Home » , , , » Mewawancarai Orang Tua/Keluarga di Rumah

Mewawancarai Orang Tua/Keluarga di Rumah

Pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas VI Kurikulum Merdeka terdapat pembahasan tentang Mewawancarai Orang Tua/Keluarga di Rumaho. Tujuan pembelajaran kali ini adalah peserta didik dapat melakukan wawancara untuk menggali ide dan menuliskan hasilnya dalam laporan singkat.

Pada kegiatan ini peserta didik belajar tentang berbicara dengan sopan (menggunakan maaf, tolong, dan terima kasih).  Berbicara dengan volume yang tepat sesuai konteks dan tempat berbicara, 
berbicara dengan jelas sehingga dipahami lawan bicara. Menanggapi dengan  aktif ketika berbicara dengan kelompok pendengar yang berbeda (teman,  guru, dan orang dewasa di sekitarnya).

Wawancara adalah tanya jawab antara pewawancara dan narasumber untuk mendapatkan data, keterangan, dan pendapat tentang suatu hal. Wawancara harus dipersiapkan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebelumnya, tentukan tujuan dari wawancara tersebut. Setelah itu, pilihlah narasumber yang sesuai. Mintalah kesediaan narasumber untuk diwawancarai tentang topik tertentu. Setelah itu, buatlah daftar pertanyaan yang akan diajukan.
Mewawancarai Orang Tua/
Ketika melakukan wawancara di waktu yang disepakati, perhatikan adab sebagai pewawancara. Pakailah baju yang sopan dan berbicara dengan sopan. Perkenalkan diri terlebih dahulu dan ucapkan terima kasih kepada narasumber yang sudah mau diwawancara. Sampaikan pertanyaan dengan jelas. Apabila jawaban narasumber kurang jelas, sampaikan konfirmasi dengan mengatakan, “Apakah yang Bapak/Ibu maksud seperti ini …?” Ajukan pertanyaan yang sesuai meskipun tidak ada dalam daftar pertanyaan. Sampaikan terima kasih kepada narasumber ketika wawancara sudah selesai dan mintalah kesediaannya untuk ditanya kembali kalau ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi.

Hal yang tidak kalah penting dari praktik wawancara adalah menuliskan hasilnya. Kalau kalian mempunyai alat perekam suara, kalian bisa menuliskan transkrip wawancara lengkap. Namun kalau tidak punya alat perekam, kalian bisa merangkum hal-hal yang penting saja dari wawancara dengan merujuk ke tujuan wawancara. Ketika melakukan wawancara, catat kata-kata kunci saja, tidak perlu menuliskan seluruh kalimat. Lebih baik pewawancara fokus untuk mendengarkan dan memahami jawaban dari narasumber.

Langkah-langkah wawancara:
  1. Menemukan tokoh yang akan diwawancara. Narasumber ini bisa orang tuamu, kakek nenek, saudara, atau tetangga yang sekiranya mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang kesenian daerah.
  2. Menghubungi narasumber dan meminta kesediaan untuk diwawancarai.
  3. Menyiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara. Contoh: 1. Menurut Bapak/Ibu, apa kesenian tradisional yang khas dan paling dibanggakan dari daerah ini? 2. Apa alasan Bapak/Ibu memilih kesenian tradisional tersebut? 3. Bagaimana sejarah atau latar belakang terciptanya kesenian tersebut? 4. Apakah ada permainan tradisional khas dari daerah sini yang sekarang tidak dimainkan lagi oleh anak-anak? Tolong ceritakan bagaimana cara memainkannya.

1. Menurut Bapak/Ibu, apa kesenian tradisional yang khas dan paling dibanggakan dari daerah ini?
Menurut saya kesenian tradisional yang khas dan paling membanggakan dari daerah ini adalah Ebeg. Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg.

2. Apa alasan Bapak/Ibu memilih kesenian tradisional tersebut?
Saya memilih kesenian tersebut karena Ebeg dianggap sebagai seni budaya yang benar-benar asli dari Jawa Banyumasan mengingat didalamnya sama sekali tidak ada pengaruh dari budaya lain. Berbeda dengan Wayang yang merupakan apresiasi budaya Hindu India dengan berbagai tokoh-tokohnya. 

Selain itu, biasanya dalam pertunjukkan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul & cepet. Dalam pertunjukkannya ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe. Kesenian ini mirip dengan jathilan, kuda kepang dan kuda lumping di daerah lain.

3. Bagaimana sejarah atau latar belakang terciptanya kesenian tersebut?
Menurut saya kesenian Ebeg berkembang di daerah Jawa Tengah khususnya wilayah Banyumas, Purbalingga,Cilacap, dan Kebumen. Kesenian Ebeg termasuk dalam seni tari tradisional yang bercerita tentang ksatria yang berlatih perang (Pangeran Diponegoro). Kesenian ini telah berkembang sejak meletusnya perang diponegoro.

Tarian ini sejatinya melambangkan dukungan rakyat terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan imperialisme kolonial Belanda. Pada pementasannya, tari ebeg terdiri dari empat pembabakan (fragmen), yaitu fragmen buto lawas yang dilakukan 2 kali, fragmen senterewe, dan fragmen begon putri.

Masyarakat banyak yang mengaitkan kesenian ini dengan hal-hal yang bersifat magis, mengingat dalam salah fragmen tertentu, penari mengalami kerasukan dan hilang akal. Ketika para penari mulai kesurupan (mengalami trance/ mendhem/ wuru), tanpa sadar mereka memakan pecahan kaca, bara api dan benda benda berbahaya lainnya, makan dedaunan yang belum matang, dedhek/ kathul (pakan ternak), kemudian mengupas serabut kelapa dengan gigi, memakan), serta bertingkah sepeti monyet, ular, dll .

4. Apakah ada permainan tradisional khas dari daerah sini yang sekarang tidak dimainkan lagi oleh anak-anak? Tolong ceritakan bagaimana cara memainkannya.
Menurut saya permainan khas yang sekarang sudah jarang dimainkan anak-anak adalah Sliring Genting. Permainan ini berkisah tentang seorang pencuri yang berpura-pura mendatangi sebuah rumah untuk meminta api. Namun, si empunya rumah yang curiga, akhirnya mengetahui bahwa tamu tak diundangnya, ternyata berniat mengambil pithik alias ayam miliknya. 

Para pemain akan tegang di belakang si empunya rumah yang berada di barisan paling depan, berhadap-hadapan dengan si pencuri. Nah, si pencuri akan berusaha mengejar ayam yang ada di barisan paling belakang. 

Sementara itu, mereka yang khawatir di belakang penjaga rumah berperan sebagai prajurit yang bertugas menjaga si ayam agar tak sampai jatuh ke tangan si begal alias si pencuri. Para prajurit ini harus pintar-pintar mengelak agar si begal bisa menangkap si ayam.

Demikian pembahasan mengenai Mewawancarai Orang Tua/Keluarga di Rumah. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Sumber : Buku Bahasa Indonesia Kelas VI Kurikulum Merdeka, Kemendikbud.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 8:54 PM

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tidak memasukan link aktif.