Home » , , , » Membedakan Fakta dan Opini Teks Editorial

Membedakan Fakta dan Opini Teks Editorial

Teks editorial dapat diasumsikan sebagai sikap atau pandangan redaksi media terhadap suatu peristiwa. Sikap ini diawali dengan rumusan pernyataan umum atau tesis atas peristiwa yang terjadi di masyarakat. Redaktur menguatkannya dengan argumentasi-argumentasi. Kemudian, redaktur memberikan pendapat dan saran yang ditegaskan pada paragraf terakhir. Artinya, di dalam teks 
editorial akan selalu terdapat fakta dan opini.

Fakta adalah hal, keadaan, peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi. Dengan kata lain, fakta merupakan potret tentang keadaan atau peristiwa. Oleh karena itu, fakta sulit terbantahkan karena dapat dilihat, didengar, atau diketahui oleh banyak pihak. Namun, fakta bisa saja berubah jika ditemukan fakta baru yang lebih jelas dan akurat.

Fakta yang disajikan dalam teks editorial berupa peristiwa dan data-data terkait dengan peristiwa yang dibahas. Kalimat yang mengandung fakta biasa disebut kalimat fakta. Perhatikan contoh kalimat fakta yang terdapat dalam teks editorial ”Kado Tahun Baru 2014 dari Pertamina” berikut ini.
a. Pertamina menaikkan harga elpiji tabung 12 kg lebih dari 50 persen.
b. Akibatnya sampai di tingkat konsumen harganya menjadi Rp125.000,00 hingga Rp130.000,00.
c. Bahkan di lokasi yang relatif jauh dari pangkalan, mencapai Rp150.000,00– Rp200.000,00.

Berdasarkan contoh kalimat fakta di atas, kamu dapat mengetahui bahwa kalimat fakta dapat berisi informasi tentang peristiwa yang terjadi seperti kalimat a, b, dan c. 

Selain menyajikan fakta, teks editorial juga dilengkapi dengan opini atau tanggapan redaksi untuk mendukung pandangan atau sikapnya terhadap peristiwa yang sedang dibahas. Jika fakta tidak terbantahkan, opini sebaliknya justru masih bisa diperdebatkan. Dalam menanggapi satu objek atau peristiwa yang sama, akan timbul berbagai pendapat yang sifatnya beragam.

Opini dalam teks editorial dapat berupa penilaian, kritik, prediksi (dugaan berdasarkan  fakta empiris), harapan, dan saran penyelesaian masalah. Berikut ini adalah contoh opini yang terdapat dalam teks editorial di atas.
  1. Kritik : Kenaikan harga itu merupakan kado tahun baru 2014 yang tidak simpatik, tidak bijak, dan tidak logis.
  2. Penilaian : Pertamina tidak bisa semata-mata menjadikan harga pasar dunia sebagai kiblat dalam membuat keputusan. Sebab di sisi lain perusahaan memperoleh keuntungan besar atas hasil tambang minyak dan gas yang dieksploitasi dari perut bumi Indonesia.
  3. Prediksi : Redaksi menduga bahwa pengakuan pemerintah yang tidak mengetahui rencana kenaikan harga elpiji hingga 50% itu tidak benar.
  4. Harapan : Pemerintah seharusnya menggunakan keuntungan besar dari hasil tambang minyak dan gas untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
  5. Saran : Caranya dengan mengambil atau menyisihkan sepersekian persen keuntungan untuk menyubsidi kebutuhan bahan bakar kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Tugas
Untuk melatih daya analitis, carilah sebuah teks editorial dari media massa lokal atau nasional. Kemudian, lakukan sesuai dengan panduan berikut ini.
1. Datalah kalimat fakta yang terdapat dalam teks editorial yang kamu dapatkan.
2. Data juga kalimat opini yang terdapat dalam teks editorial yang kamu dapatkan berdasarkan isinya (kritik, penilaian, prediksi, harapan, dan saran). 
Menjaga  Celah Impor Bawang Putih
Menjaga  Celah Impor Bawang Putih
Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1766-menjaga-celah-impor-bawang-putih

1. Kalimat fakta:
  1. Hasil panen yang mencapai 10-20 ton per hektare dari lahan awal 1.900 hektare itu semua dijadikan bibit.
  2. Luas lahan tanam pun meningkat menjadi 20.000-30.000 hektare, yang tersebar di 110 kabupaten pada 2019 ini.
  3. Sepanjang Januari-Mei 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor bawang putih mencapai 70.834 ton atau senilai US$77,3 juta (Rp1,1 triliun; asumsi kurs 14.000 per dolar AS).
  4. Sementara itu, selama 2018, total volume impor bawang putih mencapai 582.995 ton dengan nilai US$493,9 juta (Rp6,9 triliun).
  5. Terlebih sepanjang 2017-2019 sudah ada pula 24 perkara terkait dengan impor bawang putih.

2. Kalimat Opini
  1. Kritik: Strategi swasembada yang unik di bawang putih tersebut tidaklah salah. Akan tetapi, strategi ini jelas menuntut pengelolaan dan pengawasan superketat. Maka, dengan begitu jelas, sistem impor bawang putih belumlah setransparan dan sebersih yang diharapkan.
  2. Penilaian: Pintu yang terbuka ialah jalan mudah bagi masuknya maling. Itu berlaku di mana saja dan kapan saja, termasuk dalam urusan negara.
  3. Prediksi: Dengan kondisi ini, bukan saja KPK, Satgas Pangan pun justru harus bekerja lebih keras dalam mengawasi sistem impor tersebut. Selain itu, sangat berpotensi membuat persaingan impor yang tidak sehat dan menjadi buruan maling negara.
  4. Harapan: Kini saatnya menyingkap dan menumpas sepenuhnya para maling negara tersebut.
  5. Saran: Bahkan, tidak hanya dalam proses untuk memperoleh RIPH, pengawasan dan pemantauan juga harus dilakukan untuk pelaksanaan wajib tanam.

Demikian pembahasan mengenai Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Editorial. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:24 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.