Kata biografi secara harfiah berakar dari bahasa Yunani, yaitu kata biosyang bermakna hidup dan kata graphein yang artinya tulis. Dengan kata lain, biografi adalah sebuah tulisan yang isinya memaparkan tentang kisah kehidupan seseorang yang ditulis oleh orang lain. Umumnya, biografi berisi tulisan yang memaparkan riwayat kehidupan seseorang berdasarkan fakta, data, dan peristiwa atau kejadian yang dialami.
Bahasa yang digunakan dalam teks biografi harus lugas, jelas, dan tidak bertele-tele agar tidak menimbulkan pemahaman yang berbeda dan bias pada pembaca. Isi biografi tidak sekadar biodata, daftar nama, data kelahiran, dan informasi lainnya, tetapi lebih kompleks karena dapat juga berisi pandangan, sikap, perasaan, pemikiran, hingga peristiwa atau kejadian yang dialami tokoh. Akan tetapi, tidak semua aspek atau peristiwa diceritakan, hanya hal yang dinilai penting atau menarik untuk diketahui dan bermanfaat bagi pembaca.
Oleh karena itu, tokoh atau sosok dalam biografi bukanlah tokoh atau sosok biasa, melainkan orang yang berpengaruh, telah sukses, orang yang berjasa, dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar melalui biografi kalian mendapat inspirasi, pelajaran hidup, dan motivasi setelah membacanya.
Memetik Keteladanan dari Frans Kaisiepo
Frans Kaisiepo merupakan Pahlawan yang mengintegrasikan Papua dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak banyak yang tahu siapa Frans Kaisiepo ini, seumur hidupnya dia mempersatukan Irian Barat dengan Indonesia.
Pahlawan nasional Republik Indonesia, (alm) Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Pulau Biak pada 10 Oktober 1921. Perjuangannya dalam mempertahankan Indonesia di tanah Papua berakhir saat usia 57 tahun, di mana dia meninggal di Jayapura, Papua, pada 10 April 1979.
Dia menikah dengan Anthomina Arwam dan memiliki tiga orang anak. Pada 12 November 1973 dia menikah dengan Maria Magdalena Moorwahyuni dari Demak, dan memiliki satu orang anak.
Pria yang memiliki jiwa pemimpin, dan dikenal cerdas, tangkas dan bijaksana ini menjadi salah satu orang yang mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua, pada 31 agustus 1945, di mana Belanda masih menduduki Papua.
Pada Juli 1946, Frans menjadi satu-satunya wakil Papua di Konferensi Malino, Sulawesi Selatan. Pada saat itu, Frans menyarankan Papua dengan sebutan Irian. Irian sendiri merupakan akronim dari ‘Ikut Republik Indonesia Anti Nederland’. Sementara itu, dalam Bahasa Biak, Irian berarti sinar yang menghalau kabut. Hal itu karena kota Irian merupakan daerah yang panas.
Frans Kaisiepo mendirikan Partai Indinesia Merdeka pada bulan Juli tahun 1946 di Biak. Saat itu, Lukar Rumkorem sebagai pimpinan terpilih partai tersebut. Pada tahun 1961, setelah keluar dari penjara dia mendirikan Partai Irian.
Pada Maret 1948, Frans terlibat pemberontakan di Biak untuk memprotes pemerintahan Belanda. Ia juga pernah dipenjara pada 1954 hingga 1961 karena menolak mengakui diri sebagai pemimpin delegasi Nugini Belanda dalam Konferensi Meja Bundar Belanda-Indonesia pada 1949.
Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua antara tahun 1964-1973. Pada tahun 1972 sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dan menjadi Dewan Pertimbangan Agung pada tahun 1977 sebagai wakil urusan Papua.
Pada tahun 1993, berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993 nama Frans Kaisiepo dikenang sebagai pahlawan nasional Indonesia dari Papua. Serta pada 19 Desember 2016, Frans Kaisiepio diabadikan dalam uang kertas rupiah pecahan Rp10.000.
Demikian pembahasan mengenai Menyajikan teks biografi Frans Kaisiepo. Semoga tulisan ini bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.