Home » » Mengabstraksi dan Mengonversi Teks Cerita Pendek

Mengabstraksi dan Mengonversi Teks Cerita Pendek

Abstraki merupakan kegiatan penyajian secara singkat mengenai isi tulisan sehingga pada tulisan ia menjadi bagian tersendiri. Abstraksi pada teks cerpen dapat disamakan dengan sinopsis. Sinopsis adalah ringkasan cerita dari sebuah prosa atau drama. sinopsis berisikan gambaran singkat mengenai sebuah cerita. Mengabstraksi teks cerpen adalah meringkas teks cerpen dengan menuliskan garis besar teks tersebut dalam beberapa kalimat yang padu. Abtsraksi harus memperhatikan bagian-bagian penting dari suatu teks untuk disusun menjadi sebuah garis besar yang lengkap.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengabstraksi teks cerpen adalah dengan membaca dengan cermat teks cerpen yang akan diabstraksi, menyusun bagian-bagian penting berdasarkan struktur teks cerpen, menuliskan kembali bagian-bagian penting tersebut menjadi paragraf abstraksi yang padu.

Berikut terdapat teks penceritaan yang mengisahkan sebuah kisah sukses seorang wirausaha muda dan cantik berasal dari Kota Padang. Dalam bukunya yang berjudul Meraih Mimpi Jadi Pengusaha, ia berbagi pengalaman mengenai kesuksesannya menjadi pengusaha muda yang diawali dengan keterpurukan. Di bagian sampul buku itu tertulis Kisah Getir Perjalanan Hidup Seorang Mahasiswa yang Berhasil Memiliki Perusahaan di Usia 20 Tahun.

Meraih Impian
  1. Terusik lamunanku saat terngiang sebaris kata ayah yang selalu berulang menelusup ke telingaku, “Nanda, kamu pasti bisa!” Kata-kata ayahku laksana dentuman meriam di rongga dadaku. Setiap kuingat kata-kata itu, semakin berat beban yang kurasakan, terlebih, urutanku sebagai sulung dari lima bersaudara. Tidak mudah bagiku untuk menjadi sulung. Kurasakan pula beban kedua orang tuaku yang semakin menjadi. Ayah, di luar segala kewajibannya sebagai PNS, terlibat aktif di dunia jurnalistik dan organisasi. Tidak mengherankan jika bunda terpaksa turun tangan untuk menopang keuangan keluarga dengan membuka sebuah warung kecil-kecilan.
  2. Padatnya aktivitas ayah dan bunda terekam kuat dalam benakku. Kerja keras seakan menjadi menu wajib bagiku. Namun, ada hal yang menjadi titik lemahku. Dua kali tangisku pecah ketika cita-citaku tak tersampaikan. Pertama, ketika gagal masuk fakultas kedokteran karena faktor biaya. Kuingat kata-kata bunda di telingaku. “Kita tak cukup uang untuk kamu masuk Fakultas Kedokteran. Sabar ya, Nak!”, ucap Bunda lembut, tetapi pasti. Kedua, ketika gagal mendaftar ke STPDN karena tinggi badan kurang. Kegagalan itu tentu saja membuatku terluka. Ayah dan bunda tiada putus-putusnya membangkitkan diriku hingga kedua kakiku benar-benar mampu berpijak.
  3. Untuk mengobati luka hatiku, kuputuskan untuk membantu bunda menjaga warung. Sambil menjaga warung, sedikit demi sedikit belajar dari ketegaran bunda dalam menghadapi kesulitan hidup. Sering bunda tidur larut karena harus menyambung potongan perca menjadi sebuah bed cover untuk dijual. Bed cover itu dititipkan di sebuah toko swalayan. Tiada pernah putus doaku kepada Sang Khalik agar bunda senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin.
  4. Salah satu doaku terkabul. Suatu hari ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan berorganisasi. Ayah mulai melirik dunia usaha. Sebagai langkah awal, ayah melahap buku-buku sederet profil pengusaha sukses, sebut saja Bob Sadino, Bill Gates, Steve Jobs, Richard Branson, Donald Trump, dan Elang Gumilang. Benih pohon bisnis tumbuh pesat pula dalam diriku, terlebih setelah aku menyerap isi beberapa buku yang menyampaikan motivasi.
  5. Dua kegagalan yang lalu berakhir ketika aku diterima di jurusan bahasa Inggris. Kutekuni masa pendidikan tinggi dengan sepenuh hati. Kendala finansial mendorongku untuk merambah dunia kerja di samping kuliah. Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari Kak Ica, saudara sepupuku, datang kepadaku. “Nanda, di sebelah toko Bunda ada kios yang dijual. Bagaimana kalau kita patungan untuk membeli kios itu, lalu kita jual pakaian di sana?” kata Kak Ica. Ia mengajak berpatungan untuk membeli kios itu. Kami mulai berbisnis pakaian. Tidak kusangka, usaha itu menuai hasil yang gemilang. Bunda berkunjung ke tokoku dan dia memuji, “Wah, ternyata Nanda sudah meraup banyak untung nih”. Kesibukan berbisnis tidak melemahkan prestasi di ranah akademis. Aku berhasil mempertahankan semuanya dengan hasil yang memukau.
  6. Seiring waktu, jaringan bisnisku meluas. Padatnya jadwal ceramah ayah sebagai motivator mendorongku untuk membantunya. Jadilah aku berkiprah dalam dunia event organizer. Lahan bisnis ini menuai sukses yang tergolong gemilang. Jaringan konsumen luas semakin membuka peluang untuk berkiprah di bidang lain. Usaha penjualan tiket pesawat pun kulakoni hingga membuahkan beberapa kantor cabang di berbagai kota di negeri ini.
  7. Kesuksesan ini tidak patut membuatku angkuh, terutama di hadapan Tuhan. Hanya karena ridha-Nya aku dapat meraih semuanya. Tidak luput bimbingan dan motivasi dari kedua orang tuaku turut membuatku tegar dalam berbagai kesulitan.

Cerpen Meraih Mimpi
Kala bulan bercahaya dengan cahayanya yang terang tapi tak menyilaukan bersama hembus angin yang sejuk. Terusik lamunanku saat terngiang sebaris kata ayah yang selalu berulang menelusup ke telingaku, “Nanda, kamu pasti bisa!” Kata-kata ayahku laksanakan meriam di rongga dadaku. Setiap kuingat kata-kata itu semakin berat beban kurasakan, terlebih urutanku sebagai sulung dari lima besaudara. Tidak mudah bagiku menjadi sulung. Kurasakan pula beban kedua orang tuaku yang semakin menjadi. Ayah, di luar segala kewajiban sebagai PNS, terlibat aktif di dunia jurnalistik dan organisasi. Tidak mengherankan jika bunda terpaksa turun tangan untuk menopang keuangan keluarga dengan membuka sebuah warung kecil-kecilan. Padat aktivitas ayah dan bunda terekam kuat dalam benakku. Kerja keras seakan menjadi menu wajib bagiku.

Padatnya aktivitas ayah dan bunda terekam kuat dalam benakku. Kerja keras seakan menjadi menu wajib bagiku.  Namun, ada hal yang menjadi titik lemahku. Dua kali tangisku pecah ketika cita-citaku tak tersampaikan.

Ketika mentari dari ufuk timur bertahta bersama embun, aku jadikan langkah awal tukku menyajikan menu wajib itu (bekerja keras), yaitu aku langkahkan kakiku membawa alat tulis dan kesiapan pengetahuanku serta mental.

“Aku siap ujian tes tertulis untuk masuk fakultas kedokteran,” kata-kata yang terucap dalam pikirku yang terucap bersama semangatku dan sejuknya udara kala itu.

Selang waktu aku menunggu pengumuman kelulusan tes ujian tertulis fakultas kedokteran aku selalu berdoa kepadaNya, agar aku lulus dalam tersebut. Tepat empat hari waktu berlalu dari hari pelaksanaan tes yang aku laksanakan waktu itu, telah tertera pengumuman kelulusan tes ujian tertulis fakultas kedokteran di mading.

“Ya Allah terima kasih atas kuasaMu kini aku telah diterima di fakultas kedokteran yang aku impikan.” Syukurku atas kuasaNya dengan sujud syukur.

Setelah dinyatakan bahwa aku lulus ujian fakultas kedokteran, pihak TU mengabariku bahwa esok hari aku dan orang tua wajib hadir ke kampus untuk tes wawancara dan memenuhi biaya pendaftaran.

Sesampaiku di rumah kumenghadap ayah dan bunda serta menyampaikan kabar gembira, bahwa diriku diterima di fakultas kedokteran. 

“Ayah, Bunda, Resti diterima di Fakultas Kedokteran, besok pagi Ayah dan Bunda datang ke kampus ya untuk transaksi pendaftaran kuliah Resti.” Kataku dengan lembut dan memohon agar ayah dan bunda mau memenuhi apa yang kuinginkan.

“Tapi kita tak cukup uang untuk kamu masuk Fakultas Kedokteran. Sabar ya, Nak!” ucap Bunda lembut tetapi pasti.
“Ya sudah Bun, saya mengerti.”

Tak larut ku dalam kesedihan, dan aku melangkahkan kaki dan tekadku tuk mendaftar STPDN. Namun belum-belum kumendayung apalagi melalui satu pulau aku sudah tenggelam dan terhampar dalam impianku yang satu ini. Tenggelamku, kegagalanku dalam pendaftaran STPDN ini karena satu syarat yang tak terpenuhi oleh diriku, yaitu kurangnya tinggi badan.

Untuk mengobati luka hatiku, kuputuskan untuk membantu bunda menjaga warung. Ternyata pekerjaan sesederhana sebagai jembatan bundaku mencari nafkah ini membawa banyak pelajaran kehidupan, bagai pohon cabai, meski kecil buahnya pun banyak dan berguna. Maka dari itu di sisiku menjaga warung, sedikit demi sedikit kubelajar dari ketegaran bunda dalam menghadapi kesulitan hidup.

Sering kali ketika gelapnya malam dan kemerlap bulan bintang menjadi teman setia bunda, untuk menyambung helai-helai kain perca dengan benang-benang lembut dan tajamnya jarum, yang akan ia rubah menjadi bed cover tuk dijual. Habis gelap terbitlah terang, bunda mulai melangkahkan kakinya tuk menawarkan bed cover yang iya jahit dengan ketulusan dan kesungguhan hati tersebut dalam keramaian pembeli dan pedagang.

Tiada putus doaku kepada Sang Khalik agar bunda senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, serta agar kehidupan kami lebih baik dari kehidupan detik lalu dan detik ini.

Seiring berjalannya waktu salah satu doaku terkabul. Suatu hari ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan berorganisasi. Ayah mulai melirik dunia usaha. Sebagai langkah awal, ayah melahap dan berusaha terjun dalam imajinasi sederet buku-buku profil pengusaha sukses, seperti Bob Sadino, Bill Gates, Steve Jobs, Richard Branson, Donald Trump, dan Elang Gumilang. Benih pohon jiwa kewirausahaan tumbuh pesat pula dalam diriku, terlebih setelah aku menyerap isi beberapa buku yang menyampaikan motivasi.

Dua kegagalan yang lalu berakhir ketika aku diterima di jurusan bahasa Inggris. Kutekuni masa pendidikan tinggi dengan sepenuh hati. Kendala finansial mendorongku untuk merambah dunia kerja di samping kuliah. Pucuk dicinta ulam tiba. Suatu hari Kak Ica, saudara sepupuku, datang kepadaku. Menawarkan tuk bekerjasama denganku.

“Nanda, di sebelah toko Bunda ada kios yang dijual. Bagaimana kalau kita patungan untuk membeli kios itu, lalu kita jual pakaian di san?” kata Kak Ica.

“Wah yang benar saja Kak? Terima kasih Ya Allah, Kakak tepat waktu banget deh, ya sudah aku setuju, kebetulan banget aku sedang membutuhkan pekerjaan tuk meringankan beban orang tua membiayai kuliahku.” Jawabku dengan riang.

“Iya, yasudah besok kita datang ke kios itu ya, lalu kita tata rapi untuk kita jualan.”

“Oke sip Kak.”

Suatu hari bunda berkunjung ke tokoku dan dia memuji atas keberhasilanku di dunia wirausaha.
“Wah, ternyata Nanda sudah meraub banyak untung nih.” Canda bundaku untuk memujiku.
“Ia Bunda Alhamdulillah, usahaku berjalan dengan baik, sehingga dapat kupakai tuk membayar biaya kuliah.” Jawabku dengan senang.

“Iya Alhamdulillah jangan lupa selalu bersyukur ya,” pesan bunda kepadaku.

“Iya Bunda, saying Bunda,” jawabku dengan kasih sayang, dan kupeluk bunda.

Seiring waktu, jaringan bisnisku meluas. Padatnya jadwal ceramah ayah sebagai motivator mendorongku untuk membantunya. Jadilah aku berkiprah dalam dunia event organizer. Lahan bisnis ini menuai sukses yang tergolong gemilang. Jaringan konsumen luas semakin membuka peluang untukku berkiprah di bidang usaha lain. Usaha penjualan tiket pesawat pun kulakoni hingga membuahkan beberapa kantor cabang di berbagai kota di negeri ini.

Kesuksesan ini tidak patut membuatku angkuh, terutama di hadapan Tuhan. Hanya karena ridha-Nya aku dapat meraih semuanya. Tidak luput bimbingan dan motivasi dari kedua orang tuaku turut membuatku tegar dalam berbagai kesulitan. (Ref :http://lulurahma.blogspot.co.id/)

Setelah membaca teks cerpen di atas, selanjutnya adalah menententukan ide-ide pokok dari tiap paragraf. Dari teks di atas, didapat ide-ide pokok sebagai berikut.
  • Paragraf 1 : Menjadi anak sulung.
  • Paragraf 2 : Kerja keras menjadi menu wajib.
  • Paragraf 3 : Belajar menghadapi kesulitan hidup.
  • Paragraf 4 : Ayah memutuskan berhenti bekerja.
  • Paragraf 5 : Diterima di jurusan Bahasa Inggris.
  • Paragraf 6 : Jaringan bisnis melaus.
  • Paragraf 7 : Kesuksesan tidak membuat angkuh.

Setelah menententukan ide-ide pokoknya, tentukan kalimat-kalimat utama dalam teks tersebut.
  • Paragraf 1 : Tidak mudah bagiku untuk menjadi sulung.
  • Paragraf 2 : Kerja keras seakan menjadi menu wajib bagiku.
  • Paragraf 3 : Sedikit demi sedikit belajar dari ketegaran bunda dalam menghadapi kesulitan hidup.
  • Paragraf 4 : Ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan berorganisasi,
  • Paragraf 5 : Dua kegagalan yang lalu berakhir ketika aku diterima di jurusan bahasa Inggris
  • Paragraf 6 : Seiring waktu, jaringan bisnisku meluas.
  • Paragraf 7 : Kesuksesan ini tidak patut membuatku angkuh, terutama di hadapan Tuhan.


Kemudian tentukan kata kuncinya. Kata kunci dari teks di atas antara lain : anak sulung, kerja keras, kesulitan hidup, kesuksesan, dan jaringan bisnis. Dari kata-kata kunci tersebut kemudian disusun menjadi teks abtrak dengan benar:
Tidak mudah untuk menjadi sulung, aku merasakan beban kedua orang tuaku  Ayah selain sebagai PNS, juga terlibat aktif di dunia jurnalistik dan organisasi, dan Bunda membuka sebuah warung kecil-kecilan.  Kerja keras menjadi menu wajib bagiku. Dua kali tangisku pecah ketika cita-citaku tak tersampaikanyaitu ketika gagal masuk fakultas kedokterandan gagal mendaftar ke STPDN. Aku belajar dari ketegaran bunda dalam menghadapi kesulitan hidup. Ayah memutuskan untuk berhenti bekerja dan berorganisasi dan mulai melirik dunia usaha. Aku diterima di jurusan bahasa Inggris, namun nendala finansial mendorongku untuk merambah dunia kerja di samping kuliah. Aku dan Kak Ica mulai berbisnis pakaian dan menuai hasil yang gemilang. Jaringan bisnisku meluas padatnya jadwal ceramah ayah sebagai motivator menjadikan aku sebagai event organizer. Lahan bisnis ini menuai sukses yang tergolong gemilang. Kesuksesan ini tidak patut membuatku angkuh, terutama di hadapan Tuhan. Hanya karena ridha-Nya dan bimbingan dan motivasi dari kedua orang tuaku turut membuatku tegar dalam berbagai kesulitan.
Posted by Nanang_Ajim
Mikirbae.com Updated at: 10:45 PM

3 komentar:

Mohon tidak memasukan link aktif.