Diskusi merupakan suatu metode untuk memecahkan permasalahan dengan proses berfikir kelompok. Kemampuan siswa dalam melaksanakan diskusi didalam kelas sehingga semua siswa yang mengikuti kegiatan diskusi mampu menjadi individu yangaktif dan berani dalam menyampaikan/mengemukakan gagasan, ide,dan pendapat atau saran yang ingin siswa sampaikan dalam berdiskusi.
Mendiskusikan isi teks dapat dilakukan dalam kelompok kecil 3, 5, atau 7 peserta didik. Dalam Buku Siswa ada petunjuk tentang cara berdiskusi yang baik. Minta peserta didik membaca petunjuk tersebut dan tanyakan apakah ada yang perlu dijelaskan ulang. Sampaikan bahwa salah satu kunci berdiskusi dengan baik adalah pembicara berbicara dengan singkat dan jelas. Pada saat yang sama, pendengar menghargai yang sedang berbicara dengan bersikap tenang.
Bacalah kembali teks “Yang Lebih Penting dari Aku”.
Paragraf | Kalimat |
---|---|
1 | “Diam saja dari tadi. Baca terus, seperti yang paling pintar saja.”“Iya. Kita ini dianggap patung?”“Bukan patung, tapi angin.”Mataku ke arah buku yang kubaca, tetapi telingaku mendengar semuanya. Walau mereka berbicara dengan suara rendah, suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia. |
2 | Aku benar-benar tidak ingin di sini. Terlihat orang dengan berbagai penampilan mondar-mandir lantas duduk, lalu berdiri dalam diam. Wajah-wajah gundah dan lelah membuatku tambah lemas. Kapan ini semua berakhir? Tengah malam begini, seharusnya aku bisa duduk santai di rumah, baca, atau main game. Sejak sore, aku ingin minta izin pulang. It’s impossible. Mustahil. Mana mungkin aku bisa pulang saat seluruh keluarga berkumpul. |
3 | Aku kembali membaca bukuku, tetapi tak satu pun kalimat kupahami. Suara-suara yang menyindirku itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Aku cukup yakin, jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak kukenal dengan baik, mereka semua terikat darah denganku |
4 | This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadaku. Aku berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat beberapa orang menoleh |
5 | Kudekati sumber suara gaduh itu. “Maaf. Apa aku mengganggu kalian?” Aku sendiri terkejut mendengar nada suaraku. Aku benar-benar sedang kesal.“Eh, ada apa?” tanya Edo. Dia anak Om Samsudin, kakak ayahku. Aku dan Edo seumur, tetapi kami tidak pernah cocok. Bahar berdiri, “Iya. Ada apa? Mengganggu bagaimana?” |
6 | Kukepalkan tangan, aku berbicara di antara gigi yang terkatup. “Aku tahu, tadi kalian membicarakan aku. Maaf kalau aku tidak bisa ikut mengobrol. Aku memilih membaca karena aku ingin tenang.”“Siapa yang membicarakanmu? Kami bicara sendiri dari tadi,” sahut Marlina yang disambut anggukan oleh yang lain. Mereka bersahutan cukup ramai sehingga beberapa pasang mata mengamati kami. |
7 | “Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas,” Edo bicara lagi. “Justru kalian yang memulai. Aku kan tidak mengganggu,” bisikku kaku. “Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu,” Bahar mencondongkan bahunya ke arahku. |
8 | Amarah mencengkeramku . Aku benar-benar siap meledak. Aku merasa deru jantungku kian kencang. Kepalanku kian kuat. Aku bisa merasakan ujung kuku menekan telapak tanganku. Kemarahan menguasaiku. |
9 | Tepat pada saat itu, pintu geser kehijauan itu terbuka. “Keluarga Bapak Pattarani!” Seperti disemprot air dengan selang, kami berhamburan mendekat. “Operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan.” |
10 | Ayahku bangkit dan mengusap matanya berkali-kali. Para om dan tante tersenyum lega dan segera sibuk mengabarkan kebahagiaan itu. Sepupu-sepupu yang sudah tertidur jadi terbangun, sebagian menangis karena terkejut sekaligus gembira. Kakek kesayangan kami terlepas dari bahaya. Seruan syukur berdengung memenuhi ruangan. |
11 | Marlina melompat kemudian menyalamiku dan Edo sekaligus. Kami semua bahagia, walau beberapa detik sebelumnya kami nyaris baku hantam |
Bekerjalah dalam kelompok kecil dan bahaslah pertanyaan berikut ini. Sampaikan pendapat kalian secara bergantian. Salah satu kiat berdiskusi yang sederhana tetapi penting adalah berbicara tidak terlalu panjang dan menyimak pembicaraan orang lain dengan tenang.
No. | Pertanyaan | Jawaban |
---|---|---|
1. | Bagaimana perasaan kalian ketika membaca cerita di atas? | Tegang karena mereka nyaris baku hantam |
2. | Menurut kalian, tokoh ini anak laki-laki atau perempuan? Mengapa kalian berpendapat demikian? | Menurutku, tokoh "aku" pada cerita “Yang Lebih Penting dari Aku” adalah laki-laki. Itu karena tokoh "aku" suka main game dan berani untuk baku hantam dengan sepupunya. Hobi dan sifat tersebut menurutku biasa dimiliki oleh laki-laki. |
3. | Pada paragraf 1 tertulis kalimat “suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia”. Apa artinya? | Karena suasana sedang sunyi, setiap bunyi terdengar dengan jelas. |
4. | Apakah kalian paham bahwa peristiwa ini terjadi di rumah sakit? Pada paragraf mana kalian mulai menyadarinya? |
|
5. | Pada paragraf 3, bagaimana perasaan tokoh ketika berkata “... mereka semua terikat darah denganku”? | Kesal, marah, ingin marah tetapi tidak bisa. |
6. | Pada paragraf 7, Bahar berkata, “Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu.” Apa maksudnya? | Bahar tidak suka karena tokoh tidak bersedia bergabung dan berbincang bersama-sama. |
7. | Gambarkan perasaan tokoh dalam paragraf 9 dalam satu kata saja. | Perasaan tokoh pada paragraf 9 adalah senang |
8. | Apakah menurut kalian judul bacaan di atas sudah tepat? Jika belum, apa judul yang kalian usulkan | Belum. Usulan judul: Malam yang Menegangkan, |
Demikian pembahasan mengenai Mendiskusikan Isi Teks Deskripsi. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas IX Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.