Puisi rakyat penting untuk dipelajari dan diterima oleh generasi muda. Sebagai penerus bangsa, generasi muda harus meneruskan semua tradisi serta budaya yang ada di Indonesia. Istilah puisi rakyat merujuk pada karya sastra berbentuk puisi yang merupakan warisan budaya atau tradisi sastra lisan.
Tujuan Pembelajaran kali ini adalah peserta didik mengingat dan menyimpulkan informasi dari teks lisan yang disimaknya dengan menjawab pertanyaan tentang “Tembang Kinanthi” yang diperdengarkan kepadanya. Tembang Kinanthi di atas adalah jenis puisi rakyat yang termasuk dalam puisi tradisional Jawa. Setiap baitnya terdiri atas kalimat berjumlah sama.
Puisi tradisional Jawa tentang Anoman ini dipilih sebagai variasi puisi rakyat. Guru dapat mengajak peserta didik untuk mengamati puisi tersebut dan membandingkannya dengan puisi lain yang dibahas pada bagian sebelumnya.
Tembang Kinanthi
Kinanthi panglipur wuyung
Rerenggane prawan sunthi
Durung pasah doyan nginang
Tapih pinjung tur mantesi
Mendah gene yen diwasa
Bumi langit gonjang ganjing
Artinya:
Dibarengi dengan penghibur cinta
Hiasannya perawan kencur
Belum bisa makan kinang
Mengenakan kain panjang dan pantas
Apalagi nanti kalau dewasa
Bumi langit akan bergerak.
Anoman malumpat sampun,
Prapteng witing nagasari,
Mulat mangandhap katingal,
Wanodyayu kuru aking,
Gelung rusak wor lankisma,
Kangiga-iga kaeksi.
Artinya:
Anoman sudah melompat,
Datang di pohon nagasari,
Melihat ke bawah terlihat,
Seorang wanita kurus kering,
Gelungnya rusak campur tanah,
Terlihat iganya yang kurus.
Jumlah kalimat dalam bait ini disebut gatra. Setiap gatra berisi jumlah suku kata yang sama pula. Jumlah suku kata ini disebut guru wilangan. Sedanglan bunyi akhir pada setiap baris disebut guru lagu. Macapat juga biasanya dilagukan dengan irama tertentu. Setelah menyimak, jawablah pertanyaan berikut.
1. Apakah persamaan puisi tersebut dengan pantun, syair, gurindam yang telah kalian pelajari sebelumnya?
Persamaan puisi ini dengan pantun, gurindam, dan syair adalah :
- Sama-sama memiliki bait.
- Terdapat jumlah kalimat yang sama di setiap baitnya.
- Terdapat jumlah suku kata yang sama di setiap barisnya.
2. Apakah perbedaan puisi tersebut dengan ketiga puisi rakyat sebelumnya
Jumlah kalimat dalam tiap bait di macapat ini berbeda dengan jumlah pada syair, pantun, dan gurindam.
Puisi rakyat merupakan salah satu warisan bangsa yang berbentuk puisi, syair, pantun, dan gurindam, yang mengandung nilai serta pesan moral, agama, hingga budi pekerti. Penyampaian puisi lama (di masa lalu) biasanya dari mulut ke mulut. Tak jarang sumber puisi atau siapa penulis dan pengarangnya tidak diketahui secara pasti. Hal tersebut karena tidak ada catatan asli atau bukti tertulis.
Puisi lama biasanya juga tampak lebih kaku karena mengikuti beberapa aturan seperti jumlah kata dalam tiap barisnya, jumlah baris dalam tiap baitnya, hingga pengulangan kata yang terletak di awal atau di akhir sajak yang juga kamu kenal dengan istilah rima.
Demikian pembahasan mengenai Mengidentifikasi Isi dan Unsur Puisi Rakyat. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas VII Kurikulum Merdeka, Kemendikbud
0 komentar:
Post a Comment
Mohon tidak memasukan link aktif.