Home » , , , » Diksi dalam Puisi Tapi Karya Soetardji Calzoum Bachri

Diksi dalam Puisi Tapi Karya Soetardji Calzoum Bachri

Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih penulis puisi untuk menimbulkan efek, makna, dan maksud tertentu dalam puisinya. Dalam puisi “Tapi” di atas, terdapat beberapa kata tertentu yang sangat khas dan mendukung pengungkapan makna dan amanat dari penulis puisi.

Hal pertama yang tampak adalah penggunaan kata ganti aku dan kau. Aku merupakan kata ganti pertama tunggal dan kau merupakan kata ganti kedua tunggal. Hal ini menggambarkan isi puisi yang merupakan ungkapan seseorang yang ditujukan secara pribadi untuk orang lain.

Baris /aku bawakan ... padamu/tapi kau bilang .../ diulang berkali-kali dalam setiap larik. Hal ini menunjukkan adanya penekanan perilaku si aku yang dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu, terdapat beberapa penggunaan kata-kata lain yang bermakna tertentu, seperti kata bunga, resah, darah, mimpi, mayat, duka, dan arwah.
Puisi Tapi Karya Soetardji Calzoum Bachri
Penggunaan kata bunga memberi gambaran keindahan. Kata resah mengungkapkan kegelisahan. Kata darahsebagai perlambang luka dan penderitaan. Kata mimpi mewakili keinginan atau cita-cita. Kata duka memberi gambaran kesedihan atau kekecewaan. 
Kata mayat menggambarkan pengorbanan atau kesukarelaan. 

Adapun kata arwah dimaknai sebagai kepasrahan. Berbagai penggunaan kata-kata tersebut dianggap sudah tepat untuk mengungkapkan maksud penulis. Ia ingin menyampaikan usaha yang terus-menerus dengan memberikan segala sesuatu yang dimiliki sebagai persembahan. Sekalipun, tanggapan dari kau yang kurang menerima semua yang diberikan si aku. Hal ini ditunjukkan dengan kata tapi sebagai kata yang menunjukkan pertentangan.

Adapun gaya bahasa atau majas yang digunakan dalam puisi tersebut menunjukkan adanya majas yang melebih-lebihkan atau hiperbola. Hal ini ditunjukkan dengan si aku yang membawakan resah, darah, mimpi, mayat, dan arwah sebagai persembahan pada seseorang. Perilaku si aku tampak sebagai sesuatu yang berlebihan. 

Majas lain yang digunakan dalam puisi ini, yaitu majas repetisi atau pengulangan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengulangan kata /aku bawakan ... padamu/tapi kau bilang .../ yang diulang berkali-kali dalam setiap larik sebagai penegasan. 

Adanya majas hiperbola dan repetisi dalam puisi tersebut sudah sesuai dengan maksud penulis yang ingin mengungkapkan usaha terus-menerus dan berulang yang dilakukan oleh si aku. Usaha tersebut sudah dilakukan dengan segala kemampuan si aku. Bahkan, si aku sudah memberikan segala yang dimiliki sampai tidak ada tersisa apa pun.

Tipografi merupakan cara menata tampilan puisi untuk menciptakan kesan atau makna tertentu. Dalam hal ini, penulis puisi memiliki kebebasan untuk membentuk tampilan puisinya sesuai dengan maksud yang disampaikan dalam puisinya. Adapun secara tipografi (tata wajah), puisi ini tampak berbeda dengan puisi pada umumnya. Puisi “Tapi” ini pada larik atau baris ganjil selalu berada di kiri atau lurus kiri.

Akan tetapi, pada larik genap selalu menjorok ke dalam atau dimulai dari tengah. Perbedaan ini menyiratkan adanya pertentangan dalam makna kedua larik tersebut. Hal ini juga menunjukkan adanya ketidaksejajaran antara sosok aku dan kau. Seperti adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan.

Puisi ini terdiri atas 1 bait dengan 16 larik atau baris. Baris pertama hingga baris ke-14 terdiri atas 4 kata. Adapun baris ke-15 terdiri atas 5 kata dan baris ke-16 terdiri atas satu kata. Dengan demikian, tipografi atau pengaturan wajah puisi tersebut sangat tepat. Tipografi tersebut berfungsimembentuk tampilan visual, memberikan efek keindahan pada bentuknya, serta mendukung makna atau maksud yang terkandung dalam puisi.

Dalam hal rima, penyair menggunakan pola rima sejajar. Rima sejajar berarti persamaan bunyi yang terbentuk karena sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik/baris yang sejajar dengan pertimbangan kesamaan makna. Hal ini tampak pada beberapa kata tertentu yang diulang-ulang secara sejajar, seperti kata aku, bawakan, padamu, tapi, dan bilang. Selain itu, kata-kata tersebut banyak mengandung asonansi bunyi vokal a, u, dan i yang dapat menimbulkan kesan kelembutan, kemerduan, dan keindahan bunyi. Hal tersebut memperkuat efek makna ketekunan, keinginan, dan kepasrahan.

Setelah membaca dengan saksama puisi “Tapi” karya Soetardji Calzoum Bachri di atas, kalian bisa berlatih dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut.

1. Puisi di atas menggunakan kata ganti orang pertama aku dan kata ganti orang kedua kau. Menurut kalian, apa maksud dan efek penggunaan kedua kata ganti tersebut?
Kata ganti Aku adalah merujuk pada tokoh imajiner si Aku dalam suatu puisi. Sementara kata ganti Kau yang mewakili orang yang diajak bicara oleh si tokoh Aku. Efeknya yaitu seolah-olah tokoh si Aku sedang bicara dengan si pembaca yang digantikan dengan kata ganti Kau.
2. Apakah penggunaan kata ganti aku dan kata ganti kau tersebut sudah tepat? Apa alasannya!
Kata ganti aku dan kata ganti kau sudah tepat karena kata ganti tersebut untuk menggantikan tokoh si aku di dalam puisi dan kau kepada pembaca.
3. Kalimat aku bawakan ... padamu dan tapi kau bilang ... diulang beberapa kali. Menurut kalian, apa maksud dan efek pengulangan kalimat tersebut?
Pengulangan kata tersebut untuk menunjukkan penegasan dan menciptakan sebuah dialog antara penyiar atau si aku dengan pembaca puisi.
4. Apakah pengulangan kalimat aku bawakan ... padamu dan tapi kau bilang ... tersebut sudah tepat? Apa alasannya!
Sudah tepat, karena itu menunjukkan perbincangan yang berlawanan antara penyair atau tokoh si aku dengan lawan bicaranya dalam hal ini adalah pembaca.
5. Dalam puisi tersebut terdapat beberapa kata konkret bunga, resah, darah, mimpi, duka, dan arwah. Jelaskan maksud dan makna kata-kata tersebut!
Penggunaan kata kata konkret tersebut dimana dimaksudkan untuk bahwa itu seolah olah nyata, meski pun sebenarnya ada makna dibalik kata kata tersebut.
6. Apakah penggunaan kata konkret bunga, resah, darah, mimpi, duka, dan arwah dalam puisi tersebut sudah tepat? Apa alasannya!
Sudah tepat, karena kata kata tersebut nyata, bisa dilihat, dan ada wujudnya sebagai gambaran hati si penyair.
7. Majas apa saja yang terkandung dalam puisi tersebut? Jelaskan makna dan efeknya bagi pembaca!
Ada majas metafora pada hampir setiap larik yang diawali dengan aku bawakan ...Misalnya pada larik aku bawakan bunga padamu. Hal itu maksudnya adalah penyair masih punya cinta untuk seseorang tetapi dianggap hanya rayuan.
8. Tampilan tata wajah (tipografi) baris/larik pertama berbeda dengan baris/larik kedua yang diatur menjorok ke dalam. Menurut kalian, apa maksud dan efek tampilan tata wajah puisi tersebut?
Maksud dari tipografi itu ingin menunjukkan bahwa si Aku dan lawan bicaranya bertolak belakang, sehingga dibuat tipografi seperti itu.
9. Puisi di atas banyak mengandung bunyi vokal a, i, dan u. Selain itu, bunyi akhir (rima) baris/larik ganjil selalu berakhiran -mu. Menurut kalian, apa maksud dan efek pengaturan bunyi tersebut?
Maksudnya adalah sebagai penanda adanya seseorang yang dituju atau diajak bicara, sehingga ditulis seperti itu.
10. Berdasarkan telaah diksi, pengaturan bunyi akhir (rima), dan tatawajah (tipografi), jelaskan makna dan amanat yang terkandung dalam puisi tersebut!
Makna yang terkandung dalam puisi Tapi yaitu setiap perbuatan yang dilakukan, meskipun harus berkorban dengan kehilangan nyawa. Ada saja orang yang merasa tidak suka, tidak puas terhadap tindakan tersebut. Makanya, orang yang merasa tidak puas ini akan selalu mengatakan Tapi.

Demikian pembahasan mengenai Memahami Diksi dalam Teks Puisi. Semoga tulisan ini bermanfaat. 

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka, Kemendikbud.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 7:43 AM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.