Pada pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka terdapat pembahasan tentang Menulis Cerpen Berdasarkan Nilai dalam Hikayat. Tujuan pembelajaran kali ini adalah menulis gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan tertulis untuk berbagai tujuan secara logis, kritis, dan reflektif dalam bentuk teks fiksi dan mempublikasikannya di media cetak maupun digital.
Kue Perkenalan
Namaku Tina, aku tinggal bersama ibu dan bapaknya, yang sama sama berprofesi sebagai guru. Saat ini aku duduk di kelas X SMA Melati. Aku memiliki tubuh kurus, rambut lurus, dan berkacamata. Aku sangat pemalu dan senang menyendiri.
Kedua karakter itulah yang membuatku sulit untuk bersosialisasi. Sekali mendapatkan teman, itu butuh waktu berminggu minggu, atau berbulan bulan, untuk benar benar akrab. Namun walau karakter sifatnya seperti itu, Aku anak yang aktif untuk urusan belajar dan ahli membuat kue.
Inilah hari pertamaku menempati tempat tinggal baru dan merasakan suasana baru, dan mungkin sebentar lagi akan merasakan sekolah baru. Alasan Tina pindah karena menuruti keinginan ayahnya yang katanya, agar kita lebih dekat dengan keluarga besar, karena kekuatan yang besar itu berada pada keluarga. Sebenarnya sih, aku kurang setuju dengan kebijakan ayahnya itu, tapi dia tidak bisa membantah, mungkin dibalik ini semua ada hikmahnya.
Hari ini adalah hari pertamaku akan masuk sekolah baru, memakai seragam sekolah baru, dan siap-siap melihat teman baru .
"Ma aku takut pergi sekolah !" ujarku pada mamku yang sedang menungguku depan pintu .
"Kenapa ? Kamu ngak usah takut, siapa tau disana temanmu orangnya baik-baik" jawab Mamaku .
"Itukan menurut Mama, kalau mereka tidak seperti yang Mama katakan bagaimana ?" ujarku .
"Sudah... ayo cepat, kalau tidak kita bisa terlambat !" Panggil Mama sambil menyalakan motor .
Sesampai di Sekolah, aku dan Mamaku menuju ruangan TU untuk menemui salah satu guru yang akan mengantarkanku ke ruangan kelas. Ternyata aku ditempatkan di kelas X IPA 3 letaknya di gedung pertama lantai satu paling ujung dari kiri.
Setelah diperkenalkan oleh wali kelas X IPA 3, aku masih saja belum memiliki teman mengobrol. Saat itu, aku merasa seperti tidak dianggap di kelas itu. Aku merasa sedih, dan rindu pada teman-temanku yang dulu. Aku berpikir dalam hati apakah ini karena sifatnya yang pemalu dan senang menyendiri. Sampai suatu hari Aku mengeluh pada Mamaku.
Tina :"Ma aku tidak mau sekolah disitu lagi ! Aku merasa aku tidak dianggap dikelas itu"
Mama : "Kamu tidak boleh berpikir negatif begitu nak ! Mama yakin pasti mereka itu orangnya baik-baik , mungkin kamu saja yang tidak bisa beradaptasi dengan mereka"
Tina : "Kalau begitu aku harus bagaimana ma ?"
Mama : "Sudah, kamu tetap sekolah disini saja. Kamu itu baru sebentar sekolah di sini, nanti kalau sudah lama kamu pasti akan terbiasa dan merasa nyaman ."
Setelah aku pertimbangkan, aku memilih untuk tetap sekolah di sini. Aku pikir pindah sekolah pasti perlu biaya lagi dan biayanyapun pasti lebih mahal. Aku tidak mau membebani kedua orang tuaku. Saat sedang sendiri di kamarku terbersit sebuah ide untuk membuat kue perkenalan. Apalagi Aku ahli membuat kue.
Keesokan harinya Aku dan Mama mulai membuat kue perkenalan. Kue tersebut terbuat dari bahan-bahan yang tersedia di rumah. Namaun, yang membedakan dengan kue yang lainnya adalah kue tersebut digulung dengan kertas bertuliskan perkenalanku. Rencananya kue-kue tersebut akan dibagikan ke teman-teman baruku saat masuk sekolah besok.
Saat hari masuk sekolah aku datang lebih pagi dari teman-teman lain sekelas. Sebelum pelajaran dimulai aku mulai membagikan kue-kue tersebut. Ternyata teman-teman menyukai kue buatanku itu. Sebelum mereka memakan kue tersebut ternyata mereka membaca perkenalanku yang berada di bungkus kue tersebut. Akhirnya aku bisa berkenalan dengan teman sekelasku. Aku merasa sangat senang dapat berkenalan dengan mereka melalui kue yang saya bagikan.
Setelah beberapa bulan kemudian, aku merasa nyaman dengan mereka semua. Ternyata apa yang dikatakan mama aku itu benar, aku saja yang tidak bisa beradaptasi dengan mereka, ternyata mereka itu tidak seburuk yang aku pikirkan, mereka itu baik-baik, bisa saling mengerti sesama, dan bisa menerima aku apa adanya.
Sejak itu aku merasa nyaman berada di tengah-tengah mereka. Aku sangat menyesal karena sudah berprasangka buruk pada mereka. Kiniaku merasa mereka sudah seperti keluarga ku sendiri .
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.