Efektivitas sebuah proses pembelajaran akan terlihat, salah satunya, pada hal keterikatan peserta didik. Karena mereka bersemangat, mudah memahami makna materi yang diajarkan, dan bisa memancing timbulnya ide atau gagasan. Jadi penting sekali para guru memberikan pertanyaan refleksi untuk memastikan efektivitas ini. Dengan begitu, jika memang kurang efektif, bisa segera dilakukan tindakan perbaikan yang dibutuhkan.
Pada prinsipnya, pertanyaan refleksi akan membantu para peserta didik mengungkapkan pengalamannya saat belajar. Baik pengalaman positif karena memahami pelajaran, menyukai materinya, atau memang cocok dengan metode pembelajarannya. Tapi juga harus didukung agar peserta didik mau membagi pengalamannya yang mungkin kurang bagus. Misalnya kesulitannya memahami materi, kurang cocok dengan metode pembelajarannya, atau tantangan lain yang dihadapinya.
Dalam menerima informasi, peserta didik perlu menghayati informasi yang diterima. Pertanyaan refleksi membantu peserta didik untuk berpikir kritis dan menyampaikan pemahamannya secara konkret. Ada 4 pertanyaan refleksi yang akan membantu peserta didik menghayati informasi:
- Pertanyaan 1: Apa yang baru saja saya pelajari?
- Pertanyaan 2: Apa yang saya sudah mengerti?
- Pertanyaan 3: Apa yang saya belum mengerti?
- Pertanyaan 4: Bagaimana supaya saya mengerti?
Problem solving sendiri merupakan sebuah aktivitas mulai dari mendefinisikan suatu masalah, menentukan penyebab masalah, menentukan prioritas, menyeleksi berbagai pilihan solusi, serta mengimplementasikan solusi tersebut. Intinya sebuah proses kegiatan penyelesaian masalah. Karena berproses, jadi problem solving ini memiliki langkah-langkah yang lebih rinci untuk setiap prosesnya. Bahkan, dalam melakukan problem solving, seseorang harus bisa membedakan yang mana gejala dan mana masalah yang sebenarnya. Ada 5 langkah menyelesaikan masalah:
- Langkah 1: Merumuskan masalah
- Langkah 2: Mengagas alternatif solusi
- Langkah 3: Menimbang alternatif solusi
- Langkah 4: Mengimplementasi solusi
- Langkah 5: Mengevaluasi solusi
5 Disiplin Berpikir Kritis Terhadap Informasi
Pikiran kita harus selalu dalam kondisi siaga dan terus mengasahnya dengan berpikir kritis hingga menjadi seperti “refleks”. Kerangka ini dikembangkan oleh Common Sense, suatu organisasi nirlaba yang bermisi mengedukasi masyarakat tentang menggunakan internet dengan baik dan bertanggung jawab.
Asalnya lima disiplin ini dirancang untuk pengguna internet bijaksana dan bertanggung jawab dalam menyikapi banjir informasi di internet, tapi kelima disiplin ini sendiri merupakan cerminan berpikir kritis. Ada 5 disiplin kritis dari kerangka Digital Citizenship oleh Common Sense. Mengapa kerangka digital citizenship? Karena internet adalah kawasan wajib berpikir kritis.
- Disiplin 1: Pelan-pelan dan berefleksi
- Disiplin 2: Terbuka terhadap sudut pandang lain
- Disiplin 3: Cari fakta dan bukti pendukung
- Disiplin 4: Antisipasi berbagai dampak
- Disiplin 5: Bertanggung jawab terhadap keputusan
Disiplin ini berlaku ketika menerima informasi apapun: offline maupun online.
Metakognisi: Berpikir Tentang Berpikir
Metakognisi (metacognition) adalah kesadaran, keyakinan dan pengetahuan seseorang tentang proses dan cara berpikir pada hal-hal yang mereka lakukan sendiri sehingga meningkatkan proses belajar dan memori. Metakognisi adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri, sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Metakognisi merupakan aktivitas mental yang menjadikan seseorang dapat mengatur, mengorganisasi dan memantau seluruh proses berpikir yang dilakukan selama menyelesaikan masalah.
Tidak setiap masalah/tantangan bisa diselesaikan dengan strategi yang sama. Masalah/tantangan bervariasi tingkat kesulitan dan jenisnya. Kita sebagai pengajar atau peserta didik perlu tahu apakah strategi yang digunakan akan efektif atau tidak. Ini menuntut kita untuk berpikir: apa yang kurang dari cara berpikir saya (metakognisi). Metakoginisi artinya proses merencanakan, memonitor, dan mengases pemahaman seseorang tentang proses berpikirnya. Jika terlatih, kita sebagai pengajar atau pun peserta didik akan siap untuk menghadapi situasi yang baru.
1. Latihan Pemahaman
A. 4 pertanyaan refleksi
Setelah menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memancing peserta didik untuk berpikir kritis, pertanyaan yang memancing peserta didik untuk menyelesaikan masalah adalah …
Jawaban : Bagaimana supaya saya mengerti?
B. Langkah2 problem solving
Urutan langkah-langkah yang paling sesuai dalam penyelesaian masalah adalah …
Jawaban : Merumuskan masalah - Menggagas alternatif solusi - Menimbang alternatid solusi - Mengimplementasi solusi - Mengevaluasi solusi
C. 5 disiplin berpikir kritis terhadap informasi
Pilihan yang sesuai dengan disiplin “pelan-pelan dan berefleksi” dalam disiplin berpikir kritis terhadap informasi adalah …
Jawaban : Kita perlu untuk "menunda dulu" keputusan kita, walaupun hanya beberapa detik, tergantung kebutuhan
D. Metakognisi: berpikir tentang berpikir
Pilihan-pilihan di bawah ini menggambarkan metakognisi, kecuali …
Jawaban : Metakognisi merupakan proses pengenalan diri yang cukup dilakukan sekali
1. | Langkah problem-solving di mana kita mencoba untuk menuliskan sebanyak mungkin solusi yang mungkin bisa dipraktikkan dinamakan … | |
A. | Menggagas alternatif solusi | |
B. | Menimbang alternatif solusi | |
C. | Mengimplementasikan solusi | |
D. | Mengevaluasi solusi | |
Pembahasan : Jawaban : A | ||
2. | Saat sedang melakukan eksperimen di laboratorium biologi dan mencatat macam-macam organel sel, seorang peserta didik menyatakan kebingungannya terhadap perbedaan antara organel sel tumbuhan dengan organel sel hewan. Oleh karena itu, peserta didik tersebut pun memotret hasil observasi mikroskopnya agar bisa ia tanyakan secara langsung kepada gurunya. Peserta didik tersebut sudah dapat menunjukkan penerapan pertanyaan refleksi... | |
A. | Apa yang saya pelajari? | |
B. | Apa yang sudah saya mengerti? | |
C. | Apa yang saya belum mengerti? | |
D. | Bagaimana supaya saya mengerti? | |
Pembahasan : Jawaban : D | ||
3. | Seorang guru sejarah sedang mengajar mengenai G30S PKI di kelasnya. Beliau mencoba untuk merancang pembelajaran dengan menayangkan sebuah film dokumenter yang diceritakan dari sisi para perwira militer. Kemudian, beliau juga menampilkan sebuah video wawancara dari anak-anak yang orangtuanya dibunuh karena dianggap sebagai pendukung PKI. Berikutnya, guru tersebut pun membuka diskusi agar para peserta didik dapat membahas pengalaman-pengalaman berbeda dari kedua sisi terhadap sebuah peristiwa yang sama. Disiplin berpikir kritis yang sedang ingin dilatih oleh guru tersebut di dalam kelasnya adalah … | |
A. | Pelan-pelan dan berefleksi | |
B. | Terbuka terhadap sudut pandang lain | |
C. | Antisipasi berbagai dampak | |
D. | Bertanggungjawab terhadap berbagai keputusan | |
Pembahasan : Jawaban : B | ||
4. | Seorang peserta didik datang ke guru BK di sekolahnya untuk melakukan konseling mengenai hambatan belajarnya dalam mata pelajaran kimia. Untuk membimbingnya lebih lanjut, guru BK tersebut mencoba untuk membuat beberapa pertanyaan agar peserta didik tersebut dapat mengenali stimulus apa saja yang membuat dirinya giat atau terhambat. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan pertama kali untuk menggali proses belajar dari peserta didik tersebut, kecuali … | |
A. | Apakah kamu merasa lebih paham ketika teori teori yang diajarkan dapat diuji langsung dalam laboratorium? | |
B. | Apakah kamu belajar dengan baik jika memiliki teman untuk mendiskusikan materi pelajaran bersama? | |
C. | Apakah kamu kuat dalam menghafal rumus-rumus kimia? | |
D. | Bagaimana cara agar proses belajarmu lebih efektif? | |
Pembahasan : Jawaban : D |
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.