Karya sastra berbentuk prosa bisa ditampilkan dalam bentuk novel, cerita bersambung (cerbung), dan roman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,cerita pendek (cerpen) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian tersebut, cerpen akan selesai dibaca kurang dari sepuluh menit dan sering disebut cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk. Ciri yang lain dari cerpen bisa dilihat dari segi isi. Dari segi isi, cerpen berfokus hanya pada satu tokoh utama dengan menceritakan satu peristiwa penting yang dialami oleh tokoh tersebut.
Dari segi isi, cerpen fokus kepada satu tokoh utama dengan menceritakan satu peristiwa penting yang dialami oleh tokoh. Peristiwa penting yang dialami oleh tokoh tersebut akhirnya bisa mengubah jalan hidup atau cara pandang tokoh terhadap suatu hal.
Seperti halnya karya sastra yang lain, ide penulisan cerpen dapat diambil dari peristiwa atau kejadian nyata. Hal ini karena sastra adalah refleksi kehidupan masyarakat, yaitu menyangkut manusia dan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karena itu, karya sastra adalah sebentuk manifestasi kegelisahan atas realitas yang terjadi di sekitar kita. Salah satu contoh peristiwa yang menimbulkan kegelisahan adalah peristiwa sejarah sebuah bangsa.
Jika sejarah ditulis dalam sebuah karya bukan fiksi, peristiwa tersebut tidak akan menimbulkan ruang bagi pembaca untuk memberi tafsir yang berbeda dari yang ditulis oleh si penulis sejarah. Akan tetapi, jika sebuah peristiwa sejarah ditulis dalam bentuk fiksi khususnya cerpen, memungkinkan terjadi tafsir yang berbeda terhadap peristiwa sejarah tersebut. Dalam karya fiksi, sebuah peristiwa sejarah kemudian dikembangkan dengan menggunakan teknik pengembangan tokoh dan penokohan, pengembangan alur serta deskripsi dan teknik penyajian cerita.
Untuk dapat memahami cerpen dengan latar belakang peristiwa sejarah, pembaca paling tidak harus memiliki pengetahuan tentang peristiwa tersebut. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan bekal pengetahuan sejarah yang cukup kepada peserta didik sebelum membaca cerpen dengan tema sejarah. Ketika peserta didik akan membaca cerpen “Mengapa Mereka Berdoa kepada Pohon?” Karya Faisal Oddang misalnya, pembaca paling tidak harus mempunyai pengetahuan sejarah tentang kasus pembanta*an massal di Sulawesi Selatan oleh Westerling dan siapa sebenarnya Andi Makassau.
Agar dapat memahami isi cerpen tersebut secara komprehensif, kalian dapat berdiskusi secara berkelompok (satu kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa) untuk menemukan informasi berikut.
1. Siapakah Andi Makassau?
Andi Makassau Parenrengi adalah tokoh yang berasal dari Parepare, pejuang kemerdekaan Indonesia di daerah bekas Ajatappareng (sekarang: Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Barru, dan Kabupaten Enrekang). Dia adalah bangsawan Kerajaan Suppa
2. Berdasarkan pertanyaan nomor 1, apa yang telah dilakukannya terhadap upaya memperjuangan kemerdekaan Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan?
Sebelum kemerdekaan Indonesia, Andi Makassau membentuk dan memelopori organisasi kemasyarakatan dan politik yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi kemasyarakatan tersebut antara lain, seperti Partai Sarikat Islam di Parepare (dibentuk pada tahun 1927) dan Sumber Darah Rakyat atau disingkat SUDARA (dibentuk tahun 1944). Setelah kemerdekan, Andi Makassau menyatakan mendukung kemerdekaan Indonesia. Namun, pada 1946 Westerling yang melakukan pembanta*an terhadap kurang lebih 40.000 rakyat Sulawesi Selatan dihadang dengan gagah berani oleh laskar-laskar di bawah kepemimpinan Andi Makassau. Karena kalah senjata dan fasilitas lain, akhirnya perjuangan itu kalah. Andi Makassau dibuang di tengah laut dalam kondisi terikat.
3. Siapakah Westerling?
Westerling bernama lengkap Raymond Pierre Paul Westerling. Dia lahir di Istanbul, Kesultanan Utsmaniyah, 31 Agustus 1919 dan meninggal di Purmerend, Belanda, 26 November 1987 pada umur 68 tahun. Westerling adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembanta*an Westerling (1946–1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA di Bandung, Jawa Barat.
4. Mengapa dia dikatakan pelaku genos*da di Sulawesi Selatan?
Westerling dikatakan sebagai pelaku genos*da di Sulawesi Selatan karena dia dan pasukan khusus Belanda yang bernama DST telah menghabisi sekitar 40.000 warga Sulawesi Selatan pada tahun 1946–1947. Hal ini berawal dari peristiwa pemb*nuhan 1.000 orang Indonesia pro-Belanda yang dilakukan pejuang kemerdekaan Indonesia di bawah pimpinan Andi Makassau. Kemudian Belanda melakukan pembalasan dengan mendatangkan pasukan DST yaitu pasukan khusus KNIL di bawah Westerling. Tanpa segan Westerling mengadakan operasi pembersihan yang mirip pembun*han massal.
5. Apa yang dimaksud dengan pasukan Depot Speciale Troepen DST, KNIL?
Yang dimaksud dengan DST (Depot Speciale Troepen) di bawah KNIL adalah satuan khusus andalan militer Belanda yang terlibat aksi pembantaian di Sulawesi Selatan. DST biasa disebut pasukan baret hijau yang biasa dikirim ke daerah-daerah konflik yang membutuhkan operasi khusus seperti halnya di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Westerling.
6. Mengapa Depot Speciale Troepen DST, KNIL dikatakan sebagai pasukan yang penuh dengan kekejaman?
DST dianggap menjadi pasukan yang kejam karena pada kenyataannya pasukan tersebut banyak diisi oleh pribumi sebagai prajurit. DST melakukan "eksekusi" yang terjadi di Sulawesi Selatan
Setelah kalian menemukan informasi tersebut presentasikan hasil temuan tersebut secara lisan di hadapan kelompok yang lain.
Demikian pembahasan mengenai Memahami Cerpen dengan Latar Belakang Beberapa Peristiwa Sejarah di Indonesia. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas XI Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.