Home » , , » Bermain Peran dari Kehidupan Sehari-Hari

Bermain Peran dari Kehidupan Sehari-Hari

Drama adalah potret kehidupan manusia. Banyak pementasan drama yang menyajikan konflik kehidupan sehari-hari. Penonton seolah-olah melihat kejadian asli dalam masyarakat yang direka ulang. Sebelum aktor dan aktris bermain peran di atas panggung, mereka telah melalui banyak persiapan. Aktor dan aktris yang baik adalah seniman yang dapat memanfaatkan potensi dirinya. Potensi tersebut adalah potensi akal, vokal, dan jiwa. Kemampuan memanfaatkan diri itu tentu tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus ditempa dengan giat berlatih.

Guru dapat membantu siswa memilih peran yang tepat dengan membuat daftar yang berisi inventaris watak pelaku yang harus dibawakan, baik secara psikologis maupun sosiologis. Watak pelaku harus dirumuskan secara jelas. Seorang aktor dan aktris harus mampu mengekspresikan tokoh lain yang akan dibawakan. Dalam berperan, hendaknya aktor dan aktris membawakan peran secara alamiah dan wajar serta sesuai dengan tipe, gaya, jiwa, dan tujuan pementasan.
Drama
A. Latihan Kepekaan Suara
Untuk melatih kepekaan suara, Sahabat Guru dapat melakukan permainan berikut ini.

1. Ritme dan Ketukan
Kegiatan pertama dalam permainan ritme dan ketukan berupa permainan irama dan tepuk tangan. Mintalah siswa untuk membentuk kelompok sebanyak lima orang. Masing-masing kelompok duduk melingkar dengan kaki yang diluruskan. Awalnya, persilakan siswa untuk bertepuk tangan dan menciptakan irama atau ketukan yang khas. Kemudian, ajaklah siswa menepuk bagian tubuhnya yang lain, misalnya lengan, atau menghentakkan kaki. Siswa diharapkan dapat membentuk irama ketukannyamasing-masing hingga mendapatkan irama yang beragam.

Masing-masing siswa memiliki keunikan ketukan atau ritme yang berbeda-beda.Saat seorang siswa merasa ketukannya sudah menjadi bagian dari ekspresi yang diciptakannya, mintalah siswa itu menyebut kata A. Artinya, itu adalah ketukan  tepuk tangan A, begitu juga dengan yang lainnya. Apabila sudah mendapatkan ketukan ekspresinya, siswa menyebutkan huruf selanjutnya: B, C, D, E, dan seterusnya.

Siswa tercepatlah yang akan menembak ketukannya kepada siswa lain. Misalnya, apabila siswa A melemparkan tepuk tangannya kepada siswa B, berikutnya B harus mengucapkan A dengan keras. Siswa B harus menambahkan ketukannya menjadi AB. Kemudian, jika siswa B ingin melemparkan tepuk tangannya kepada siswa C, siswa B harus mengucapkan A dan B dengan keras, sedangkan siswa C harus menjadikan tepuk tangannya ABC. Para siswa diharapkan bisa secara konsisten menjaga ketukannya masing-masing, boleh dikurangi atau dilebihkan, misalnya menjadi hanya A dan B, bahkan bisa juga menjadi C dan D. Permainan ini berjalan tergantung pada kepekaan dan timbal balik antarsiswa.

Kegiatan kedua adalah konduktor dan orkestra. Bagilah siswa yang ada di kelas menjadi tiga kelompok atau lebih, tergantung dari jumlah siswa yang ada didalam kelas. Tiap kelompok minimal terdiri atas sepuluh siswa. Selanjutnya, Guru menetapkan satu orang sebagai konduktor yang pertama. Konduktor tersebut mempersilakan sepuluh siswa menciptakan enam karakter suara. Ada dua orang yang memiliki karakter suara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, dua orang bersuara seperti lebah, dua orang bersuara seperti harimau, dan dua orang lainnya bersuara seperti petir.

Tugas konduktor adalah membuat suara-suara tersebut terdengar harmonis. Konduktor dapat memberi instruksi kepada anggotanya untuk mengeluarkan suara panjang atau pendek. Konduktor juga dapat membuat suara bersahut-sahutan. Konduktor menggunakan enam karakter suara yang berbeda itu seperti sedang mengatur paduan suara di dalam orkestra. Berilah waktu tampil konduktor selama tujuh menit, kemudian siswa yang lain akan bergantian mengambil peran sebagai konduktor.

Permainan ini dapat dijadikan sebagai awalan untuk memulai latihan teater, saat berada di tengah-tengah latihan, sebagai intermeso, atau mengakhiri latihan. Permainan ini melatih kekompakan dan kreativitas dalam mengatur irama musik. Selain itu, permainan ini juga melatih kemampuan musikal siswa.

Kegiatan ketiga adalah pemimpin dan pengikut. Sahabat Guru, bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok beranggota lima orang. Tiap kelompok kemudian menentukan pemimpin yang berada di tengah lingkaran, sedangkan empat pengikutnya berada di kanan, kiri, belakang, dan depan pemimpin. Pengikut yang berada di depan pemimpin berhadap-hadapan dengannya.

Pemimpin kemudian mengeluarkan suara dan bunyi serta melakukan gerakan yang diciptakannya sendiri. Suara dan bunyi serta gerakan sepenuhnya adalah kebebasan dari pemimpin. Pengikut yang berada di samping kanan, kiri, belakang, dan  depan pemimpin mengikuti apa pun yang dilakukannya, baik suara dan bunyi maupun gerakan. Pemimpin tidak hanya diam di tempat, tetapi juga mengubah suara sekaligus mengubah arah hadap dan arah berjalan, boleh juga melakukan putaran 90–180 derajat. Selama lima menit sekelompok pengikut mengikuti arah gerak pemimpin selama lima menit, lalu pemimpin diganti sehingga semua anggota kelompok pernah menjadi pemimpin.

2. Melodi
Permainan melodi mempunyai dua kegiatan. Kegiatan pertama adalah penyanyi dan penari. Sahabat Guru, bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok beranggota lima orang. Di dalam tiap kelompok, ada satu orang yang berperan menjadi penyanyi. Penyanyi tersebut bertugas menyanyi dengan nada-nada yang dengan bebas diciptakan olehnya. Sementara itu, empat anggota lainnya menari dalam formasi lingkaran. Selanjutnya, penyanyi memilih satu orang di dalam kelompoknya untuk menggantikan posisinya.

Permainan ini dilakukan secara bergantian. Artinya, saat satu orang menjadi penyanyi, maka empat orang lainnya menjadi penari. Para penari bergerak sesuai dengan ketukan ataupun irama yang dinyanyikan oleh penyanyi.Kegiatan kedua dalam permainan melodi ini adalah musik dan gerak melingkar. Sahabat Guru boleh memutar lagu apa pun, tetapi dianjurkan untuk memutar musik yang sifatnya ritmis dan tanpa lirik, hanya ketukan saja. Dalam permainan ini, tiap siswa bebas bergerak, tetapi harus diperhatikan bahwa tiap gerak yang dilakukannya hanya boleh dilakukan dengan gerak melingkar. Hal itu dapat dicoba pada leher, lengan, pinggul, dan bagian tubuh lainnya yang memiliki sendi.

3. Bunyi dan Gerak
Permainan bunyi dan gerak mempunyai tiga kegiatan. Kegiatan pertama adalah improvisasi suara. Sahabat Guru, bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok beranggota lima orang. Dua anggota menjadi sumber suara, sedangkan tiga lainnya menjadi peraga suara. Apabila sumber suara mengeluarkan suara atau bunyi, misalnya suara binatang, suara angin, suara alam, atau bunyi sirene, para peraga suara harus meresponsnya. Peraga suara melakukan gerakan dari suara atau bunyi apa pun yang dikeluarkan oleh sumber suara.

Kegiatan kedua adalah ingatan emosi terhadap suara. Sahabat Guru, bagilah siswa ke dalam kelompok-kelompok seperti latihan sebelumnya, tetapi kegiatan kali ini difokuskan pada kemampuan siswa mengingat suara-suara yang dikeluarkan oleh dirinya sendiri atau suara-suara yang didengarnya di lingkungan sekitar, misalnya rumah, sekolah, sawah, atau jalan raya. Asal suara dapat dibatasi dari kegiatan sehari-hari, misalnya bangun dari tempat tidur, bertamu di ruang tamu, memasak di dapur, cuci muka di kamar mandi, belajar di sekolah, perjalanan pulang dari sekolah ke rumah, dan sebagainya.

Kegiatan ketiga adalah suara dan irama tubuh. Sahabat Guru, mintalah tiap-tiap siswa untuk mendengarkan suara dari tubuh mereka. Pada kegiatan kali ini, siswa dilatih untuk fokus pada irama yang dihasilkan tubuh mereka masing-masing, misalnya suara detak jantung atau langkah kaki yang sedang berjalan cepat. Siswa memilih satu irama, lalu perlahan-lahan memperbesar suaranya sambil ditirukan suara mulut. Suara tiruan itu kemudian diubah jadi bentuk gerakan sesuai ketukan irama.

4. Bunyi dan Napas
Permainan bunyi dan napas mempunyai tiga kegiatan. Kegiatan pertama adalah bernapas pelan dan dalam, lalu pelan-pelan berteriak. Sahabat Guru, latihan kali ini dilakukan secara perseorangan. Mintalah tiap-tiap siswa mengambil napas perlahan-lahan melalui lubang hidung kanan, lalu diembuskan dari lubang hidung kiri, begitu juga sebaliknya. Saat mengambil napas,siswa pelan-pelan menyuarakan bunyi  /u/ dan saat mengembuskan napas, siswa menyuarakan bunyi /o/ dan /a/, dari 
pelan hingga lantang.

Kegiatan kedua adalah bernapas cepat dan berteriak. Sahabat Guru, mintalah siswa untuk menghirup udara ruangan sebanyak-banyaknya dalam hitungan cepat, lalu diembuskan melalui mulut dengan mengeluarkan bunyi /o/ dan /a/ dengan sangat keras. Pada tahap kedua, mintalah siswa menekan lantai saat menghirup udara, lalu meloncat saat mengembuskan udara sambil meneriakkan bunyi /o/ dan /a/.

Kegiatan ketiga adalah bernapas dan mengeluarkan suara pengganti angka. Sahabat Guru, kini siswa diharapkan sudah terlatih mengatur napas. Pada kegiatan kali ini, mintalah siswa membentuk formasi melingkar dalam satu kelompok kecil. Siswa kemudian mulai berhitung dengan bernapas cepat, mulai dari huruf A, B, C, dan seterusnya sampai formasi habis. Pada lingkaran kedua, bunyi huruf diganti menjadi ekspresi suara, misalnya suara binatang, suara alam, bunyi pabrik, bunyi  kendaraan, dan lain-lain. Selanjutnya, lakukanlah uji coba dengan mengeluarkan bunyi huruf, misalnya F, G, H, I, dan J, untuk menciptakan harmoni. Lakukanlah kegiatan ini sampai membentuk kalimat seperti “aku makan nasi” yang diubah jadi suara.

Sumber : Buku Seni Teater Kelas IV Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 1:39 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.