Home » , » Hakekat Perkembangan Anak Usia Dini

Hakekat Perkembangan Anak Usia Dini

Pada dasarnya perkembangan manusia mempunyai prinsip-prinsip umum yaitu manusia berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan manusia berkembang dengan urutan perkembangan yang teratur. Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk, pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.

Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Anak Usia Dini
Dalam Modul Sosialisasi PAUD (Direktorat PAUD, 2004; 9) disebutkan bahwa anak usia dini adalah:
  1. Kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun (di Indonesia berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sidiknas). Adapun berdasarkan para pakar pendidikan anak usia dini, yaitu kelompok manusia yang berumur 0-8 tahun (Eva Essa 1996; dalam Dedi Supriadi, 2005).
  2. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
  3. Berdasarkan keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam empat tahapan, yaitu : masa bayi (usia lahir-12 bulan) masa toddler/balita (usia 1-3 tahun) masa prasekolah (usia 3-6 tahun) masa kelas awal SD (usia 6-8 tahun)
Pembagian tahapan-tahapan usia tersebut dilakukan karena adanya kesamaan pada beberapa aspek perkembangan baik fisik maupun psikologis. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Modul Materi dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V (1983 , 15) yang menyebutkan bahwa “Tugas perkembangan pada setiap tahapan usia manusia tidak muncul begitu saja, tetapi dirumuskan dengan berbagai pertimbangan, yaitu perkembangan jasmaniah, perkembangan kemampuan rohaniah, dan tuntutan sosial.”

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Hurlock (1980 : 9) yang menyatakan bahwa “beberapa tugas terutama muncul sebagai akibat dari kematangan fisik, seperti belajar berjalan, yang lain terutama berkembang dari adanya tekanan-tekanan budaya dari masyarakat, seperti belajar membaca, dan yang lain lagi tumbuh dari nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi individual, seperti memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan. Tetapi pada umumnya, tugas-tugas dalam perkembangan muncul dari ketiga macam kekuatan ini secara serempak.”

Berdasarkan pada pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah kelompok anak usia 0-8 tahun yang terbagi dalam beberapa kategori yaitu anak masa bayi, anak masa batita, anak masa prasekolah, dan anak masa kelas awal SD yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang unik, yaitu memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilaluinya.

Proses Pertumbuhan dan perkembangan seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi pada setiap aspeknya, yaitu aspek intelektual, fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadiannya.

Masa perkembangan anak-anak adalah masa yang penting untuk masa-masa perkembangan berikutnya. Keberhasilan maupun kegagalan dalam perkembangan masa anak-anak cukup berarti untuk masa selanjutnya. Perkembangan anak meliputi perkembangan kognitif atau intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi dan perkembangan fisiknya. Secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan anak akan memepengaruhi cara pandang terhadap dirinya dan lingkungannya yang berdampak pada penyesuaian dirinya dan orang lain.

Pendidikan adalah faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa. Kualitas suatu sistem pendidikan dapat memengaruhi kualitas suatu bangsa di masa depan. Ketika suatu bangsa mengalami keterpurukan dan diperparah dengan kualitas SDM yang rendah biasanya sering dikaitkan dengan lemahnya peran pendidikan dalam membantuk manusia yang unggul.

Saat ini sudah semakin disadari bahwa pendidikan sangat penting bahkan dimulai sejak anak lahir. Bahkan yang lebih menarik lagi, pendidikan dapat dimulai semenjak anak masih dalam kandungan. Pentingnya pendidikan sejak dini karena didorong oleh berbagai teori belajar yang menyebutkan bahwa pada usia tersebutlah berbagai aspek perkembangan mengalami masa yang sangat cepat dan menentukan.

Perkembangan berbagai aspek dari seorang individu anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berjalan secara holistik serta dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah berbagai aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak, sementara faktor eksternal adalah guru, keluarga, dan berbagai sumber belajar yang lainnya. Jika anak telah masuk pada suatu program pendidikan, maka satu hal yang tidak kalah penting adalah kurikulum yang diterapkan oleh sekolah.

Dari berbagai hasil penelitian di bidang tumbuh kembang anak dapat diketahui bahwa usia dini merupakan peletak dasar (fondasi awal) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Karena pada usia ini pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak terjadi sangat pesat. Sekalipun Tuhan telah memberikan potensi bawaan pada anak, tetapi lingkungan memberikan sikap, kepribadian dan pengambangan kemampuan anak.

Penelitian tentang kecerdasan otak menunjukkan bahwa untuk memaksimalkan kepandaian anak, stimulasi harus diberikan sejak tiga tahun pertama dalam kehidupannya. Stimulasi lingkungan terhadap perkembangan otak jauh lebih rumit dari yang diperkirakan. Rangsangan dari luar mempengaruhi sel-sel otak, simpul-simpul yang menghubungkan sel-sel tersebut dan mengatur bagaimana simpul-simpul itu saling bekerja dan berhubungan.

Stimulasi lingkungna ibarat pahatan yang bekerja membentuk sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang dengan baik. Anak-anak yang terbiasa menerima stimulasi pada tiga tahun petama kehidupan mempunyai IQ 20 poin lebih tinggi dibandingkan mereka yang kurang menerima rangsangan. Anak-anak yang tidak banyak bermain dan menerima rangsangan panca indera di awal usianya mempunyai ukuran otak 20 sampai 30 persen lebih kecil dari ukuran normal. Riset memperlihatkan bahwa otak manusia terdiri dari neuron (sel-sel saraf yang sangat lembut) yang mampu menganalisis, mengoordinasi dan menyimpan semua informasi yang diterima lewat panca indera.

Setiap sel saraf ini satu mempunyai serabut (axon) yang mengirim tanda ke sel-sel saraf lain dan banyak serabut (dendrite) yang berfungsi menerima tanda. Pada akhirnya axon menggerakkan satu atau lebi dendrite yang siap menerima. Dendrite kemudian menerjemahkan pesan ini dan mengirimkan kembali ke sel-sel penerima. Pergerakan ini terjadi lebih dari 300 km/jam dan berulang terus-menerus selama 600 setiap detik. Kecerdasan tergantung pada jumlah sel-sel di dalam otak da jumlah simpul-simpul saraf otak yang saling terhubungkan. (June R Oberlander, 2000)

Dilihat dari kacamata pendidikan, stimulasi/rangsangan terhadap perkembangan anak setidaknya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut; (1) penanaman nilai-nilai dasar (budi pekerti dan agama), (2) pembentukan sikap dasar (disiplin, kejujuran, kemandirian dan kreativitas), (3) pengembangan kemampuan dasar (bahasa, motorik, kognitif dan sosial), dan (4) melejitkan semua potensi kecerdasan anak.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, butir 14: Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Para orang tua dan pendidik anak harus sadar apa yang dapat dan harus mereka lakukan untuk membuat anak menikmati dan mengambil manfaat pada setiap perkembangannya. Keberhasilan pada tiap perkembangan, termasuk didalamnya perkembangan sosial dan intelektual anak tidaklah lepas dari aktifitas belajar dan stimulus yang diberikan pada anak.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 4:23 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.