Seluruh peserta didik memiliki hak belajar yang sama tanpa terkecuali peseata didik berkebutuhan khusus. Untuk itulah penidikan inklusif, menjadi jawaban agar pemenuhan hak seluruh peserta didik dapat terpenuhi. Penyelanggaraan pendidikan inklusif di atur dengan prinsip menerima peserta didik tanpa memandang status, agama, ras, budaya dan kondisi fisik, emosi, sosial, maupun inteligensi.
Pendidikan inklusif diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik tanpa diskriminasi. Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia. Sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidapan baik secara fisik, mental, jasmani, dan Rohani. Nah, dalam hal ini, tujuan akademis harus berjalan bepasangan dengan pembangunan karakter dan kemandirian.
Namun penyelanggaraan pendidikan inklusif tidak lepas dari banyaknya tantangan. Salah satu tantangan utama dalam penyelanggaraan pendidikan inklusif adalah bagaimana memahami kondisi peserta didik pberkebutuhan khusus dan pemenuhan hak belajar PDBK. Oleh sebab itu, diperlukan berbagi langkah untuk mengatasi tantangan tersebut.
Selain kolaborasi dengan para guru, untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, juga perlu memajang poster poster dan pesan-pesan inklusif yang menakan khan pada pentingnya menghargai keberagaman, pendidikan tanpa diskriminasi, dan kesesuaian pendidikan inklusif dengan visi merdeka belajar.
Sangat bisa dipahami, jika bapak dan ibu guru merasa kawatir atau kurang percaya diri dalam menangani PDBK. Kadang, hal-hal yang mendasar seperti menjaga kebersihan diri, mengelola perasaan dan emosi, atau mengungkapkan gagasan sederhana dapat menjadi tantangan besar. Kolaborasi antara guru pembingkusus, GPK, dan guru-guru lainnya sangat penting untuk dilakukan dalam menciptakan lingkungan dan budaya yang inklusif.
Sebelum menyusun program khusus bagi PDBK, diperlukan profil peserta didik atau matriks perencanaan. Matriks perencanaan adalah pemetaan tentang kondisi peserta didik ber kebutuhan khusus atau biasa disebut dengan PDBK. Deskripsi yang diberikan berupa informasi kondisi aktual hambatan atau kelainan karakteristiknya, dampak pada lingkungan sekolah maupun keluarga, strategi layanan, dan media yang diperlukan dalam pembelajaran.
Selanjutnya, berdasarkan profil peserta didik kita dapat menyusun program khusus. Program khusus idealnya di rancang oleh tim yang tadiri atas pihak satuan pendidikan, orang tua, dan tenaga profesional yang memiliki informasi dan pemahaman mengenai peserta didik.
Proses identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti observasi, wawancara, test dan pemeriksaan dokumen sebagai alat untuk menggali data. Sebelum melakukan identifikasi atau assessment, guru akan membentuk tim terlebih dahulu.
Tim terdiri dari guru kelas, guru bidang studi, kepala sekolah, guru pembimbing kusus atau GPK, orang tua dan tenaga profesional layanan terkait. Seperti dokter atau tenaga kesehatan, terapis okupasi atau fisik, penyedia pendidikan jasmani adaptif, psikolog atau terapis wijara, sesuai dengan dogan hambatan belajar pesedadidik.
Untuk penciptakan pembelajaran yang mengakomodasi semua peseerta didik, tidak terkecuali peserta didik berkebutuhan khusus atau PDPBK di kelas yang inklusif, guru perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar. Berdasarkan panduan pelaksanan pendidikan inklusif, identifikasi merupakan suatu proses untuk menemukan nalai keberagaman peserta didik. Proses identifikasi diutamakan untuk mengenali hambatan belajar dari peserta didik.
Selanjutnya, berdasarkan profil peserta didik, guru dapat menyusun program pembelajaran individual atau PPI. PPI adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi PDBK. Hal ini sangat penting, karena peserta didik berkebuduhan khusus memiliki karakteristik hubutuhan yang berbeda-beda. Penyusunan tujuan atau tapen kumbajaran pada PPI dapat berasal dari kurikulum reguler, kurikulum pendidikan khusus, dan alternatif yang disusun berdasarkan kebutuhan esensial peserta didik berkebuduhan khusus.
PPI idealnya diterapkan dalam kurun waktu tertentu, dan dirancang oleh tim yang terdiri atas, pihak satuan pendidikan, orang tua, dan tenaga profesional lain, yang memiliki informasi dan pemahaman mengenai peserta di di dalam ranga memberikan masukkan penyusunan PPI. Namun, PDBK tidak selalu dibuatkan PPI, karena PPI dibuat untuk PDBK yang tidak dapat mengikuti kurikulum reguler.
1. Latihan Pemahaman
A. Materi 2.1 Kolaborasi Guru
Apa yang perlu dilakukan sebelum menyusun program khusus bagi PDBK?
Jawaban : Membuat profil peserta didik
B. Materi 2.2 Kolaborasi dengan Guru Pembimbing Khusus dan Tenaga Profesional Lainnya
Proses identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa, KECUALI:
Jawban : Membuat angket
1. | Di bawah ini adalah isi dari Profil Peserta Didik, KECUALI | |
A. | Informasi kondisi aktual hambatan/kalianan | |
B. | Karakteristik peserta didik berdasarkan masukkan dari orang tua/guru kela | |
C. | Informasi pendapatan orang tua peserta didik | |
D. | Strategi layanan dan media yang diperlukan dalam pembelajaran | |
Pembahasan : Jawaban : C | ||
2. | Berikut ini adalah peran-peran yang dapat dijalankan oleh Guru Pembimbing Khusus, KECUALI: | |
A. | Mengajar les bagi peserta didik berkebutuhan khusus di luar sekolah | |
B. | Memberikan arahan/masukkan terhadap proses identifikasi hambatan dan potensi belajar peserta didik | |
C. | Memberikan arahan/masukkan terhadap pengembangan program pembelajaran individual | |
D. | Memberikan arahan/masukkan terhadap penyusunan materi ajar, asesmen , dan pengayaan | |
Pembahasan : Jawaban : A |
Demikian pembahasan mengenai Modul 2 Kolaborasi untuk Inklusi Platform Merdeka Mengajar. Semoga bermanfaat.
minta no hp nya kang
ReplyDelete