E. Perkembangan Sosial
Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri sendiri daripada bersama-sama dengan orang lain, atau mereka yang bersifat sosial pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal diluar dirinya, secara ‘alamiah’ memang sudah bersifat demikian, atau karena faktor keturunan. Juga orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang anti social.

F. Perkembangan Emosi
Pola Perkembangan Emosi
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik.

Seringkali sebelum lewatnya periode neonate, keterangsangan umum pada bayi yang baru lahir dapat dibedakan menjadi reaksi yang sederhana yang mengesankan tentang kesenangan dan ketidaksenangan. Reaksi yang tidak menyenangkan dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi secara tiba-tiba, sekonyong-konyong membuat suara keras, merintangi gerakan bayi, membiarkan bayi mengenakan popok yang basah, dan menempelkan sesuatu yang dingin pada kulitnya.

Rangsangan semacam itu menyebabkan timbulnya tangisan dan aktivitas besar. Sebaliknya, reaksi yang menyenangkan tampak jelas tatkala bayi menetek. Reaksi semacam itu juga dapat diperoleh dengan cara mengayun-ayunkannya, menepuk-nepuknya, memberikan kehangatan, dan membopongnya dengan mesra. Rasa senang pada bayi dapat terlihat dari relaksasi yang menyeluruh pada tubuhnya, dan dari suara yang menyenangkan berupa mendekut dan mendeguk.

Bahkan sebelum bayi berusia satu tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan ekspresi pada orang dewasa. Lebih jauh lagi, bayi menunjukkan berbagai macam reaksi emosional yang semakin banyak, antara lain kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kebahagiaan. Reaksi ini dapat ditimbulkan dengan cara memberikan berbagai macam rangsangan yang meliputi manusia serta objek dan situasi yang tidak efektif bagi bayi ynag lebih muda.

Bukan hanya pola emosi umum yang mengikuti alur yang dapat diramalkan, tetapi pola dari berbagai macam emosi juga dapat diramalkan. Sebagai contoh, reaksi ledakan marah (temper tantrums) mencapai puncaknya pada usia antara dua dan empat tahun, dan kemudian diganti dengan pola ekspresi yang lebih matang, seperti cemberut dan sikap Bengal.

G. Perkembangan Kognitif
Perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan kognitif bayi telah dipelajari melalui penggunaan skala perkembangan atau tes intelegensi bayi. Adalah penting untuk mengetahui apakah seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, normal, atau cepat. Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk pengayaan cukup penting. Akan tetapi bila seorang bayi berkembang pada suatu tahapan yang lebih maju, orang tua dapat dinasehati untuk memberi mainan yang lebih “sulit” guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 2:01 PM

Prinsip Prinsip Perkembangan

Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena psikologi perkembangan mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu.

Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun keduanya tidak berdiri sendiri. pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat. Akibat adanya pertumbuhan otak, anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar, mengingat, dan berpikir.

Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren. Progresif menandai bahwa perubahannya terarah, membimbing mereka maju dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan nyata antara perubahan yang sebelumnya dan sesudahnya.

Pada tulisan ini akan diterangkan prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak.

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perubuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.

Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak, meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.

1. Adanya Perubahan
Ciri perubahan Seorang Anak diantaranya adalah hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial. Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.

Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya.

2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembangan anak
Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ini tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorang anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
Perkembangan Anak
Perkembangan seorang anak akan sangat dipengaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogenetik yaitu merangkak, duduk kemudian berjalan.

3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan.

Hubungan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.

Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki.
Hukum yang kedua yaitu proximodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.

4. Pola perkembangan dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya.

5. Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat.
Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan.

Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembang lebih lambat.

Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketakutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.

Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.

Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu.

Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.

Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan.

6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak.

Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.

Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya.

Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.

Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri.

7. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan.

Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 1:59 PM