Empati adalah kemampuan untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain dalam suatu situasi dari sudut pandang mereka bukan sudut pandang kita sendiri. Psikolog Daniel Goleman dan Paul Ekman telah mengidentifikasi 3 komponen empati, yang itu kognitif, emosional dan welas asih
- Empati Kognitif. Mengetahui perasaan dan apa yang mungkin orang lain pikirkan. Terkadang disebut juga sebagai pengambilan perspektif. Beberapa dari peserta didik mungkin merasa sedih dan cemas karena dipanggil dengan panggilan yang tidak menyenangkan oleh teman-temannya.
- Empati Emosional terjadi ketika ibu dan bapak merasa terhubung secara fisik dengan orang lain selalu oleh emosional menular. Jenis empati ini juga dapat meluaskan sensasi fisik hal itu yang menyebabkan kita bergidik ketika melihat orang yang kesakitan.
- Selanjutnya, kita dapat menggunakan wawasan yang diperoleh dari empati kognitif dan emosional untuk menggembangkan empati welas asih. Dengan walas asih, kita tidak hanya memahami kesulitan satu orang dan merasa bersama mereka tetap di secara spontan tergerak untuk membantu sesuai kebutuhan.
Keselimbangan antara empati kognitif dan emosional membantu kita untuk bertindak tanpa dikuasai perasaan atau langsung ke proses pemecahan masalah. Dengan walaas empati, ibu dan bapak guru bisa membantu menangani kondisi yang diralami peserta didik. Kabar baiknya, empati adalah ketrampilan sosial yang bisa dilatih. Semakin sering kita mempraktikan empati, empati akan tumbuh menjadi intuisi. Sekarang, setelah menguasai dan sadar-sadarnya, kita akan membahas bagaimana mempraktikan empati dalam kehidupan sehari-hari.
- Carilah perspektif dan pengalaman baru. Menempatkan diri pada posisi orang lain, bukan hal yang mudah cikah kita tidak cukup tahu tentang orang lain. Mulailah dengan belajar tentang kehidupan orang lain. Guru bisa meminta peserta di dik untuk mempelajari biografi tokoh dari latar belakang berbeda, mengundang narasumber dari berbagi latar atau menjadi sukarelawan diorganisasi sosial masyarakat. Kegiatan kegiatan tersebut dapat mengasah kemampuan peserta didik untuk berempati.
- Ambil kesempatan untuk terhubung secara emosional dengan orang lain. Untuk mennggukan empati, hubungan harus berjalan dua arah. Ketika ada peserta didik atau rekan guru yang terbuka tentang perasaannya, itu bisa menjadi kesempatan untuk lebih mengenal satu sama lain. Mendengarkan dengan aktif tanpa harus memberikan solusi kalau tidak diminta. Lalu, kita dapat membayangkan atau memikirkan kembali saat kita memiliki perasaan dan emosi yang sama.
- Akui bias atau prasangka anda. Kita semua memiliki bias bawaan yang sering kali berkaitan dengan ras, jenis kelamin, pusia dan sebagainya. Misalnya, kita menganggap orang dari sukut tertentu pemalas atau pemarah. Hal ini, dapat mempengaruhi tindakan kita kepada orang lain, misalnya menjauhi karena sudah mencap mereka pemarah. Bias seperti itu membuat kita kurang berempati dengan orang-orang dari latar belakang atau pengalaman yang berbeda.
Jadi Termometer atau Stabilizer?
Penting bagi kita untuk mengetahui, bagaimana emosi, propaganda hingga provokasi bisa memanipulasi. Banyak hoax yang menyentuh emosi, menggerakan hati dan akhirnya membuat jempol untuk ikut menyebarkan. Intoleransi, kekerasan, perundungan, hingga konflik yang terjadi di sekitar kita, kebanyakan berawal dari pemanfaatan ketakutan dan perasaan terancam. Kita tidak pernah bisa mengendalikan cuaca dan peristiwa, tapi kita bisa mengendalikan cuaca jiwa atau emosi kita.
Tipe termomentar adalah ketika panas angkanya naik, ketika dingin angkanya turun, itulah si hiperaktif, saat ada apa-apa langsung bertindak, tanpa memikirkan dampak. Sehingga, sebelum proses belajar mengajar, Bu Ati dan peserta didik bisa mengidentifikasi emosi untuk semakin memperlancar proses belajar mengajar. Sekarang, setiap kali ada peristiwa, Bu Ati tidak langsung bereaksi, tetapi tarik nafas dahulu, sambil mengamati. Buat di tidak mau lagi jadi termometar
yang sehunya ditentukan oleh sebuah suhu sekitar.
Bu Ati mau jadi stabilizer, meski tegangan naik turun, aliran listrik tetap stabil. Atau kulkas, meski diluar panas, namun di dalam tetap dingin. Sekarang, coba bantu peserta didik untuk menjadi stabilizer saat merespons berbedaan yang terjadi di dalam dan di luar kelas.
1. Latihan Pemahaman
A. Rumus Mengukur Risiko
Konsep yang dibahas pada video ini adalah…
Jawaban : Mengukur resiko yang bisa menghambat sekolah menjadi sekolah yang damai dan toleran
B. Jadi Termometer atau Stabilizer?
Ide besar pada materi yang dibahas dalam video ini adalah…
Jawaban ; Perbedaan antara sikap reaktif dan emosi yang stabil dalam merespons suatu kejadian
C. 3 Strategi Mengasah Empati
Dua hal utama yang disampaikan melalui materi video adalah…
Jawaban ; Jenis-jenis empati menurut Goleman dan strategi untuk mengasahnya
D. Festival Bineka: 7 Aktivitas Kebinekaan di Sekolah
Pelajaran yang dapat diambil setelah menyaksikan materi ini adalah…
Jawaban : Contoh praktik baik kegiatan yang bisa dilakukan sekolah untuk mengingkatkan toleransi
2. Cerita reflektif
A. Rumus Mengukur Risiko
Apa saja kerentanan dan kekuatan yang dimiliki sekolah Ibu dan Bapak?
Warga sekolah yang cenderung bersifat homoge, Rendahnya interaksi antara anak dengan orang tua, Interaksi antara peserta didik yang kurang serta terbatas
B. Jadi Termometer atau Stabilizer?
Ceritakan pengalaman Ibu dan Bapak ketika pernah menjadi termometer atau stabilizer.
Stabilizer yakni ketika terdapat peserta didik yang dituduh mengambil uang yang bukan miliknya.
C. 3 Strategi Mengasah Empati
Sudahkan Ibu dan Bapak menerapkan empati di kelas? Kalau sudah, praktik apa yang Ibu dan Bapak pernah lakukan?
Praktik empati yang pernah saya lakukan, yakni mencari perspektif serta pengalaman baru.
D. Festival Bineka: 7 Aktivitas Kebinekaan di Sekolah
Bagaimana sekolah Ibu dan Bapak merayakan kebinekaan di sekolah?
Bagi saya rasa nasionalisme dapat ditumbuhkan dengan proses yang terintegrasi melalui nilai kehidupan para peserta didik.
1. | Ciri dari aspek kerentanan adalah... | |
A. | Berasal dari eksternal dan bisa diandalkan | |
B. | Tidak bisa dikendalikan dan berasal darimana saja | |
C. | Berasal dari internal dan bisa dikendalikan | |
D. | Tidak bisa dikendalikan karena berasal dari eksternal | |
Pembahasan : Jawaban : C | ||
2. | Yang bisa dilakukan agar tidak merespons kejadian dengan reaktif adalah... | |
A. | Tarik nafas dan mengamati | |
B. | Menghindar dari masalah | |
C. | Memprovokasi agar tidak sendiri | |
D. | Tarik nafas dan melarikan diri | |
Pembahasan : Jawaban : A | ||
3. | Salah satu contoh yang tepat menggambarkan empati emosional adalah... | |
A. | Ibu/Bapak Guru menahan diri untuk memarahi peserta didik di depan teman-temannya karena khawatir mereka merasa malu | |
B. | Ibu/Bapak Guru mengerti alasan peserta didik bertengkar salah satunya karena dihina secara fisik | |
C. | Ibu/Bapak Guru ikut merasa bangga, karena peserta didik yang berlatih dengan rajin berhasil menang di kompetisi | |
D. | Ibu/Bapak Guru mau memberikan waktu tambahan untuk mengumpulkan tugas kepada peserta didik yang seminggu dirawat di Rumah Sakit | |
Pembahasan : Jawaban : D | ||
4. | Yang bukan merupakan contoh praktik baik yang dapat meningkatkan toleransi adalah… | |
A. | Melakukan ibadah di tempat ibadah yang berbeda | |
B. | Bermain permainan dari berbagai macam daerah | |
C. | Mempromosikan nilai perdamaian melalui fashion | |
D. | Kompetisi olahraga yang melibatkan keragaman | |
Pembahasan : Jawaban : A | ||
5. | Tujuan dari kegiatan yang mempertemukan dua karakter sekolah yang berbeda adalah untuk... | |
A. | Menimbulkan perdebatan | |
B. | Menunjukkan sekolahnya adalah yang terbaik | |
C. | Meruntuhkan prasangka | |
D. | Menunjukan ketimpangan sosial | |
Pembahasan : Jawaban : D | ||
6. | Rumus mengukur risiko yang tepat, adalah… | |
A. | Jumlah kerentanan tanpa ancaman, dibagi dengan kapasitas | |
B. | Jumlah kapasitas dibagi dengan jumlah ancaman ditambah kerentanan | |
C. | Jumlah ancaman dikali kerentanan, dan ditambah dengan kapasitas | |
D. | Jumlah ancaman dikali kerentanan dan dibagi dengan kapasitas | |
Pembahasan : Jawaban : B | ||
7. | Berikut salah satu ciri dari tipe stabilizer yang tepat, yaitu… | |
A. | Butuh tegangan tinggi, agar berfungsi | |
B. | Sangat terpengaruh dengan situasi dan tegangan di luar | |
C. | Suasana, tegangan, dan stimulus naik turun, namun respons tetap stabil | |
D. | Tidak mampu stabil, jika tegangan terlalu tinggi | |
Pembahasan : Jawaban : C | ||
8. | Yang tidak termasuk penerapan strategi mengasah empati adalah… | |
A. | Bertanya kepada peserta didik yang melakukan kesalahan, dan mendengarkannya dengan seksama | |
B. | Memberikan perlakuan atau hukuman dengan merata, tidak peduli apapun alasan serta kondisi murid | |
C. | Memiliki sensitivitas saat berkomunikasi dengan murid | |
D. | Melakukan refleksi berkala, berdialog dengan netral tanpa menilai dan menghakimi | |
Pembahasan : Jawaban : B | ||
9. | Berikut salah satu ciri dari tipe termometer yaitu... | |
A. | Selalu mengukur suhu di sekitarnya | |
B. | Bertindak cepat, tanpa memikirkan dampak | |
C. | Tidak bersahabat dengan orang yang dingin | |
D. | Tenang, netral dan tidak cepat panas | |
Pembahasan : Jawaban : B | ||
10. | Berikut ini yang tidak termasuk ke dalam kapasitas untuk mengindari intoleransi adalah… . | |
A. | Kebijakan | |
B. | Hoax | |
C. | Keterampilan | |
D. | Praktik baik | |
Pembahasan : Jawaban : B | ||
11. | Berikut adalah hal yang bisa dijadikan media untuk meningkatkan toleransi di sekolah, yaitu… | |
A. | Makanan Daerah | |
B. | Kesenian Daerah | |
C. | Kebiasaan/Adat Lokal | |
D. | Semua Benar | |
Pembahasan : Jawaban : D |
Demikian pembahasan mengenai Modul 4 Agar Sama-sama, Meski Beda-beda platform Merdeka Mengajar. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.