Home » , , » Majas Metafora teks “Anak-Anak Merapi”

Majas Metafora teks “Anak-Anak Merapi”

Majas adalah kiasan. Majas metafora adalah kiasan yang menggunakan kata atau kelompok kata yang bukan arti sebenarnya untuk menggambarkan sesuatu. Kata atau kelompok kata tersebut memiliki persamaan atau perbandingan dengan kata yang diwakilinya.

Majas Metafora yang menjadi bagian dari majas yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai berbagai jenis gaya bahasa. Secara garis besar, majas dikelompokkan ke dalam empat jenis sesuai fungsinya seperti majas perbandingan, majas penegasan, majas pertentangan, hingga majas sindiran. Namun, majas sendiri memiliki banyak nama, seperti personifikasi, hiperbola, simile, litotes, metafora, dan lain sebagainya. 

Majas merupakan sebuah gaya bahasa yang berbentuk kiasan, definisi, ibarat, dan perumpamaan yang memiliki tujuan untuk mempercantik makna dan pesan dari sebuah kalimat. Majas atau gaya bahasa juga dipahami sebagai kegiatan pemanfaatan kekayaan unsur bahasa dan penggunaan ragam bahasa tertentu. Berikut ini majas metafora yang terdapat pada bacaan “Anak-Anak Merapi”

Anak-Anak Merapi
Langit masih semburat merah. Hawa dingin masih menggigit tulang. Yono, Panji, dan Ratna berjalan beriringan menuju sekolah. Mereka berangkat lebih pagi untuk tugas piket.

 “Semoga Merapinya baik-baik saja,” gumam Panji.

Anak-anak ini tinggal di lereng Gunung Merapi. Beberapa tahun lalu, wedus gembel menjadi buah bibir orang se-Indonesia. 

Wedus gembel membabi buta, menghanguskan apa saja yang dilaluinya. Seluruh penduduk desa harus mengungsi sampai kondisi membaik kembali. Wajar jika Panji memiliki harapan seperti itu.

“Kata bapakku, Gunung Merapi itu penting bagi kehidupan masyarakat di sini. Kalau Merapi akan meletus, kita sebaiknya menyingkir sebentar. Abu dan lava yang dikeluarkan itu baik untuk menyuburkan tanah,” Ratna angkat bicara. 

 “Iya,” imbuh Yono. “Buktinya, sekarang sawah dan kebun kita makin subur.”

 “Tapi kalau meletus lagi, menakutkan sekali. Gara-gara wedus gembel itu, Si Blendhung meninggal.” Mendung menyelimuti wajah Panji ketika dia teringat sapi kesayangannya.

Ratna dan Yono ikut sedih, tetapi tertawa mendengar Panji mengucapkan kata “meninggal” untuk sapinya. Mereka meminta Panji berlapang dada menerima kenyataan itu.

“Bekas aliran lava Merapi malah menjadi pemikat wisatawan,  ya. Pamanku sering mengantar mereka dengan jip,” ujar Yono.
Anak-Anak Merap
“Aku belum pernah naik jip. Kapan-kapan, ajak aku, ya?” Ratna memohon kepada Yono. Dia sedikit iri. Banyak wisatawan datang ke Merapi untuk bertualang naik jip menyusuri Gunung Merapi. Namun, dia sendiri belum pernah mencobanya.

“Nanti aku bilang pamanku. Biar kita bertiga diajak berkeliling Merapi naik jip,” janji Yono.

Ratna dan Panji bersorak. Panji sudah melupakan Si Blendhung gara-gara janji Yono.

“Kita terlambat!” Yono mengejutkan kedua temannya. 

Mendengar itu, mereka berlarian menuju sekolah.
Cerita oleh B.E. Priyanti

Berikut ini kalimat yang menggunakan majas metafora dalam teks “Anak-Anak Merapi”
No.KataArti Sebenarnya
1.Beberapa tahun lalu, wedus gembel menjadi buah bibir orang-orang di Indonesia.bahan pembicaraan
2.Wedus gembel membabi buta, menghanguskan apa saja yang dilaluinya.menerjang tanpa memilih
3.“Abu dan lava yang dikeluarkan itu baik untuk menyuburkan tanah,” Ratna angkat bicara.mulai berbicara atau memberi pendapat
4.Mereka meminta Panji berlapang dada menerima kenyataan itu.sabar
5.Mendung menyelimuti wajah Panji ketika dia teringat sapi kesayangannyasedih

Demikian pembahasan mengenai Majas Metafora teks “Anak-Anak Merapi”. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas IV Kurikulum Merdeka, Kemendikbud.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 5:32 PM

1 komentar:

Mohon tidak memasukan link aktif.