Home » , » Mengenal Asal Usul Kota Ajibarang

Mengenal Asal Usul Kota Ajibarang

Pada pembelajaran Kelas IV Sekolah Dasar semester 2 terdapat muatan pelajaran Budaya Banyumasan. Kompetensi yang diajarkan pada pembelajaran tersebut adalah KD 3.8. Mengenal asal-usul Ajibarang dan KD 4.8. Mendceritakan kembali asal-usul Ajibarang. Berikut ini penjelasan mengenai materi pada kegiatan pembelajaran tersebut.

A. Asal-usul Ajibarang
Ajibarang merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Banyumas. Saat ini kecamatan Ajibarang membawahi 13 desa. Pada jaman dahulu Ajibarang merupakan sebuah kadipaten (kabupaten) yang didirikan oleh seorang pendatang dari wilayah kerajaan Galuh Pakuan yang bernama Jaka Mruyung. Negeri Galuh Pakuan merupakan sebuah negeri yang masuk dalam wilayah Kerajaan Pajajaran di mana pada saat itu Galuh Pakuan dilanda musim kemarau panjang yang menyengsarakan masyarakat.

Adipati Galuh Pakuan bernama Munding Wilis yang istrinya sedang sedang hamil. Istri sang Adipati meminta untuk dicarikan daging kijang yang berkaki putih. Permintaan itu pun dikabulkan oleh adipati. Adipati Munding Wilis. Bersama beberapa punggawa kadipaten berangkat berburu mendapatkan binatang buruan. Sang adipati menunggang kuda yang bernama Dawuk Mruyung. Sebelum mendapatkan binatang buruan, rombongan adipati tersesat di perkampungan perampok. Mereka ditangkap oleh para perampok yang dipimpin oleh Abulawang. Semua perbekalan dirampas termasuk kudanya. Adipati dipersilahkan pulang ke kadipaten dengan berjalan kaki.
Jaka Mruyung
Setiba di kadipaten, hati Adipati sedikit terobati hatinya mendengar istrinya telah melahirkan seorang putra yang berparas tampan dengan ciri pada lengan kanan terdapat belong “toh wisnu”. Kegembiraan sang adipati menjadi hilang karena 4 hari dari kelahiran putranya, secara tiba – tiba kadipaten di serang perampok yang dipimpin oleh Abulawang. Kadipaten dirampas dan harta bendanya dan dibakar. Untung sang adipati beserta istrinya diselamatkan oleh Ki Juru Taman, seorang pembantu kadipaten.

Setelah keadaan aman, sang adipati teringat nasib putranya yang baru lahir. Beliau mencari ke semua penjuru kadipaten tetapi tidak ditemukan. Suatu ketika seorang penduduk memberitahukan bahwa putranya telah dibawa lari oleh perampok Abulawang. Hancur hati sang adipati beserta istrinya. Adipati bertekad mencari putranya dengan menyamar sebagai petani bernama Ki Sandi.

Di bukit Mruyung, sarang perampok, Abulawang beserta istrinya dalam keadaan sukacita. Ia dapat membawa lari putra sang adipati yang tampan. Anak itu dianggap sebagai putranya sendiri karena mereka tidak mempunyai anak. Oleh Abulawang anak itu di berinama Jaka Mruyung.

Setelah dewasa, Jaka Mruyung tidak suka kepada watak orang tuanya yang kejam, suka merampok, minum dan berjudi. Secara diam diam Jaka Mruyung pergi meninggalkan bukit Mruyung dengan menggunakan kuda Dawuk Mruyung yang ternyata kuda milik ayahnya sendiri.

Dengan perbekalan secukupnya Jaka Mruyung pergi ke arah timur melalui hutan belantara. Sampailah ia ke suatu daerah yang disebut Dayeuhluhur. Jaka Mruyung singgah di sebuah rumah kecil milik Ki Mranggi. Oleh Ki Mranggi, Jaka Mruyung diangkat sebagai cucunya. Ia diajari membaca, menulis, dan ilmu keprajuritan. Ki mranggi adalah bekas seorang prajurit Majapahit yang menetap di desa itu. Tempat belajar membaca dan menulis jaka merurung di beri nama Panulisan.

Setelah dianggap cukup Jaka Mruyung diizinkan meneruskan perjalananya. Jaka Mruyung diberi petunjuk ke arah timur lurus dan mencari hutan yang diberi nama hutan pakis aji. Bila sudah di temukan hutan itu agar dibabad sebagai dukuh tempat tinggalnya. Kelak dukuh ini akan menjadi sebuah negeri yang besar.

Perjalanan Jaka Mruyung sampai pada tempat yang terbentang luas dengan rerumputan hijau. Ia ber istirahat dan kudanya dibiarkan merumput. Tempat itu kemudian diberi nama Gumelar artinya tempat yang terbentang luas.

Jaka Mruyung dalam perjalananya bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Tlangkas. Menurut Tlangkas, hutan pakis aji sudah dekat, yaitu di sebelah selatan Kadipaten Kutanegara. Jaka Mruyung malanjutkan perjalananya sesuai dengan perkataan Tlangkas. Kelak Tlangkas akan dimintai bantuanya untuk membabad hutan pakis aji. Tlangkas menyanggupinya.

Perjalanan Ki Sandi sampai di desa Panulisan. Ia singgah di rumah Ki Mranggi. Ki Sandi menceritakan bahwa tujuan perjalananya adalah mencari anaknya yang hilang. Anak itu pada lengan kananya terdapat belong “toh wisnu”. Ki Mranggi membeberkan bahwa baru saja ada seorang pemuda bernama Jaka Mruyung yang memiliki ciri-ciri seperti yang diceritakan oleh Ki Sandi. Ia belum lama pergi ke arah timur menuju hutan pakis aji. Ki Sandi merasa gembira karena yang dicarinya sudah ada titik terang. Jaka Mruyung diyakini sebagai putra yang dicarinya selama ini.

Perjalanan Ki Sandi beserta istrinya dilanjutkan ke arah timur mengikuti jejak Jaka Mruyung. Mereka melewati sungai yang airnya jernih, dangkal, dan riaknya keras ( jawa : kemracak ). Kelak tempat itu di beri nama desa Kracak. Kemudian di suatu tempat Ki Sandi bertemu dengan seorang yang membawa buah. Orang itu pun di tanya apa buah itu ? Orang itu menjawab dalam bahasa sunda “Ieu emah gondang amis “ yang artinya “ ini buah gondang yang manis rasanya”. Tempat itu kelak di namakan desa Gondang Amis.

Sementara itu, perjalanan Jaka Mruyung telah sampai di tepi hutan pakis aji. Ia beristirahat di tempat yang banyak burung jalaknya kelak tempat ini di namakan Pejalakan. Ia sampailah di kali datar yang memiliki sebuah kedung (tempat di sungai yang dalam dan airnya tenang). Di kedung itu terdapat banyak burung lawet (jawa : serwiti ) maka kedung itu di beri nama kedung Srewiti.

Jaka Mruyung sampai di tempi hutan pakis aji. Pada saat akan membabad hutan, jaka melihat banyak orang yang sedang membuat tambak ikan. Jaka mendekati mereka untuk meminta tolong membabad hutan pakis aji. Mereka siap membantu. Kelak di tempat itu di namakan desa Tambakan.

Jaka Mruyung dibantu oleh beberapa orang desa Tambakan memulai membabad hutan pakis aji. Saat membabad hutan Jaka Mruyung menangkap seekor ular besar. Ular segera dibunuh dan di bakarnya. Api yang berkobar menyebabkan hutan ikut terbakar. Berita terbakarnya hutan pakis aji di terima oleh Adipati Nglangak, yaitu adipati Kadipaten Kutanegara. Sang adipati memerintahkan punggawanya menangkap si pembakar hutan untuk dihukum.

Adipati Nglangak mempunyai 3 orang putri yaitu pertama Dewi Pandan Sari, kedua Dewi Pandan Ayu, ketiga Dewi Ratna Sari. Mereka bertiga juga sebagai prajurit wanita di Kadipaten Kutanegara.
Selama menjadi narapidana Jaka Mruyung menunjukan sikap sopan santun. Ia pun dibebaskan dan diizinkan pula mengikuti sayembara pemilihan senopati Kadipaten Kutanegara. Senopati artinya pemimpin perang atau prajurit.

Dalam sayembara pemilihan senopati Jaka Mruyung keluar sebagai pemenangnya karena berhasil mengalahkan calon senopati tangguh Ki Kenthol Ireng, orang yang tabiat bengis dan berhati sombong . Jaka Mruyung diangkat sebagai senopati Kadipaten Kutanegara dan dinikahkan dengan putri ke dua, yaitu Dewi Pandan Ayu.

Hati adipati Nglangak sangat gembira setelah mengetahui bahwa Jaka Mruyung adalah putra adipati Munding Wilis dari Galuh Pakuan berdasarkan cerita Tlangkas yang menolong dan membantu Jaka Mruyung. Akhirnya, Kadipaten Kutanegara diserahkan kepada Jaka Mruyung. Ibu kota kadipaten dipindahkan ke hutan pakis aji yang dibabadnya. Hutan pakis aji itu diberi nama Ajibarang. Jaka Mruyung adalah adipati ajibarang yang pertama.

Dengan berdirinya Kadipaten Ajibarang, Kadipaten Kutanegara di bagi menjadi dua desa yaitu desa Kutawera dan Candinegara. Sebagai bukti cerita ini, terdapat permakaman Dewi Pandan Sari dan permakaman Dewi Pandan Ayu, istri adipati Jaka Mruyung. Kedua makam itu terletak di sebelah utara Ajibarang. Sedangkan makam Dewi Ratna Sari konon ada disebuah bukit yang terletak di sebelah selatan Ajibarang. Bukit itu dinamakan Gunung Putri.

B. Objek Wisata Sekitar Ajibarang
Ajibarang merupakan sebuah kota yang terletak di sebelah barat kota Purwokerto. Kota kecil ini merupakan kota yang terletak di jalur perlintasan antara Jakarta, Bandung, Tegal, Cilacap, dan Purwokerto. Ajibarang memiliki beberapa objek wisata yang sangat menarik. Beberapa Objek wisata di sekitar Ajibarang antara lain sebagai berikut.

1. Masjid Saka Tunggal Cikakak
Masjid Saka Tunggal Cikakak terletak di sebelah selatan Ajibarang, tepatnya di desa Cikakak Kecamatan Wangon. Masjid ini dibangun oleh Kyai Mustholih pada tahun 1922. Hampir seluruh bangunan masjid ini terbuat dari bahan kayu. Sedangkan atapnya terbuat dari ijuk. Tiang utama masjid ini terbuat dari sebatang kayu berukir yang sederhana namun terlihat anggun. Tiang dalam bahasa jawa Banyumasan disebut dengan Saka. Tiang utama masjid ini hanya satu sehingga dinamakan Masjid Saka Tuggal.
Masjid Saka Tunggal Cikakak
Masjid Saka Tunggal Cikakak memiliki ciri khas yang membedakannya dengan masjid lainnya. Salah satu keunikan masjid ini ialah memiliki empat helai sayap dari kayu di dalam saka yang melambangkan ”papat kiblat lima pancer” atau empat mata angin serta satu pusat.

2. Masjid Saka Tunggal Pekuncen
Masjid Saka Tunggal Darussalam Dusun Legok Desa Pekuncen Kecamatan Pekuncen. Sesuai namanya, Masjid Saka Tunggal punya karakteristik bangunan unik yakni hanya meniliki satu tiang atau saka tunggal sebagai penyangga utama bangunan. Tiang kayu di ruang tengah masjid itu masih kokoh berdiri hingga sekarang. Bangunan itu masih utuh dan terawat hingga sekarang.

Masjid ini dibangun pada tahun 1846 tahun Jawa atau 1334 Hijriah. Dibangun oleh Mohamad Nurman atas perintah Adipati Aryo Cokronegoro. Bangunan utama atau bangunan induk Masjid Saka Tunggal Darussalam terbagi menjadi ruang utama atau induk masjid, serambi, dan tempat wudhu. Bangunan induk ini berbentuk persegi panjang yang terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruang utama, ruang samping atau emperan, ruang pengimanan (mihrab), dan gudang.

3. Goa Lawa Darma Kradenan
Goa Lawa Darmakradenan terletak di sebelah selatan Ajibarang. Goa ini cukup indah karena dikelilingi oleh perbukitan kapur. Kita dapat menaikmati pemandangan dan ribuan lawa atau kelelawar. Goa Lawa didalamnya dipenuhi satwa lawa.
Goa Lawa
Desa Darmakradenan juga memiliki beberapa obyek wisata goa. Ada puluhan goa- goa yang terdapat di daerah ini. Namun diantara puluhan goa-goa yang ditemukan tersebut, ada 7 goa yang dikembangkan serius, Adapun 7 goa tersebut adalah : Goa Kemit, Goa Sumur, Goa Barat, Goa Lawa, Goa Kromong, Goa Lawang dan Goa Mall. Jarak antara Goa yang terdekat yaitu Goa Kemit dengan Goa yang terjauh yaitu Goa Kromong yang berjarak sekitar 4 Km.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 9:27 AM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.