Mengenal Sandhangan Swara

Aksara Jawa adalah salah satu sistem penulisan yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi di Indonesia. Sistem penulisan ini digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Salah satu unsur penting dalam aksara Jawa adalah Sandhangan Swara, yang berperan untuk membantu mengubah fonem menjadi bunyi vokal yang lainnya. Dalam bahasa Jawa, bunyi vokal ini berperan sangat penting, karena suatu kata bisa memiliki arti yang berbeda hanya karena perbedaan vokal yang digunakan.

Sandhangan Swara ini tidak dapat mematikan bunyi dari huruf konsonan dalam bahasa Jawa. Akan tetapi sandhangan ini dapat menambahkan bunyi vokal tertentu pada huruf tersebut. Sandhangan ini bisa ditempatkan di atas, di bawah, sebelum, atau sesudah aksara Jawa untuk mengubah bunyi yang dihasilkan.
Sandhangan Swara
1. Sandhangan Wulu
Jenis sandhangan ini berbentuk bulatan kecil dan diletakkan di atas huruf Aksara Jawa. Fungsinya adalah untuk mengubah bunyi "a" menjadi bunyi "i". Jadi, ketika huruf Aksara Jawa yang berbunyi "a" ditambahkan Sandhangan Wulu, maka bunyinya akan berubah menjadi bunyi "i".

Sebagai contoh huruf Aksara Jawa “Ha” yang memiliki bunyi akhiran vokal "a". Dengan menambahkan Sandhangan Wulu di atasnya, maka akan menjadi “Hi" yang memiliki bunyi vokal berupa "i".

2. Sandhangan Pepet
Pada dasarnya, bentuk dari Sandhangan Pepet ini sangat mirip dengan Wulu, namun ukurannya jauh lebih besar. Sandhangan Pepet diletakkan di atas huruf Aksara Jawa yang berkaitan di mana fungsinya untuk mengubah fonem dasar “a”menjadi "ê".

Contoh kata yang ditulis dengan Aksara Jawa dan menggunakan sandhangan pepet yaitu "sêgêr". Meskipun pengucapannya terlihat sama dengan Sandhangan Taling, akan tetapi Pepet mempunyai pelafalan bunyi “e” yang berbeda. Contoh lain dari kata yang menggunakan Sandhangan Pepet ini yaitu sekolah, gendis, kembang, dan juga kendi.

3. Sandhangan Suku
Sandhangan Suku merupakan salah satu bentuk sandhangan dalam aksara Jawa yang digunakan untuk mengubah bunyi huruf "a" menjadi vokal "u." Bentuknya sendiri sangat mirip dengan huruf "u" yang mana nantinya langsung diletakkan di bawah aksara Jawa.

Jadi, jika suatu aksara Jawa yang memiliki bunyi fonem dasar berupa "a" diberi sandhangan suku maka bunyinya akan menjadi "u". Ukuran sandhangan ini lebih kecil dari aksara Jawa dan diletakkan di bawah huruf yang ingin diubah bunyinya.

4. Sandhangan Taling
Sandhangan di aksara Jawa ini biasanya digunakan untuk mengubah bunyi "a" menjadi vokal "e". Di mana penulisan Sandhangan Taling secara umum diletakkan di depan huruf aksara Jawa. Contoh penggunaan Sandhangan Taling bisa Kawan jumpai dalam kata "Lele" yang berarti ikan lele dalam bahasa Indonesia.

Lewat kata ini, huruf "e" pada kata "lele" ditandai dengan Sandhangan Taling yang menempel pada huruf aksara Jawa sebelumnya. Contoh kata Aksara Jawa lainnya dengan Sandhangan Taling ini yaitu seda, penak, dan juga beda.

5. Sandhangan Taling Tarung
Dengan menggunakan Sandhangan Taling Tarung, fonem "a" pada huruf aksara Jawa dapat diubah menjadi bunyi "o". Untuk penulisannya sendiri yaitu Sandhangan Taling ditulis di depan huruf Aksara Jawa.

Sedangkan Sandhangan Tarung ditaruh di belakang huruf Aksara Jawa yang mana kedua kombinasi ini nantinya akan mengubah fonem huruf bunyi "a" menjadi "o".

Soal Latihan :
JawaLatinJawaLatin
netepi
Netepi
Bojone
Bojone
Baleni
Baléni
Motore
Motoré
Arane
Arané
Sepatu
Sepatu
Ngurusi
Ngurusi
Merapi
Merapi
Métani
bukuné
Bukuné
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:41 AM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.