Home » , , , » Jurnal Membaca Kelas XI Sinopsis Novel

Jurnal Membaca Kelas XI Sinopsis Novel

Pada bagian ini kalian dapat memilih buku untuk dibaca sebagai bagian dari kegiatan jurnal membaca. Pilihlah dua atau tiga dari beberapa alternatif karya sastra pada tabel buku rekomendasi di bawah ini. Lengkapi formulir ‘Jurnal Membaca’ yang disediakan sebagai tindak lanjut dari kegiatan membaca ini.

Lengkapilah formulir “Jurnal Membaca” berikut ini sebagai tindak lanjut kegiatan membaca dua atau tiga karya yang direkomendasikan. Gunakan formulir berbeda untuk setiap buku.
  1. Tulislah sinopsis buku yang sudah kalian baca, minimal dalam sepuluh kalimat!
  2. Gambarlah tokoh-tokoh utama yang ada dalam buku itu. Jelaskan dalam 3-4 kalimat tentang karakteristik tokoh tersebut.
  3. Berbagilah informasi tentang buku yang sedang atau telah kalian baca. Tulislah minimal dalam tujuh kalimat.

1. Kuli Kontrak

Hari/tanggal : Rabu, 6 September 2023
Nama : Wawan Hendarawan 
Kelas : XI
Judul Buku : Kuli Kontrak
Penulis : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tebal : 107 Halaman 
Tahun Terbit : 1985
Kuli Kontrak
Kuli kontrak hanya salah satu judul cerpen yang ditulis oleh Mochtar Lubis. walau seperti itu banyak orang mengatakan bahwa tulisan tentang kuli kontrak memang menjadi bagian dari hidup Mochtar Lubis selama di kerinci. pemilihan kuli kontrak sebagai judul utama rasanya juga memiliki alasan tersendiri bahwa kuli kontrak menjadi salah satu kepingan sejarah yang pernah hidup di masa lalu.

Mochtar Lubis menuliskan cuplikan derita yang dialami oleh kuli kontrak dalam perkebunan yang dikuasai oleh pihak swasta (asing). Tentu, orang-orang ini adalah kuli pendatang dari berbagai daerah, salah satunya dari pulau jawa. Mereka yang telah menjadi kuli kontrak disuruh bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dari sisi aturan inilah lantas Mochtar Lubis menuliskan pengalamannya kala menempatkan kata aku sebagai tokoh utama dalam cerpen ini.

Ayahnya sebagai seorang demang di kota Sungai Penuh tiba-tiba mendapat sebuah kabar tentang larinya beberapa kuli kontrak. Pelarian kuli kontrak yang berjumlah lima orang ini berdasarkan kasus kriminal yang telah dilakukannya yakni menikam salah satu opsir Belanda. Sang ayah dalam tokoh ini lantas meninjau ke lapangan guna mencari orang-orang tersebut.

Pencarian yang dimulai malam hingga siang hari membuahkan hasil dan berhasil menemukan tiga orang dalam hutan. Singkat cerita para kuli kontrak ini terpaksa membunuh opsir belanda tersebut karena telah mengganggu istri-istri mereka. Akibatnya tiga kuli tersebut ditembak mati oleh pemerintah kolonial. 

Tokoh aku dalam cerpen ini telah mendapat wanti-wanti untuk tidak melihat pristiwa ini terjadi. Namun insting yang memang penasaran dengan nasib kuli kontrak yang tidak mendapat keadilan karena hukum belanda yang kuat lantas menyaksikan peristiwa tersebut dari atas pohon. “Nak jika besar nanti jangan sekali-kali menjadi pejabat negara” pesan sang ayah yang tahu anaknya telah melihat pristiwa ini. Cerpen ini cukup singkat untuk menggambarkan sebuah realita kondisi kuli kontrak diperkebunan kayu aro.

Pendapatku :
Cerpen ini simpel, bertutur linear. Tapi, ia memberi tekanan dan tikungan tegas di akhir kisah. Seorang pegawai negeri mengatakan tegas-tegas kepada anaknya agar jangan menjadi pegawai negeri. Menurutnya, demi kepentingan penguasa, seorang pegawai negeri harus melakukan pekerjaan yang bahkan bertentangan dengan nuraninya sebagai manusia.

2. Para Priyayi

Hari/tanggal : Rabu, 13 September 2023
Nama : Wawan Hendarawan 
Kelas : XI
Judul Buku : Para Priyayi
Penulis :  Umar Kayam
Penerbit : PT Pustaka Utama Grafiti (anggota IKAPI)
Tebal : 1v, 308 hlm
Tahun Terbit : 1992
Para Priyayi
Para priyayi telah menjadi sebuah bagian sejarah yang tidak dapat terpisahkan ketika kita berbicara era pra-kemerdekaan. Kelompok ini memiliki kedekatan dengan kekuasaan, kemewahan, dan kehormatan.

Dalam bukunya –Para Priyayi– Umar Kayam berhasil menggambarkan kehidupan priyayi dari dekat. Menjadi priyayi adalah sebuah ketidakmustahilan, walaupun ia berasal dari golongan bawah. Segala daya upaya ditumpahkan agar seseorang bisa masuk golongan priyayi. Kegemilangan sebuah keluarga dapat dilihat dari upayanya menjadikan seluruh keluarga atau setidak-tidaknya salah satu dari anggota keluarga menjadi priyayi.

Adalah Lantip, seorang anak penjual tempe keliling di Wanagalih. Di umur yang masih belia, ia dititipkan emboknya di rumah keluarga Sastrodarsono, keluarga priyayi terpandang di kabupaten. Ia sudah dianggap anak di rumah besar tersebut.

Sastrodarsono benar-benar seorang ayah yang bijak dan pamong yang mampu mengayomi warga di sekitarnya. Ia bukanlah turunan priyayi. Status priyayi diperolehnya dengan kerja keras yang luar biasa. Pendidikan tinggi menjadi kendaraannya agar masuk sebagai kelompok priyayi.

Bersama istrinya –Ngaisah– Sastrodarsono membangun keluarga priyayi. Sastrodarsono bukanlah priyayi yang hanya duduk menikmati kemewahan yang dimilikinya. Ia masuk ke pelosok pedesaan, membangun sekolah rakyat, dan memercikkan kebijakan bagi warga sekitar. Ia tanamkan jiwa priyayi yang kuat bagi ketiga anaknya untuk selalu berada di jalan yang benar.

Pada kenyataannya, hidup tidaklah semulus yang diharapkan. Ketiga anaknya yakni Noegroho, Hardojo, dan Soemini punya persoalan hidup masing-masing. Sampai mereka sudah berkeluarga sekali pun, persoalan hidup yang menghadang selalu dibagikan kepada ayah-ibunya.

Lantip selalu menyingsingkan lengan saat keluarga priyayi itu dilanda masalah. Ia menuntaskan semuanya itu dengan segala ketulusan hati dan kebijakan sikap yang dianutnya.

Namun, terkadang manusia tidak bisa berharap terlalu besar pada garis hidup yang diberikan Sang Pencipta. Ada saat seorang manusia harus menerima kenyataan bahwa kesatuan sebuah keluarga juga berarti kesatuan untuk rela melepaskan bagian dari sebuah kebulatan itu sendiri.

Tak berlangsung lama setelah kepergian istrinya, Sastrodarsono pun menyusul. Ia seda di “istananya”. Ia menutup mata dikelilingi keluarga besarnya. Ia meninggal dengan penuh senyum kebahagiaan.

Lantiplah orang yang memberikan pidato saat penguburan Sastrodarsono. Di tengah makam, Lantip menuturkan kisah hidup Ndoro Guru Kakungnya dari seorang anak petani kecil menjadi seorang priyayi yang bersahaja.

Buku ini mengungkapkan kehidupan priyayi dari dekat. Amat menarik mengupas buku ini. Umar Kayam dapat memotret pola pikir keluarga priyayi, kesederhanaan sekaligus kemewahan, dan nilai-nilai hidup orang Jawa.

Pendapatku :
Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Para Priyayi ini terlihat dari keluarga Sastrodarsono, Eyang pembangunan keluarga Priyayi ini digambarkan dengan sosok penuh wibawa, pejuang sejati, kebapaan, dan teguh pendirian. Dan semua anaknya disekolahkan dan menjadi orang-orang yang berhasil begitu pula anak-anak angkatnya termasuk Lantip.

Demikian pembahasan mengenai Jurnal Membaca Kelas XI Sinopsis Novel. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 2:40 AM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.