Menurut UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, yang dimaksud dengan bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
A. Ideologi
Ideologi negara Indonesia adalah Pancasila, sebagai warga negara, kita harus memahami nilai-nilai Pancasila serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wujud partisipasi warga negara dalam membela negara di bidang ideologi antara lain sebagai berikut :
- Percaya dan yakin terhadap Tuhan Yang Maha Esa Esa dengan selalu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing.
- Saling menghormati dan mencintai antarsesama manusia dengan selalu melakukan kegiatan kemanusiaan.
- Menempatkan persatuan dan kesatuan dengan mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
- Mengutamakan musyawarah dalam penyelesaian masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
- Melakukan berbagai kegiatan yang mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial, serta menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
Politik proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Sedangkan hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia. Wujud partisipasi warga negara dalam membela negara di bidang politik dan hukum adalah:
- Turut serta menyukseskan pemilihan umum, pemilihan kepala daerah (pilkada), pemilihan pemimpin organisasi, dan bentuk pemilihan lainnya.
- Kegiatan menyampaikan aspirasi secara lisan ataupun tertulis dilakukan dengan sopan, bersikap kritis terhadap segala permasalahan.
- Memberikan saran atau usul kepada pihak-pihak yang berwenang, tidak melakukan perbuatan curang atau politik uang (money politic) dalam mencapai suatu tujuan.
- Turut melaksanakan kebijakan-kebijakan serta peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh pemerintah misalnya tentang pajak.
- Menaati dan mematuhi semua peraturan dan undang-undang yang ada di masyarakat dengan ikhlas dan bertanggung jawab.
Ekonomi atau Perekonomian adalah serangkaian besar kegiatan produksi dan konsumsi yang saling terkait. Dalam bidang ekonomi, setiap warga negara dituntut untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya yang lebih baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonominya, dengan cara:
D. Bidang Sosial Budaya
E. Bidang Pertahanan dan Keamanan
Tugas Kelompok 6.3
- Meningkatkan taraf hidupnya yang lebih baik dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonominya, dengan.
- Bekerja mencari nafkah.
- Melakukan transaksi jual beli sesuai dengan kesepakatan bersama dan ketentuan yang berlaku.
- Mengembangkan usaha kecil, menengah, dan koperasi agar lebih efisien, produktif, dan berdaya saing, sehingga dapat membantu pemerintah dalam meningkatkan devisa bagi negara.
- Meningkatkan kemakmuran di lingkungan masyarakat dengan cara menjadi anggota koperasi
Masyarakat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, memiliki keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan golongan. Bentuk perwujudan bela negara dalam bidang sosial budaya antara lain:
- Mempererat hubungan baik antarwarga masyarakat dengan mengembangkan sikap toleransi antar suku bangsa, agama, ras, dan antargolongan.
- Memberikan bantuan kepada warga masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam, mengalami kemiskinan, anak-anak jalanan, orang-orang cacat, orang-orang lanjut usia/jompo.
- Mengembangkan bakat dan kemampuan masing-masing seperti dalam bidang seni atau olahraga sehingga dapat meningkatkan prestasi yang membanggakan dan membawa harum nama baik daerahnya maupun bangsa.
- Melestarikan adat istiadat dan budaya daerah sebagai salah satu unsur budaya nasional; memelihara dan melestarikan lingkungan hidup sehingga terhindar dari bencana alam, seperti banjir atau longsor.
- Menjalani kehidupan bermasyarakat ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan tidak membedakan oranga lain berdasarkan suku, agama dan golongan.
Pembangunan pertahanan dan keamanan terutama ditujukan untuk menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam mewujudkan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta, diperlukan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat. Berikut ini beberapa bentuk bela negara dalam bidang pertahanan dan keamanan.
- Melakukan kegiatan sistem keamanan lingkungan (siskamling).
- Melakukan upacara bendera, Pramuka, PKS, PMR, penghijauan, Karya Ilmiah Remaja, dan lain-lain sebagai pendidikan pendahuluan bela negara.
- Mengikuti kegiatan Keanggotaan Rakyat Terlatih (Ratih) seperti pertahanan sipil (hansip), perlawanan rakyat (wanra), keamanan rakyat (kamra), dan resimen mahasiswa (menwa).
- Mengikuti organisasi masyarakat untuk melakukan fungsi menanggulangi/memperkecil akibat malapetaka yang ditimbulkan oleh perang atau bencana alam.
- Ikut Pengabdian sebagai Prajurit TNI dan Polri untuk mempertahankan kedaulatan negara, keselamatan wilayah, melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
Bela Negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air, baik harta bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana yang dimanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara” (pasal 27 ayat 3 UUD 1945).
Setelah kalian membaca uraian materi pada bagian ini, coba kalian lakukan kerja kelompok untuk membuat skenario permainan peran tentang pahlawan dalam membela NKRI. Masing-masing kelompok menyusun skenario dengan judul yang berbeda. Petunjuk pelaksanaan penyusunan skenario dan permainan peran/simulasi, dapat dilihat dalam bagian Proyek Kewarganegaraan.
Kegigihan Jenderal Sudirman
Suatu hari Pak Soedirman geram mengenai perlakuan orang-orang Belanda. Orang-orang Belanda tersebut memperlakukan rakyat Indonesia dengan semena-mena. Banyak korban yang berjatuhan. Hal ini membuat Pak Soedirman naik darah. (di depan rumah) Terlihat Pak Soedirman berjalan bolak-balik di depan rumahnya.
Alfiah | : | “ Oalah Pak, neng ngopo to bolak-balik koyo ngono?” |
Pak Dirman | : | “Saya bingung bu! Bagaimana nasib rakyat Indonesia saat ini?” |
Alfiah | : | "Tenangkan pikiranmu Pak, hal itu tidak akan meyelesaikan masalah” |
Pak Dirman | : | ”Bagaimana saya bisa tenang bu, kalau rakyat Indonesia banyak yang menderita dan kelaparan di sana”. (bernada agak tinggi) |
Alfiah | : | “Yo wis Pak.. ibu punya sedikit perhiasan nanti dijual dan uangnya bisa digunakan buat membeli makanan untuk rakyat Indonesia yang kelaparan di sana” |
Pak Dirman | : | ” Terima kasih Bu, semoga niat baik ibu dibalas oleh Allah Swt” |
Sudirman memimpin perjuangan geriliya tersebut dengan berpindah-pindah. Dalam keadaan kesehatannya yang semakin menurun, ia terpaksa harus ditandu. (Pak Soedirman berangkat untuk memimpin prajuritnya).
Pak Dirman | : | ”Ayo serang mereka! Rebut kembali bumi pertiwi dari tangan penjajah kita. Allahuakbar!! |
Sri Sultan | : | “Kolonel Gatot Soebroto! Saya perintahkan Anda untuk menulis surat kepada Pak Soedirman agar beliau berhenti dulu bergerilya untuk mengistirahatkan badannya yang sedang sakit parah”. |
Gatot Subroto | : | “Siap Pak.” |
(Kolonel Gatot Soebroto mengirimkan prajurit untuk memberikan surat itu kepada Pak Soedirman)
Akhirnya Pak Soedirman membaca surat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. (cuplikan surat) :
……”Ini bukan supaya jangan mati konyol, tetapi supaya cita-cita adik tercapai. Meskipun buah-buahnya kita tidak turut memetik, melihat pohonnya subur, kita merasa gembira, dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Yang Maha Kuasa.
Pak Dirman akhirnya luluh, beliau bersiap-siap berangkat ke Yogyakarta untuk menemui Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pada 10 Juli 1949, akhirnya Sudirman berkenan masuk Ibu Kota. Ia merasa yakin bahwa Ibu Kota sudah aman untuk dimasuki. Jenderal Sudirman dijemput dan diantar menemui Presiden Sukarno. Setibanya di Gedung Agung, Presiden Soekarno merangkul Pak Soedirman.
Subroto.
Bung Karno | : | ”Pak Dirman, selamat datang…” (merangkul Pak Dirman) |
Pak Dirman | : | ”Bung Karno.” (merangkul Pak Soekarno) |
Bung Karno | : | ”Pak Dirman, kondisi bapak kian hari semakin memburuk. Saya pikir bapak harus beristirahat”. |
Pak Dirman | : | ”Baik pak.” |
Sang Panglima Besar ini akhirnya meninggal pada 29 Januari 1950. Usianya baru 34 tahun. Kematian Sudirman menjadi duka bagi seluruh rakyat Indonesia. Bendera setengah tiang dikibarkan dan ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan prosesi upacara pemakaman.
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.