Home » » Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908

Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908

Penjajahan di Indonesia bermula pada abad ke-15 dan 16 ketika bangsa Eropa termotivasi untuk memperluas daerah kekuasaannya. Dengan motto Gold, Glory, Gospel, bangsa Eropa mencari daerah jajahan yang dapat menguntungkan mereka,yaitu rempah-rempah. Hingga akhirnya mereka menemukan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah.

Bangsa yang pertama datang ke Indonesia ada bangsa Portugis. Mereka awalnya datang untuk berdagang, namun lama-lama mereka berperilaku sewenang-wenang. Lalu pada tahun 1596 (abad ke-16), bangsa Belanda datang ke Indonesia, tepatnya di Banten dengan dipimpin oleh Cornelis de Huotman. Dengan kedatangan pihak Belanda maka terbentuklah VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie) dengan tujuan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Bangsa Indonesia makin menderita ketika Daendels (1808–1811) berkuasa. Upaya kerja paksa (rodi) guna membangun jalan sepanjang pulau Jawa (Anyer-Panarukan) untuk kepentingan militer, membuat rakyat makin menderita. Penderitaan berlanjut karena Belanda kemudian menerapkan Cultuurstelsel (tanam paksa).
Kondisi Sebelum 1908
Peraturan Tanam Paksa diterapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Den Bosch tahun 1828. Sistem Tanam Paksa mewajibkan rakyat menanami sebagian dari sawah dan atau ladangnya dengan tanaman yang ditentukan oleh pemerintah dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah.

Tanam Paksa menyebabkan rakyat diperas bukan hanya tenaga melainkan juga kekayaannya sehingga mengakibatkan banyak sekali rakyat yang jatuh miskin. Di pihak lain, penjajah mendapatkan kekayaan bangsa Indonesia yang berlimpah untuk membangun negara Belanda dan menjadi negara kaya di Eropa. Penderitaan bangsa Indonesia menumbuhkan benih perlawanan di berbagai daerah.

Perjuangan melawan penjajah dipimpin ulama atau kaum bangsawan. Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Sultan Ageng Tirtayasa di Banten, Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, memimpin perjuangan rakyat melawan penjajah. Perjuangan rakyat untuk mengusir penjajah belum berhasil. Hal ini disebabkan perjuangan masih bersifat kedaerahan dan belum terorganisasi secara modern.

Penderitaan yang dialami bangsa Indonesia menyadarkan beberapa orang Belanda yang tinggal atau pernah tinggal di Indonesia. Di antaranya Baron Van Houvell, Edward Douwes Dekker, dan Mr. Van Deventer. Edward Douwes Dekker, terkenal dengan nama samaran Multatuli, menulis buku ”Max Havelaar” pada tahun 1860.

Buku ini menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat Lebak, Banten akibat penjajahan Belanda. Mr. Van Deventer mengusulkan agar pemerintah Belanda menerapkan politik Balas Budi ”Etische Politic”. Politik Balas Budi terdiri dari tiga program, yaitu ”edukasi, transmigrasi, dan irigasi”.

Atas desakan berbagai pihak, akhirnya pemerintah Belanda menerapkan Politik Balas Budi. Politik Balas Budi bukan untuk kepentingan rakyat Indonesia melainkan untuk kepentingan pemerintah Belanda. Contoh: irigasi dibangun untuk kepentingan pengairan perkebunan milik Belanda; pembangunan sekolah (edukasi) bertujuan untuk menyediakan tenaga terampil dan murah.

Di sisi lain, pembangunan sekolah melahirkan dampak positif bagi bangsa Indonesia, yaitu munculnya masyarakat terdidik atau mulai memiliki pemahaman dan kesadaran akan kondisi bangsa Indonesia yang sebenarnya. Bangsa Indonesia saat itu kondisinya bodoh, terbelakang, dan kemisikinan merajalela. Mereka yang mengenyam pendidikan dan sadar akan nasib bangsanya selanjutnya menjadi tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional.

Aktivitas 4.1
Setelah kalian memahami selintas tentang perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908, pelajari lebih jauh tentang perjuangan pahlawan nasional yang berjuang sebelum tahun 1908 dengan mengisi tabel di bawah ini
No.Aspek InformasiUraian
1.Sultan Ageng TirtayasaSultan Ageng Tirtayasa adalah seorang Pahlawan Nasional yang lahir di Banten pada tahun 1631. Beliau merupakan seorang gerilyawan yang ikut berjuang melawan penjajahan Belanda. Perjuangan beliau salah satunya adalah menentang Belanda karena VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan kesultanan dan rakyat Banten.
2.Sultan HasanudinPerlawanan rakyat SUlawesi Selatan terjadi pada tahun 1824. Salah satu Pahlawannya adalah Sultan Hasanuddin. Beliau memimpin perjuangan melawan kolonial Belanda yang berusaha menguasai perdagangan di Sulawesi Selatan.
3.Tuanku Imam BonjolTuanku Imam Bonjol adalah seorang tokoh pahlawan Nasional Islam yang lahir di Sumatera Barat 1772. Ia berkontribusi besar dalam Perang Padri melawan kolonial Belanda. Ia meninggal pada tahun 1864 dalam pengasingannya.
4.Pangeran DiponegoroPangeran Diponegoro adalah Pahlawan Nasional yang lahir di Yogyakarta tahun 1785. Ia memimpin perjuangan dalam Perang Jawa melawan Pemerintah Hindia Belanda dimana diketahui perang ini memakan korban paling banyak. Ia meninggal di Benteng Rotterdam, Makasar 1855.
5.Kapitan PatimuraKapitan Pattimura adalah seorang Pahlawan Nasional Maluku yang lahir tahun 1783. Ia merupakan pahlawan yang ikut memberontak melawan VOC, dan akhirnya meninggal pada usia 34 tahun (1817).
6.I Gusti Kethut JelantikI Gusti Ketut Jelantik adalah seorang patih Kerajaan Buleleng. Ia berkontribusi besar dalam Perang Jagaraga (Bali) melawan Kolonial Hindia Belanda. Beliau memilih untuk berperang dibanding mengakui kedaulatan dan kekuasaan pemerintah Belanda. Beliau gugur pada tahun 1849.

Demikian pembahasan mengenai Kondisi Bangsa Indonesia Sebelum Tahun 1908. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber Buku Kelas VIII, Kemendikbud
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 5:51 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.