Home » » Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Kebutuhan Pembelajaran Peserta Didik Berkebutuhan Khusus

Peserta didik berkebutuhan khusus sebagai bagian dari peserta didik umumnya, memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan dan berhak untuk mengikuti kegiatan belajar di semua satuan dan jenjang persekolahan. Tempat bersekolah mereka tidak hanya di sekolah khusus, tetapi juga di sekolah umum terutama yang terdekat dengan tempat tinggalnya. 

Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang bersifat permanen maupun yang temporer, memiliki hambatan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan upaya-upaya penyesuaian dalam pembelajarannya. 
Kebutuhan ABK
A. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Sensorik 
1. Anak dengan Hambatan Penglihatan (Tunanetra) 
Layanan khusus dalam pendidikan bagi anak dengan gangguan penglihatan yaitu dalam membaca menulis dan berhitung diperlukan huruf Braille bagi yang hambatan penglihatan total. Bagi yang masih memiliki sisa penglihatan diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar. Di samping itu, diperlukan latihan Orientasi dan Mobilitas (OM) yang penerapannya bukan hanya di sekolah, melainkan dapat diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya. 

Seseorang dikatakan hambatan penglihatan total atau buta total (totally blind) jika mengalami hambatan visual yang sangat berat sampai tidak dapat melihat sama sekali. Penyandang buta total mempergunakan kemampuan perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Orang seperti ini biasanya mempergunakan huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan latihan orientasi dan mobilitas. 

Hambatan penglihatanan akan berdampak dalam kemampuan kognitif, kemampuan akademis, sosial emosional, perilaku, perkembangan bahasa, perkembangan motorik, orientasi dan mobilitas 

2. Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu) 
Seperti sudah dikemukan sebelumnya, peserta didik yang mengalami hambatan pendengaran perlu Alat Bantu Dengar (ABD), tetapi walaupun telah diberikan pertolongan dengan ABD, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus karena gangguan pendengaran berdampak pada aspek-aspek di bawah ini. 

a. Aspek Motorik 
Anak tunarungu yang tidak memiliki hambatan lain dapat mencapai tugas-tugas perkembangan motorik (early major motor milestones), seperti duduk, merangkak, berdiri dengan tanpa bantuan, dan berjalan sama seperti yang terjadi pada anak yang mendengar (Preisler, 1995, dalam Alimin, 2007). Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mengalami hambatan pendengaran memiliki kesulitan dalam hal kesimbangan dan koordinasi gerak umum, dalam menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan kecepatan serta gerakan-gerakan yang kompleks. 

b. Aspek bicara dan bahasa 
Keterampilan berbicara dan bahasa merupakan bidang perkembangan yang paling banyak dipengaruhi oleh peserta didik hambatan pendengaran. Khususnya anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran dibawa sejak lahir. Menurut Rahardja (2006) bagi individu yang congenital atau berat, suara yang keras tidak dapat didengarnya meskipun dengan menggunakan alat bantu dengar. Individu ini tidak dapat menerima informasi melalui suara, tetapi mereka sebaiknya belajar bahasa bibir. Suara yang dikeluarkan oleh individu dengan hambatan pendengaran biasanya sering sulit untuk dimengerti, karena mereka mengalami kesulitan dalam membeda-bedakan artikulasi, kualitas suara, dan tekanan suara. 

3. Anak dengan Hambatan Pendengaran (Tunarungu) 
Kebutuhan pembelajaran peserta didik hambatan pendengaran menurut Gunawan (2011) secara umum tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Akan tetapi, mereka memerlukan perhatian dalam kegiatan pembelajaran antara lain: 
  1. Tidak mengajak anak untuk berbicara dengan cara membelakanginya. 
  2. Anak hendaknya didudukkan paling depan, sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. 
  3. Perhatikan postur anak yang sering memiringkan kepala untuk mendengarkan. 
  4. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru, bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan dan bila memungkinkan kepala guru sejajar dengan kepala anak. 
  5. Guru bicara dengan volume biasa tetapi dengan gerakan bibirnya yang harus jelas. 

B. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Mental Kognitif 
Anak dengan Hambatan Intelektual (Tunagrahita) 
Pendidikan bagi peserta didik anak mengalami hambatan intelektual seharusnya ditujukan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka berada. Secara umum kebutuhan pembelajaran anak anak mengalami hambatan intelektual adalah sebagai berikut: 
  1. Perbedaan anak mengalami hambatan intelektual dengan anak normal dalam proses belajar adalah terletak pada hambatan dan masalah atau karakteristik belajarnya. 
  2. Perbedaan karakteristik belajar anak anak mengalami hambatan intelektual dengan anak sebayanya, anak anak mengalami hambatan intelektual mengalami masalah dalam hal yaitu: a. Tingkat kemahirannya dalam memecahkan masalah. b. Melakukan generalisasi dan mentransfer sesuatu yang baru. c. Minat dan perhatian terhadap penyelesaian tugas. 

C. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Fisik 
Anak dengan Hambatan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa) 
Berkaitan dengan pembelajaran, tujuannya adalah untuk membantu menyiapkan peserta didik agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuannya dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (uu no.2 tahun 1989 tentang uspn dan pp no.72 tentang plb). 

Connor (1975) mengemukakan sekurang-kurangnya tujuh aspek yang perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu: 
  • Pengembangan intelektual dan akademik 
  • Membantu perkembangan fisik 
  • Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak 
  • Mematangkan aspek sosial 
  • Mematangkan moral dan spiritual 
  • Meningkatkan ekspresi diri 
  • Mempersiapkan masa depan anak 

Pengembangan diri pada anak tunadaksa perlu memperhatikan: 
  • Program pembelajaran yang diindividualisasikan 
  • Prinsip pembelajaran: prinsip multisensory dan Individualisasi 
  • Penataan lingkungan belajar: bangunan gedung memprioritaskan tiga kemudahan: mudah keluar masuk, mudah bergerak dalam ruangan, dan mudah mengadakan penyesuaian. 
  • Personil: guru plb, guru reguler, dokter ahli anak, dokter ahli rehabilitasi medis, dokter ahli ortopedi, dokter ahli syaraf, psikolog, guru bimbingan dan penyuluhan, social worker, fisioterapist, occupational therapist, speechterapist, orthotic dan prosthetic. 

D. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Lainnya 
1. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Perilaku dan Emosi 
Kebutuhan pembelajaran bagi anak hambatan perilaku dan emosi yang harus diperhatikan oleh guru antara lain adalah: 
  1. Mengetahui strategi pencegahan dan intervensi bagi individu yang beresiko mengalami gangguan emosi dan perilaku. 
  2. Menggunakan variasi teknik yang tidak kaku dan keras untuk mengontrol tingkah laku target dan menjaga atensi dalam pembelajaran. 
  3. Menjaga rutinitas pembelajaran dengan konsisten, dan terampil dalam problem solving dan mengatasi konflik. 
  4. Merencanakan dan mengimplementasikan reinforcement secara individual dan modifikasi lingkungan dengan level yang sesuai dengan tingkat perilaku. 
  5. Mengintegrasikan proses belajar mengajar (akademik), pendidikan afektif, dan manajemen perilaku baik secara individual maupun kelompok. 
  6. Melakukan asesmen atas tingkah laku sosial yang sesuai dan problematik pada siswa secara individual. 
  7. Perlu adanya penataan lingkungan yang kondusif (menyenangkan) bagi setiap anak. 
  8. 8. Kurikulum hendaknya disesuaikan dengan hambatan dan masalah yang dihadapi oleh setiap anak. 
  9. Adanya kegiatan yang bersifat kompensatoris sesuai dengan bakat dan minat anak. 
  10. Perlu adanya pengembangan akhlak atau mental melalui kegiatan sehari-hari, dan contoh dari lingkungan. 

2. Kebutuhan Pembelajaran Anak Cerdas dan Bakat Istimewa 
Kebutuhan pembelajaran bagi anak cerdas istimewa dan bakat istimewa adalah sebagai berikut. 

a. Program pengayaan horisontal, meliputi: 
  • Mengembangkan kemampuan eksplorasi. 
  • Mengembangkan pengayaan dalam arti memperdalam dan memperluas hal-hal yang ada di luar kurikulum biasa. 
  • Eksekutif intensif dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu yang diminati secara tuntas dan mendalam dalam waktu tertentu. 

b. Program pengayaan vertikal, yaitu: 
  • Acceleration, percepatan/maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas. 
  • Independent study, memberikan seluas-luasnya kepada anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. 
  • Mentorship, memadukan antara yang diminati anak gifted dan tallented dengan para ahli yang ada di masyarakat. 

3. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Autism 
Kebutuhan pembelajaran bagi anak anak autis adalah sebagai berikut: 
  • Diperlukan adanya pengembangan strategi untuk belajar dalam seting kelompok. 
  • Perlu menggunakan beberapa teknik di dalam menghilangkan perilaku-perilaku negatif yang muncul dan mengganggu kelangsungan proses belajar secara keseluruhan (stereotip). 
  • Guru perlu mengembangkan ekspresi dirinya secara verbal dengan berbagai bantuan. 
  • Guru terampil mengubah lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi anak, sehingga tingkah laku anak dapat dikendalikan pada hal yang diharapkan. 

4. Kebutuhan Pembelajaran Anak dengan Hambatan Kesulitan Belajar Spesifik 
Peserta didik yang mengalami hambatan belajar spesifik (disleksia, diskalkulia, disgrafia) perlu adanya intervensi yang melibatkan seluruh indera dalam proses belajar mengajarnya. Salah satu teknik yang dapat diterapkan adalah teknik multi sensori. Berikut hal-hal yang harus dilakukan guru dalam menangani di dalam kelas; 
  • Perkenalkan belajar alfabet secara sekuensial (berurutan) secara bertahap dan berurut. 
  • Alfabet diperkenalkan menggunakan huruf-huruf dari kayu atau plastik, sehingga anak dapat melihat huruf, mengambilnya, merasakannya dengan mata terbuka atau tertutup dan mengucapkan bunyinya. 
  • Peserta didik perlu tahu bahwa huruf /i/ muncul sebelum /k/, Alfabet dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok, yang membuat mudah anak mengingat di kelompok mana huruf tersebut berada. 
  • Menyortir dan mencocokkan huruf kapital, huruf kecil, bentuk cetak, dan tulisan tangan dari huruf; melatih keterampilan sequencing dengan huruf dan bentuk-bentuk terpotong; dan melatih menempatkan tiap huruf dalam alfabet dalam hubungannya dengan huruf lain.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 6:21 AM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.