Anekdot tergolong ke dalam teks bergenre cerita. Oleh kareta itu, di dalamnya menggunakan beberapa kaidah bahasa yang digunakan dalam cerita pada umumnya. Kaidah kebahasaan yang digunakan, seperti kalimat langsung dan tidak langsung, kata hubung kronologis, dan penunjuk waktu lampau. Namun, ada beberapa kaidah bahasa yang khas digunakan dalam teks anekdot.
a. Pertanyaan Retoris
Apakah kalian pernah mendapatkan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya? Itulah yang dinamakan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris bisa dijawab oleh penanya itu sendiri. Pertanyaan ini diberikan untuk menyindir, memberi nasihat, dukungan, atau pesan terhadap orang lain secara halus.
Contoh:
- Siapa yang tidak ingin bahagia?
- Menurutmu, kamu tak pernah berdosa?
- Apakah setiap orang berhak berbuat baik?
- Memang kamu bisa membeli nyawa?
- Benarkah manusia tidak pernah berbuat dosa?
- Apakah gunanya bertengkar, lebih baik kita berdamai bukan?
- Pasti kita tidak ingin mereka diakui sebagai milik bangsa asing, bukan?
- Mungkinkah aku kembali ke masa kecilku?
Perhatikanlah beberapa pertanyaan berikut. Tentukan mana pertanyaan yang merupakan pertanyaan retoris!
- Apakah benda itu bisa terbang? (Bukan)
- Kamu mau tersesat?(ya)
- Siapa sih yang ingin jadi guru matematika?(Bukan)
- Memangnya kita bisa hidup tanpa makan dan minum selamanya?(ya)
- Mengapa kita harus berbuat baik?(Bukan)
- Apakah anak itu menyayangi ibunya?(Bukan)
- Apa cukup membeli pakai daun?(ya)
- Siapa sih yang mau miskin selamanya?(ya)
b. Majas Sindiran
Majas sindiran merupakan kelompok majas yang mengungkapkan maksud atau gagasan dengan cara menyindir guna meningkatkan kesan dan makna kata terhadap pembaca. Majas sindiran terdiri dari tiga macam, yaitu ironi, sinisme, dan sarkasme.
1. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu maksud dengan mengatakan kebalikan dari keadaan yang sebenarnya dengan tujuan menyindir.
Contoh:
- Harga kedelai murah sekali sampai pabrik tahu dan tempe tutup karenanya.
- Suaranya sangat merdu layaknya kaset kusut.
- Ini baru siswa teladan, setiap hari pulang malam.
- Bagus sekali tulisanmu sampai tidak dapat dibaca.
- Rapi dan bersih sekali kamarnya seperti kapal pecah.
2. Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa berupa ejekan atau sindiran menggunakan kata-kata kasar yang disampaikan secara langsung dengan setulus hati.
Contoh:
- Untuk apa punya banyak uang jika makan saja harus diatur timbangannya.
- Biar sewa, yang penting keren.
- Sudahi ucapanmu yang penuh kebohongan itu.
- Jangan buang waktumu untuk melakukan hal bodoh.
- Suaramu begitu merdu, sampai rasanya gendang telingaku pecah.
- Badanmu besar, namun mengapa nyalimu begitu ciut.
3. Sarkasme
Majas sarkasme merupakan gaya sindiran yang paling keras di antara tiga majas sindiran yang ada. Majas ini secara terang-terangan menyinggung, menyindir, atau menyerang seseorang atau sesuatu secara langsung, bahkan menggunakan kata-kata yang kasar
Contoh:
- Sudah tahu tidak punya uang, masih saja ingin pergi liburan. Jangan mimpi!
- Kalau bertemu denganmu rasanya aku ingin muntah!
- Melihat muka kau saja aku sudah jijik!
- Anak itu benar-benar otak udang!
- Dasar babu gak berguna sama sekali!
Dari ketiga majas sindiran di atas, majas ironi dan sinisme lebih diterima untuk digunakan dalam teks anekdot. Hal tersebut terjadi karena kritik sosial yang disampaikan dalam teks anekdot bersifat santun.
Korupsi Kecil
Perhatikanlah dialog berikut ini, lalu berilah tanggapanmu terhadap pertanyaan yang diberikan!
Orlin | : | Ah, bosan sekali melihat berita isinya korupsi setiap hari. Mau jadi apa negeri ini? |
Andreas | : | Memang siapa saja yang korupsi? |
Orlin | : | Siapa lagi kalau bukan para pejabat kaya. Sudah punya banyak uang, tetap saja korupsi. Dasar serakah! |
Andreas | : | Memangnya kamu tidak pernah korupsi? |
Orlin | : | Tak mungkinlah saya korupsi. Mana bisa orang miskin seperti saya korupsi? Yang ada, saya dikorupsi. |
Andreas | : | Apa kau yakin? Korupsi kecil saja tidak pernah? |
Orlin | : | Mana ada korupsi kecil? Mau besar atau kecil ya tetap saja korupsi. |
Andreas | : | Apa kau lupa? Kemarin di kantin kulihat kau makan empat kue, tapi hanya bayar untuk tiga kue. |
Orlin | : | Ah, kecil saja itu, cuma lima ratus rupiah |
Andreas | : | Katanya tidak ada korupsi kecil |
Orlin | : | Ah, bisa saja kau ini. |
a. Tulislah kalimat yang menggunakan majas sindiran pada dialog di atas, lalu tentukan apa jenis majas yang dipakai?
Majas sarkasme: "Sudah punya banyak uang, tetap saja korupsi. Dasar serakah!"Majas sinisme: "Katanya tidak ada korupsi kecil."
b. Apakah penggunaan majas tersebut sudah tepat?
Penggunaan majas tersebut sudah tepat.
c. Gantilah penggunaan majas pada dialog di atas dengan menggunakan kalimat kalian sendiri!
Majas sarkasme: "Betapa serakah para koruptor yang sudah memiliki banyak uang, tetapi tetap korupsi."Majas sinisme: "Kamu bilang semua korupsi sama besar atau kecil, tetapi kamu juga melakukan korupsi meskipun hanya dengan tidak membayar kue yang kamu makan."
3. Kata Kerja Material
Teks anekdot banyak menggunakan kata kerja material, yakni kata yang menunjukkan suatu aktivitas. Hal ini terkait dengan tindakan para tokohnya dan alur yang membentuk rangkaian peristiwa ataupun kegiatan.
Contoh:
- Tatkala melintasi jembatan kecil itu, tiba-tiba orang yang suku Kluet melihat seekor ikan lele di antara bekas orang seumeukruep. Karena kaget, dia langsung berteriak, “Itu!!!”
- Anak suku Aceh langsung melompat ke dalam kolam bekas orang mencari ikan tersebut.
- Nenek dan kakek datang membawa mainan untuk aku dan adik.
- Ibu memasak rendang untuk Lebaran.
- Pak Toni sedang memotong rumput di halaman sekolah.
- Dia sedang meminum es jus di samping jalan besar itu.
- Aku tidak sengaja menjatuhkan tanaman kesayangan Ibu tadi pagi.
- Ayah membersihkan mobil dengan kain lap.
- Petugas perpustakaan sedang merapikan buku di rak bagian timur.
Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.