Home » » Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel

Unsur Kebahasaan Teks Cerita Fabel

Unsur kebahasaan merupakan unsur-unsur yang membangun sebuah teks. Unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks fabel antara lain kata kerja, kata sandang, kata keterangan tempat dan waktu, serta kata hubung lalu, kemudian, dan akhirnya. Diharapkan dengan mengetahui unsur kebahasaan, maka keterampilan berbahasa siswa akan semakin tinggi. Kesalahan unsur kebahasaan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan penggunaan unsur kebahasaan dalam kegiatan praktik berbahasa.

Perhatian lebih kepada praktik berbahasa yang selalu memperhatikan aspek kebahasaan di sekolah merupakan salah satu upaya pembenahan kesalahan-kesalahan berbahasa di masyarakat. Secara umum siswa mengetahui dan memahami secara baik perbedaan bahasa baku dan bahasa tidak baku. Namun kebiasaan dan kesadaran berbahasa yang baik belum meluas. Siswa dianggap mampu berbahasa dengan baik apabila kedua belah pihak saling mengerti isi informasi tanpa memperhatikan efek dari praktik berbahasa tersebut.

Perhatikan teks fabel berikut ini.
Struktur TeksKalimat
OrientasiDahulu kala di tengah-tengah hutan yang sangat lebat di atas bukit terdapat sebuah desa yang dihuni oleh beraneka ragam serangga. Mereka hidup tenteram, rukun, dan damai. Ada keluarga kupu-kupu yang tinggal di atas pohon. Pak Kumbang dan keluarganya tinggal di dalam sarang yang tergantung di dahan pohon besar. Kakek Cacing selalu membuat rumah di lubang tanah. Sekelompok semut hitam dan semut merah tinggal di sarangnya yang saling berdekatan dengan Bapak Laba-laba yang mempunyai rumah jaring. Ibu Kecoa menempati sebuah sepatu bot, sebuah sepatu bekas milik manusia yang telang terbuang.
KomplikasiHampir setiap malam mereka berkumpul bersama, berpesta, menari, dan bergembira. Mereka saling berbagi makanan kecuali seekor belalang yang selalu hidup menyendiri. Ia hanya memandang keramaian dari depan rumahnya.

Tingkah belalang itu sangat aneh, ia malu karena ia telah kehilangan sebuah kakinya. Kakek Cacing pernah bercerita, Paman Belalang setahun yang lalu telah kehilangan kakinya akibat ia berkelahi dengan seekor burung yang hendak memangsanya. Sehari-hari Paman Belalang hanya duduk termenung meratapi kakinya yang hilang. Paman Belalang merasa sudah tidak berguna lagi karena telah kehilangan kakinya yang sangat berharga.

Lodi si anak semut merah dan Roro si anak semut hitam sangat prihatin melihat hidup Paman Belalang. Suatu hari ketika Lodi dan Roro sedang berjalan-jalan di tepi sungai, tiba-tiba mereka melihat Paman Belalang sedang asyik membuat sebuah perahu kecil yang terbuat dari ranting pohon dan daun kering.

“Wahhhh… perahu buatan paman bagus sekali,” puji Roro”.

Paman Belalang tersenyum, lalu tiba-tiba ia mengajak Lodi dan Roro naik ke dalam perahu miliknya. Lodi dan Roro saling bertatapan. Mereka tidak menyangka ternyata Paman Belalang sangat baik dan ramah. Paman Belalang mengeluarkan sebuah gitar tua, lalu ia mulai bernyanyi, sedangkan Lodi dan Roro menari-nari mengikuti irama gitar milik Paman Belalang.
ResolusiPerahu daun Paman Belalang berlayar di sepanjang aliran sungai, pemandangan di sekitarnya sangat indah. Ketika perahu itu melawati sungai yang di tepinya di penuhi oleh tanaman bunga, tiba-tiba Paman Belalang menghentikan laju perahunya. Lalu ia menunjukan jarinya kearah dua ekor kodok yang sedang bercakap-cakap.

“Kedua kodok itu sepertinya sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik bisik Paman”.

“Dari mana Paman bisa mengetahuinya? Tanya Lodi”.

“Kemarin Paman mendengar cerita dari seekor Lalat, katanya kita harus berhati-hati jika melihat dua ekor kodok hitam yang besar, Seminggu yang lalu kedua ekor Kodok hitam itu telah menghancurkan desa serangga yang berada di sebelah timur, mereka memangsa anak-anak semut dan telur-telur serangga jelas Paman”.

“Yaa ampun, jahat sekali kodok-kodok itu bisik Roro ketakutan”.

Paman Belalang, Lodi dan Roro diam-diam mendengarkan percakapan kedua kodok itu dari dalam perahu mereka yang bersembunyi dibalik bunga teratai. Benar saja, ternyata kedua Kodok itu mempunyai rencana jahat nanti malam. Mereka tahu jika hampir setiap malam di desa serangga selalu mengadakan pesta. Kodok itu pun berencana akan merusak pesta dan memangsa anak-anak serangga yang berada di sana. Mendengar hal itu Paman Belalang cepet-cepat memutar balik arah perahu miliknya, lantas mereka bertiga kembali ke desa.

“Ayo kita pulang dan memberitahukan rencana mereka pada para serangga yang lainnya jelas Paman”.

Perahu yang Paman kemudikan itu berlayar sangat cepat menuju desa. Setiba disana Paman Belalang segera menceritakan rencana jahat sang Kodok yang mereka dengar tadi.

“Benarkah… Cerita itu, Tanya Kakek Cacing yang dituakan oleh para serangga di desa mereka”.

“Benar Kakek, kami berdua pun juga mendengar percakapan Kodok jahat itu jelas Lodi dan Roro”.

Paman Belalang kemudian memerintahkan jika malam ini tidak di adakan pesta dulu. Anak-anak dan telur mereka harus di jaga baik-baik di dalam sarang oleh induknya. Sedangkan para penjantan dewasa siap berjaga-jaga dan menyerang jika kedua kodok itu datang. Dan ternyata benar, ketika malam hari tiba, kedua ekor Kodok Hitam itu muncul di desa. Upsss… ternyata Kodok itu pun bingung karena desa serangga yang hampir setiap malam mengadakan pesta, tiba-tiba saja menjadi sunyi senyap.

Seeeraaang… Teriak Paman Belalang, dengan cepat Bapak Laba-laba menjatuhkan jaring besarnya tepat di atas Kodok itu. Kedua Kodok itu terperangkap oleh jaring Laba-laba, mereka pun tidak dapat bergerak. Para penjantan Semut Merah dan Semut Hitam lalu mengelilingi serta menggigiti kedua nya. Kodok-kodok itu teriak kesakitan, lalu akhirnya mereka menyerah dan meminta maaf kepada para serangga. Kakek Cacing memerintahkan Bapak Laba-laba untuk membuka jaring-jaringnya lalu ia menyuruh kedua Kodok itu pergi dari desa serangga.
KodaHooooreeee… Teriak para serangga ketika melihat Kodok-kodok itu pergi, sambil menari-nari mereka mengangkat tubuh Paman Belalang dan melempar-lemparnya ke udara. Kakek Cacing mengucapkan terima kasih kepada Paman Belalang yang sudah menyelamatkan desa milik mereka. Semenjak itu Paman Belalang tidak menjadi pemurung lagi, ia sadar jika dirinya masih berguna walaupun telah kehilangan kakinya. Setiap malam ia pun bergabung dengan para serangga lainya untuk berpesta, Paman belalang selalu bermain gitar dan bernyanyi riang. Para serangga pun sangat menyukainya, begitu juga dengan Lodi dan Roro yang sekarang menjadi sahabat Paman dan mereka selalu ikut serta berpetualang dengan Paman Belalang dan perahunya. (Sumber: cerpenmu.com karya Ayui Soesman)

1. Mengidentifikasi Kata Kerja
Setelah membaca teks hasil kerjaanmu itu, coba identifikasi kata kerja yang ada di dalam teks tersebut berdasarkan struktur teks yang ada. Jenis kata kerja terdiri atas kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif. Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat,  misalnya memegang, mengangkat. Sementara itu kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam kalimat.
Struktur TeksKata Kerja
Aktif transitifAktif intransitif
OrientasiMembuat, menempatiTerdapat, mempunyai, hidup, tinggal, 
KomplikasiMemandang, merasa, melihat, membuat, mengajak, menyangka, mengeluarkan.Berkumpul, berbagi, bercerita, tersenyum, berkelahi, merasa, termenung, membuat berjalan-jalan, bertatapan, bernyanyi, menari-nari
ResolusiMelewati, menghentikan, menunjukkan, merencanakan, memerintahkan, menyerang, mengadakan, menjatuhkan, terperangkap, mengelilingi, membuka.Berlayar, mendengar, muncul, bergerak, menyerah, pergi
KodaMelihat, mengangkat, mengucapkan, menyelamatkanBergabung, bermain

Jiji Jerapah dan Kus Tikus
Struktur TeksKalimat
OrientasiDikisahkan hiduplah sekelompok binatang di sebuah kampung. Binatang-binatang tersebut bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing. Di kampung itu mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan.

Pada suatu hari ada seekor jerapah yang tengah mencari pekerjaan. Sang Jerapah itu bernama Jiji. Dia ingin segera mendapat pekerjaan. Pekerjaan apa saja yang penting tidak merugikan orang lain. 
KomplikasiMasalahnya, Jiji terlalu tinggi untuk melakukan pekerjaan yang ditawarkan padanya.

Jiji terlalu tinggi untuk menjadi kondektur bus. Ketika berdiri di dalam bus, ia harus menekuk leher dan itu membuat lehernya nyeri. Ia juga terlalu tinggi untuk menjadi sopir truk. Lehernya terlalu panjang di ruang kemudi. Saat ia tekuk, hidungnya menyentuh kemudi truk.

Suatu pagi, sambil menerawang memperhatikan sekitarnya Jiji berpikir bahwa dirinya hanya cocok untuk melakukan pekerjaan di luar ruangan. 
ResolusiSuatu hari Jiji mendatangi sebuah rumah. Ia menemui seekor tikus. Si tikus itu bernama Kus. Si tikus tengah mengecat rumah itu. Kus berdiri di sebuah tangga pendek sambil tangannya memegang kaleng cat. Kus kelihatan berat mengecat di situ.

Jiji menyapa tikus yang sedang mengecat, tikus mengeluh tentang pekerjaanya. Tikus mengatakan bahwa tangga yang digunakan terlalu pendek, sehingga dia jadi tidak bisa mencapai langit-langit. Seandainya aku punya teman kerja yang tinggi sepertimu,  ia pasti dapat membantuku.
jiji jerapah
Jiji menawarkan bantuan kepada tikus untuk menggunakan tubuhnya sebagai tangga. Tikus dengan senang hati menerima tawaran bantuan dari Jiji

Dengan gembira Kus Tikus naik ke leher sang Jerapah. Kemudian, dia memegang kaleng cat dengan mulutnya. Dia merasa nyaman menempel di leher sang jerapah.

Dengan mudah si tikus menjangkau tempat-tempat yang sulit. Si tikus mengecat langit-langit. Pekerjaan mereka sangat rapi. Pak Beruang, sang pemilik rumah, sangat suka. Lalu, ia memberi ongkos lebih untuk Kus Tikus dan Jiji Jerapah.

Jiji sangat gembira karena mendapat gaji pertamanya. Selain itu tikus juga menawarkan kerjasama kepada Jiji. Tikus berpikir daripada membeli tangga yang lebih tinggi lebih baik menggunakan Jiji sebagai tangga. Dengan senang Jiji menerima tawaran tersebut.
KodaAkhirnya, mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung tersebut. Mereka tidak pernah kehabisan pekerjaan. Di kampung-kampung lain pun mereka banyak ditawari pekerjaan. Di mana pun mereka bekerja dengan baik. Pekerjaan mereka selalu rapi dan memuaskan sehingga banyak yang menggunakan jasa mereka. Hati mereka senang dan gembira.

2. Penggunaan Kata Sandang Si dan Sang
Setelah membaca teks fabel “Jiji Jerapah dan Kus Tikus”, temukanlah penggunaan kata sandang si dan sang. Selain itu, susunlah kalimat dengan kata sandang tersebut. Penggunaan kata sandang Si- dan Sang pada teks fabel di atas yaitu:
  1. Sang Jerapah itu bernama Jiji.
  2. Si tikus itu bernama Kus. 
  3. Si tikus tengah mengecat rumah itu.
  4. Dia merasa nyaman menempel di leher sang jerapah.
  5. Pak Beruang, sang pemilik rumah, sangat suka.

3. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu
Setelah memahami teks “Jiji Jerapah dan Kus Tikus”, temukanlah kalimat yang menggunakan konsep keterangan tempat dan waktu. Dalam teks cerita fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan kata keterangan waktu untuk menghidupkan suasana. Untuk keterangan tempat biasanya digunakan kata depan di dan keterangan waktu biasanya digunakan kata depan pada atau kata yang menunjukkan informasi waktu. Cermati kalimat berikut yang diambil dari teks yang telah dibahas.
  1. Dikisahkan hiduplah sekelompok binatang di sebuah kampung.
  2. Di kampung itu mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan.
  3. Pada suatu hari ada seekor jerapah yang tengah mencari pekerjaan.
  4. Kus berdiri di sebuah tangga pendek sambil tangannya memegang kaleng cat.
  5. Dia merasa nyaman menempel di leher sang jerapah.
  6. Di kampung-kampung lain pun mereka banyak ditawari pekerjaan. 
  7. Di mana pun mereka bekerja dengan baik.

4. Penggunaan Kata Hubung Lalu, Kemudian, dan Akhirnya
Setelah membaca teks “Jiji Jerapah dan Kus Tikus”, temukanlah kata penghubungnya.  Kata lalu dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata itu digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata akhirnya biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mengakhiri informasi dalam paragraf atau dalam teks. Perhatikan kalimat di bawah ini!
  1. Pak Beruang, sang pemilik rumah, sangat suka. Lalu, ia memberi ongkos lebih untuk Kus Tikus dan Jiji Jerapah.
  2. Dengan gembira Kus Tikus naik ke leher sang Jerapah. Kemudian, dia memegang kaleng cat dengan mulutnya.
  3. Akhirnya, mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung tersebut.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 4:19 PM

1 komentar:

Mohon tidak memasukan link aktif.