Home » , , , » Majas dalam Puisi-Puisi Karya Abdurahman Faiz

Majas dalam Puisi-Puisi Karya Abdurahman Faiz

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX Kurikulum Merdeka terdapat pembahasan tentang Majas dalam Puisi-Puisi Karya Abdurahman Faiz. Tujuan pembelajaran kali ini adalah dengan mengikuti langkah mengetahui makna puisi, peserta didik mampu memahami makna puisi dengan cara yang benar.

Untuk melakukan analisis puisi, kalian perlu memahami majas. Dalam KBBI Daring (kbbi.kemdikbud.go.id/) disebutkan bahwa puisi ditulis dengan menggunakan bahasa yang dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. 

Majas adalah gaya bahasa dalam sastra yang digunakan untuk menyampaikan makna atau perasaan melalui penggunaan bahasa yang indah, imajinatif, dan kreatif atau berupa kiasan. Ketika mengiaskan sesuatu dengan menggunakan majas, gaya bahasa kita pun menjadi lebih indah – dan lebih "hidup!" Suasana "hidup" itu membuat pembaca atau pendengar merasakan emosi yang ingin kita ungkapkan.
Abdurahman Faiz
Puisi Abdurahman Faiz dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta terdiri dari: tema tentang cinta dan kritik sosial, penggunaan nada serius, nada belas kasih, dan nada santai yang bertujuan untuk menimbulkan suasana tertentu pada puisi-puisinya, perasaan sedih penyair melihat situasi di tanah air dan kondisi yang ada di kehidupan sekitarnya, dan amanat yang berupa himbauan kepada masyarakat agar dapat saling mencintai dan ikut merasakan derita para saudara di tanah air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk majas yang terdapat dalam kumpulan puisi Aku Ini Puisi Cinta karya Abdurahman Faiz ada lima, yaitu perbandingan, metafora, personifikasi, perumpamaan epos, dan sinekdoke.

1. Majas perbandingan disebut juga perumpamaan, disebut juga simile. Majas perbandingan adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan menggunakan kata-kata perbandingan seperti bagai, bagaikan, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se-, dan sejenisnya.
Contoh:
AYAH
Sedalam laut, seluas langit
cinta tak selalu dapat diukur
begitulah ayah mengurai waktu
meneteskan keringat dan rindunya
untukku
2. Metafora adalah jenis majas semacam perbandingan yang tidak menggunakan kata-kata perbandingan seperti bagai, bagaikan, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se-, dan sejenisnya.
Contoh:
Ayah Bundaku
Bunda
engkau adalah
rembulan yang menari
dalam dadaku
Ayah
engkau adalah
matahari yang menghangatkan
hatiku
3. Personifikasi adalah majas yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat melakukan berbagai aktivitas layaknya yang dapat dilakukan manusia.
Contoh:
Kepada Guru
Aku selalu bermimpi
matahari telah melahirkan para guru
dan guru melahirkan banyak matahari
hingga matahari tak lagi sendiri
4. Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoke ada dua macam, yaitu pars pro toto dan totem pro parte.
• Pars pro toto adalah majas sinekdoke yang bercirikan penyebutan sebagian untuk keseluruhannya.
Contoh:
Sampai detik ini dia belum kelihatan batang hidungnya, sampai kapan
pun kamu tidak aku izinkan menginjakkan kaki di rumahku ini.
• Totem pro parte adalah majas sinekdoke yang bercirikan menyebutkan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh:
Dalam lomba balap karung kemarin RT sembilan sebagai pemenangnya.
Dalam pertandingan sepak bola kemarin desa kami kalah lagi.

5. Perumpamaan epos atau perbandingan epos (epic simile) adalah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang. Majas ini dibentuk dengan cara melanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frasa-frasa yang berturut-turut.
Contoh:
Sajak Anti Perang
Mengapa perang tak kunjung berhenti?
hujan mortir peluru, gerimis darah dan air mata
kebiadaban menanti di setiap tapak jalan
di antara asap tebal dan luka yang meleleh
bangkai manusia serta puing-puing bangunan
Pada puisi di atas, perang yang tidak kunjung usai diibaratkan dengan hujan mortir peluru serta gerimis darah dan air mata. Perbandingan itu kemudian dilanjutkan dengan kata-kata “kebiadaban menanti di setiap tapak jalan”.

Demikian pembahasan mengenai Majas dalam Puisi-Puisi Karya Abdurahman Faiz. Semoga tulisan ini bermanfaat.  

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas IX Kurikulum Merdeka, Kemendikbud

Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 7:30 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.